Menurut Dokter Tirta, menggabungkan ilmu akademis dengan keterampilan praktis akan menjadi kekuatan besar saat diterapkan di dunia nyata.

Pencapaian akademis bukanlah tujuan akhir, melainkan langkah awal menuju sesuatu yang lebih besar dan berdampak nyata. Sebagaimana pula pengalamannya, alih-alih menjadikan tesis hanya sebagai syarat kelulusan, Dokter Tirta justru mengubahnya menjadi aset yang bernilai komersial yang digunakan dalam proyek-proyek profesionalnya sebagai konsultan.

“Saya bisa aja dapat kumlot, terus pidato di ITB, menjadi wisatawan terbaik, and then tesis menjadi tesis, selesai. Enggak, tesisnya saya pakai, saya jual. Siapa yang nyuruh jual? Dosen saya sendiri, Bu Nila,” tutur Dokter Tirta.

Dosen pembimbingnya meyakinkan bahwa tesis yang ia buat memiliki nilai jual karena isinya berkualitas dan aplikatif. Dukungan itulah yang mendorong dokter Tirta untuk mengembangkan tesisnya menjadi solusi nyata di dunia kerja. 

Tak disangka, fondasi dari tesis tersebut justru mengantarkan Dokter Tirta pada kesuksesan. Sembilan proyek yang ia tangani pun berhasil mencapai target.

Baca Juga: 5 Beasiswa Kuliah di Luar Negeri bagi Mahasiswa dan Lulusan S1, Cek Programnya!

“Bu Nila itu mengatakan, ‘kamu sudah membuat tesis ini mahal, dan ini baru langkah awal dari kamu sebagai konsultan. Ke depannya, kamu akan lebih banyak menggarap tesis-tesis ini dalam setiap proyekmu’. At the end, 9 proyek saya goal semua,” imbuh Dokter Tirta.

Kisah dan pandangan Dokter Tirta menjadi pengingat bahwa gelar cum laude bukan jaminan kesuksesan jika tidak diiringi dengan semangat untuk terus belajar dan berkembang. Dunia kerja menuntut lebih dari sekadar nilai. 

Di mana menuntut inisiatif, kepekaan, dan kemampuan mengolah ilmu menjadi aksi nyata. Maka, alih-alih berhenti belajar setelah lulus, justru di sanalah perjalanan sebenarnya dimulai.