Perusahaan otomotif asal Jepang, Toyota, dikabarkan tertarik untuk berinvestasi membangun pabrik etanol di Indonesia. Rencana tersebut disampaikan oleh Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Todotua Pasaribu, di sela acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta.

“Ya, Toyota salah satu yang tertarik membangun pabrik etanol. Di luar itu, ada beberapa pihak lain juga,” ujar Todotua, dikutip Rabu (29/10/2025).

Menurut Todotua, minat Toyota didasari oleh kebutuhan perusahaan tersebut untuk memastikan ketersediaan bahan baku (feedstock) bioetanol, sejalan dengan deretan produk otomotif mereka yang telah menggunakan campuran bioetanol hingga 100 persen (E100).

Baca Juga: Mulai 2027, Bahlil Wajibkan BBM Campur Etanol 10 Persen

“Toyota punya line up kendaraan berbahan bakar hidrogen dan bioetanol, bahkan beberapa sudah bisa menggunakan E100. Karena itu mereka ingin memastikan ketersediaan bahan bakunya, jadi mereka serius ingin membangun pabrik etanol di Indonesia,” jelasnya.

Rencana investasi Toyota ini juga sejalan dengan kebijakan pemerintah yang akan mewajibkan penggunaan bahan bakar dengan kandungan etanol 10 persen atau E10 pada 2027. Kebijakan tersebut bertujuan mengurangi ketergantungan terhadap impor bensin dan memperkuat kedaulatan energi nasional.

Todotua memperkirakan, jika mandatori E10 diterapkan, total kebutuhan bioetanol nasional akan mencapai sekitar 4 juta kiloliter (KL) per tahun dari total kebutuhan bensin sebanyak 40 juta KL. Untuk itu, pembangunan pabrik etanol menjadi krusial agar pasokan dapat terpenuhi dari dalam negeri.

Baca Juga: Deretan Pabrik Tebu yang Mendukung Program Bioetanol 10%

“Komoditas untuk bahan baku etanol sebenarnya sudah ada di Indonesia — tebu, singkong, sorgum, dan jagung. Sekarang tinggal keseriusan kita membangun pabrik dan menjalankan kebijakan E10,” katanya.

Selain Toyota, Todotua mengungkapkan bahwa Brasil juga menunjukkan minat berinvestasi dalam pembangunan pabrik etanol di Indonesia. Negara tersebut dikenal sebagai salah satu pelopor keberhasilan penerapan mandatori bioetanol di dunia, bahkan beberapa negara bagian di Brasil telah menerapkan bahan bakar dengan kadar etanol hingga 100 persen.

Baca Juga: Membidik Kemandirian Energi Lewat Mandatori Campuran Etanol 10 Persen pada BBM

Namun, Todotua menyebut lokasi pasti pembangunan pabrik etanol oleh Toyota maupun investor asal Brasil masih dalam tahap kajian. Salah satu wilayah yang dinilai potensial adalah Provinsi Lampung karena memiliki ketersediaan bahan baku yang kuat, seperti tebu, singkong, jagung, dan sorgum.

“Komoditasnya semua ada di sana, tinggal bagaimana keseriusan kita masuk ke industri penghasil etanol,” ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa pemerintah akan menyiapkan berbagai insentif bagi investor yang membangun pabrik etanol di Indonesia. Langkah ini merupakan bagian dari upaya mendukung implementasi kebijakan E10 pada 2027.

Baca Juga: Etanol Bikin BBM Boros dan Mesin Cepat Rusak? Ini Kata Pakar Energi!

Menurut Bahlil, kebutuhan etanol untuk mendukung kebijakan tersebut diperkirakan mencapai 1,4 juta KL per tahun. Pemerintah menargetkan seluruh kebutuhan itu dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri tanpa harus mengandalkan impor.

“Kami ingin kebutuhan etanol nasional dipenuhi oleh pabrik dalam negeri. Ada yang berbasis tebu di Merauke, ada juga yang masih dipetakan untuk singkong dan jagung,” tutur Bahlil.

Baca Juga: Jadi Bagian Pengembangan Food Estate, Pemerintah Targetkan Papua Produksi Bioetanol pada 2027

Dengan ketertarikan Toyota dan dukungan kebijakan pemerintah, Indonesia diharapkan mampu mempercepat pengembangan industri bioetanol nasional. Langkah ini bukan hanya mendukung transisi energi bersih, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain penting dalam energi terbarukan di kawasan Asia.