Indonesia Design District (IDD) hadir sebagai pusat hunian dan gaya hidup terbesar di Indonesia. Kawasan ini berdiri di atas lahan seluas 8 hektare dan berdampingan langsung dengan Erajaya Digital Complex seluas 2 hektare di kawasan PIK 2.
Lebih dari 120 tenant mengisi area IDD, mulai dari furnitur, material bangunan, perlengkapan rumah, kuliner, galeri seni, taman bermain, hingga aula multifungsi. Kehadiran berbagai elemen ini menjadikan IDD sebagai kawasan terintegrasi yang menyasar kebutuhan praktis masyarakat—baik mereka yang sedang membangun, merenovasi, maupun mencari inspirasi ruang tinggal dalam satu lokasi.
CEO Indonesia Design District, Ipeng Widjojo, menjelaskan bahwa kehadiran IDD berangkat dari kebutuhan pasar yang selama ini belum terjawab secara optimal. Menurutnya, permintaan terhadap furnitur dan perlengkapan hunian di Jakarta sangat tinggi, namun lokasi toko yang tersebar dan sulit dijangkau kerap menjadi kendala, terutama akibat kemacetan.
“Kami memutuskan membangun kompleks gaya hidup yang secara khusus didedikasikan untuk perlengkapan rumah, gaya hidup, dan material bangunan agar menjadi solusi bagi mereka yang sedang membangun atau merenovasi rumah,” ujar Ipeng.
Konsep tersebut menjadikan IDD tidak sekadar sebagai area ritel, melainkan ruang eksplorasi desain yang efisien, terkurasi, dan relevan dengan kebutuhan urban masa kini.
Baca Juga: Deretan Bisnis Milik Sugianto Kusuma, Bos Agung Sedayu Group yang Kuasai PIK
Desain kawasan utama IDD digarap oleh DP Architects dari Singapura dengan pendekatan mini box dan orientasi ruang terbuka yang menyesuaikan iklim tropis. Sementara itu, area pendukung dirancang oleh Helen Agustine Studio dengan tata ruang organik yang mendorong interaksi antar-pengunjung dan tenant. Pendekatan ini membuat kawasan terasa hidup, sekaligus mengundang pengunjung untuk berlama-lama berdiskusi dan mencari inspirasi.
Dari puluhan merek furnitur dan material yang hadir, sejumlah tenant menonjol berkat pendekatan desain, filosofi, serta kontribusinya terhadap ekosistem furnitur di IDD.
Rifyo
Rifyo menjadi salah satu tenant penting melalui kemitraan strategisnya dengan Herman Miller. Kolaborasi ini menghadirkan mono brand store Herman Miller di kawasan IDD. CEO Rifyo Group, Fify Manan, menyebut Indonesia sebagai pasar strategis dengan konsumen yang semakin menghargai inovasi, kualitas, dan desain.
Menurutnya, respons pasar terhadap produk Herman Miller sangat positif karena solusi furnitur ergonomis dan desain modernnya relevan dengan kebutuhan ruang kerja dan hunian masa kini. Kehadiran Herman Miller di IDD memperkuat posisi kawasan ini sebagai pusat desain premium sekaligus rujukan bagi profesional, arsitek, dan pemilik rumah yang mengutamakan kenyamanan serta keberlanjutan.
Virobuild
Virobuild, atau Viro, hadir dengan pendekatan yang berbeda. Showroom ini menampilkan bangunan berarsitektur tradisional dengan atap jerami dan anyaman, hasil rancangan Yori Antar dari Han Awal & Partners Architects. Inspirasi desainnya berangkat dari pengalaman Yori merenovasi rumah tradisional di Alor.
Baca Juga: RS PIK Hadirkan Teknologi NAEOTOM Alpha.Pro, Jadi yang Pertama di Asia
Yori menekankan pentingnya memasukkan nilai arsitektur tradisional Indonesia ke dalam desain kontemporer. Atap jerami sintetis Viro dirancang menyerupai material alami, tetapi memiliki daya tahan yang sesuai dengan kebutuhan bangunan modern.
Bangunan tiga lantai ini mengajak pengunjung menjelajahi material dinding, lantai, dan langit-langit melalui jalur landai yang berkesinambungan. Interiornya ditata oleh Kezia Karin dengan gaya kontemporer yang memadukan tekstur anyaman sintetis sebagai elemen estetika sekaligus fungsional. Showroom ini menunjukkan bahwa material lokal dan tradisional tetap relevan dalam desain modern tanpa kehilangan identitasnya.
AlvinT
AlvinT membawa narasi berbeda dalam lanskap furnitur Indonesia kontemporer. Merek ini didirikan oleh Alvin Tjitrowirjo pada 2006 dan berangkat dari eksplorasi budaya Indonesia dengan pendekatan artisanal. AlvinT memandang furnitur bukan sekadar objek fungsional, melainkan medium ekspresi nilai, kesadaran, serta tanggung jawab terhadap lingkungan dan manusia sebagai penggunanya.
Baca Juga: BBW Jakarta 2025 Hadir NICE PIK 2: Perburuan 5 Juta Koleksi Buku Siap Digelar hingga 2 November 2025
Setiap karya AlvinT lahir dari proses panjang yang menggabungkan eksperimen desain, pemahaman material, dan refleksi terhadap kondisi sosial serta ekologis. Desainnya tidak hanya mengejar bentuk, tetapi juga makna. Tradisi dihormati tanpa terjebak pada nostalgia, sementara nilai budaya Indonesia diterjemahkan melalui material, teknik, dan narasi yang relevan dengan konteks global.
Kehadiran AlvinT di IDD menegaskan bahwa furnitur lokal mampu berdialog dengan pasar internasional tanpa kehilangan identitasnya.
Indonesia Design District tidak hanya menampilkan karya furnitur, tetapi juga membangun ekosistem desain yang saling terhubung. Lokasinya mudah diakses melalui jalan tol dan ke depan akan terhubung langsung dengan Bandara Soekarno-Hatta dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Pengunjung IDD datang dari berbagai latar belakang, mulai dari arsitek, desainer, pemilik rumah, hingga mahasiswa yang ingin belajar.
Beragam pameran seni, pop-up market, serta acara yang digelar tenant semakin memperkuat fungsi IDD sebagai ruang belajar, bertukar ide, dan membangun jejaring kreatif.
Melalui karya furnitur dan material yang ditampilkan, IDD memperlihatkan arah perkembangan desain hunian di Indonesia. Kawasan ini menjadi titik temu antara desain global, nilai lokal, teknologi, dan kebutuhan praktis masyarakat urban. Bagi mereka yang ingin memahami lanskap furnitur Indonesia saat ini, Indonesia Design District menawarkan gambaran konkret tentang bagaimana desain bekerja dalam ruang hidup sehari-hari.