Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) periode 2009-2014, Ignasius Jonan mengatakan promosi jabatan karyawan semestinya dilakukan berdasarkan prestasi.
Mereka yang punya kemampuan bekerja dan mampu menyelesaikan berbagai persoalan adalah orang yang layak dipromosikan naik jabatan, dengan demikian promosi jabatan kata Jonan tidak lagi dilihat dari prestasi akademis, sebab kecerdasan akademis bukan jaminan membuat seseorang bisa bekerja dengan baik.
“Saya selalu bilang, orang itu dipromosi karena prestasi. Bukan karena kemampuan akademis. Bukan juga karena kecerdasan,” kata Jonan dilansir Olenka.id Jumat (8/8/2025).
Baca Juga: Jangan Bebankan Transformasi ke Bawahan, Ignasius Jonan: Pemimpin Harus Jadi Driver
Jonan mengatakan, secara pribadi dirinya tak terlampau menganggap penting prestasi akademis, sebab prestasi akademis menjadi mubazir ketika segala pengetahuan itu tak bisa diaplikasikan di dunia kerja. Jadi secara tidak langsung, mereka yang berprestasi secara akademis belum tentu bisa bekerja atau mampu mengeluarkan potensi terbaiknya di lingkungan kerja.
“Menurut saya, lo kan gak penting. You mau cerdas atau enggak. Kalau enggak berprestasi gimana? Jadi yang penting itu kinerjanya apa, outputnya. Bukan, wah teori begini-begini,” ujarnya.
Jonan melanjutkan, banyak orang memang sangat pandai berteori, mereka menguasai banyak rumus dan teori-teori para ahli dan pakar, tetapi ketika dihadapkan pada persoalan yang sesungguhnya, mereka justru tak bisa berbuat banyak.
Jonan mencontohkan, saat dirinya masih aktif di Kereta Api Indonesia ia melihat dengan mata kepalanya sendiri mereka yang bergelar mentereng dan jago teori justru punya kinerja yang cenderung stagnan. Kecerdasan bekerja mereka biasa saja, hal ini pula yang bikin karier mereka mandek lantaran tak kunjung mendapat promosi jabatan.
“Banyak teman-teman, kawan-kawan ini ( di Kereta Api). Waduh, enggak karu-karuan teorinya beginilah, begitulah, Banyak doktor juga. Enggak ada satu pun doktor di Kereta Api yang sempat menjadi direksi sebelum pensiun. Betul enggak? Enggak ada,” ucapnya.
Contoh kasus di Kereta Api ini justru berbanding terbalik dengan kebanyakan perusahaan luar negeri. Salah satunya adalah perusahan perbankan dan jasa keuangan Morgan Stanley Asset Management yang sama sekali tidak melihat gelar akademis untuk melakukan promosi jabatan, siapapun yang berprestasi di perusahaan wajib diapresiasi dengan kenaikan jabatan
Baca Juga: Demokrat Geram: Ada Upaya Adu Domba SBY dan Jokowi
“2003, saya di training ambil directorship program karena mandatori. Itu di Stanford University. Itu salah satu pembicaranya, itu perempuan. Dia waktu itu CEO-nya Morgan Stanley Asset Management yang mengelola uang yang hampir satu triliun dolar. Tahu enggak dia ngomong apa? Saya 28 tahun yang lalu bergabung dengan Morgan Stanley, memulai karir saya sebagai resepsionis karena saya hanya sekolah SMA,” ucap Jonan.