Temuan Lain

Adapun, temuan utama lainnya, diantaranya adalah:

  1. Di Indonesia, hanya sekitar 9.000 siklus IVF yang dilakukan setiap tahun, mewakili hanya 11% dari total siklus di enam negara ekonomi utama Asia Tenggara. Penetrasi yang rendah ini sebagian disebabkan oleh keterbatasan klinik di luar kota-kota besar.
  2. Biaya per siklus IVF di Indonesia relatif tinggi dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Hal ini disebabkan karena tingkat keberhasilan yang rendah sehingga membutuhkan lebih banyak siklus untuk kehamilan yang berhasil. Aksesibilitas juga terbatas karena konsentrasi klinik yang hanya ada di kota-kota besar.
  3. Faktor Budaya dan agama di Indonesia menciptakan keraguan terhadap perawatan IVF, yang menjadi hambatan signifikan untuk adopsi yang lebih luas.
  4. Sebanyak 75% responden survei di Indonesia yang mengalami masalah fertilitas atau memiliki rencana menunda kehamilan telah mempertimbangkan IVF, tetapi biaya yang tinggi dan kurangnya pengetahuan tentang prosedur ini menjadi hambatan utama, ditambah dengan masalah aksesibilitas.
  5. Kerangka regulasi di Indonesia masih memiliki ruang untuk perbaikan, khususnya dalam aspek transparansi dan fleksibilitas, guna mendukung pertumbuhan industri.

Rekomendasi

Laporan ini menyoroti pada upaya kolaboratif untuk meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan, dan efektivitas IVF. Rekomendasi utamanya meliputi:

  1. Memperluas cakupan klinik IVF ke luar kota besar untuk melayani populasi pedesaan.
  2. Menurunkan biaya melalui kemitraan dengan sektor publik dan swasta serta investasi dalam infrastruktur kesehatan lokal.
  3. Meningkatkan edukasi dan kesadaran tentang pilihan perawatan fertilitas.
  4. Mereformasi kerangka regulasi untuk mendorong inovasi dan partisipasi sektor swasta.

“Studi kami menyoroti bahwa kebijakan yang terkoordinasi untuk meningkatkan akses assisted reproductive technologies (ART), termasuk IVF, serta keterjangkauannya, dan memperluas cakupan klinik IVF ke luar pusat-pusat kota besar.

“Penekanan pada edukasi mengenai pilihan fertilitas dan peningkatan dukungan kesehatan masyarakat dapat meningkatkan aksesibilitas ART bagi keluarga berpenghasilan rendah. Namun, keberhasilan IVF adalah upaya yang komprehensif,” tutur Sanath.

“Edukasi tentang kesehatan, nutrisi, dan intervensi medis dini tetap menjadi prioritas utama. Kampanye kesehatan publik yang berfokus pada pelestarian fertilitas dan gaya hidup sehat akan meningkatkan peluang keberhasilan sekaligus membantu mencegah masalah fertilitas jangka panjang, yang pada akhirnya menyelaraskan perencanaan keluarga dengan tujuan ekonomi dan demografi jangka panjang,” pungkas Sanath.

Baca Juga: 6 Mitos dan Kesalahpahaman tentang Metode IVF atau Bayi Tabung