Social listening menjadi instrumen strategis yang semakin krusial menjelang 2026 ketika dunia usaha dan para pengambil kebijakan dihadapkan pada lingkungan yang kian kompleks dan dinamis.
Ketidakpastian ekonomi global, dinamika politik, serta perubahan ekspektasi publik yang bergerak cepat di ruang digital membuat proses pengambilan keputusan tidak lagi dapat bergantung pada laporan historis dan intuisi manajerial semata. Dalam konteks ini, social listening berperan penting dalam membantu eksekutif, investor, dan pembuat kebijakan memahami arah pasar, percakapan publik, serta sentimen masyarakat secara lebih akurat dan real time.
Baca Juga: Sederet Kutipan Bill Gates tentang Kepemimpinan yang Relevan untuk Anak
Direktur PT Social Cerdas Indonesia (Social Quotient), Manbir Chyle, menegaskan bahwa di level pengambilan keputusan strategis, social listening berperan sebagai alat pembacaan risiko dan peluang.
"Di era yang tidak menentu, keputusan yang baik adalah keputusan yang berbasis pemahaman terhadap realitas publik. Social listening membantu para eksekutif melihat sinyal-sinyal awal perubahan sentimen pasar dan masyarakat sehingga strategi bisnis, investasi, maupun kebijakan dapat disusun secara lebih presisi," ujar Manbir dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (15/12/2025).
Dalam konteks bisnis dan investasi, data percakapan publik sering kali menjadi indikator awal sebelum perubahan tersebut tercermin dalam laporan keuangan atau data makro. Sentimen masyarakat terhadap sektor industri tertentu, respons terhadap kebijakan ekonomi, atau persepsi terhadap inovasi produk dapat memengaruhi kepercayaan pasar secara signifikan.
Dengan memanfaatkan social listening, pimpinan perusahaan dan investor dapat menyesuaikan strategi ekspansi, alokasi modal, serta manajemen risiko secara lebih proaktif.
Manbir menambahkan bahwa banyak keputusan strategis kini diambil berdasarkan kemampuan membaca arah sentimen, bukan sekadar angka masa lalu. "Social listening memberi konteks di balik data. Ia membantu menjawab pertanyaan mengapa sebuah sektor mendapatkan dukungan publik, atau mengapa sebuah kebijakan memicu resistensi. Pemahaman ini krusial bagi eksekutif dalam menyiapkan langkah jangka menengah dan panjang menuju 2026," tegasnya.
Tidak hanya relevan bagi dunia usaha, social listening juga semakin penting dalam perumusan kebijakan publik. Pemerintah dan regulator dapat memanfaatkan analisis sentimen untuk memahami tingkat penerimaan masyarakat terhadap suatu kebijakan, mengidentifikasi isu sensitif yang berpotensi menimbulkan gejolak sosial, serta menyusun strategi komunikasi kebijakan yang lebih efektif dan berbasis aspirasi publik. Dengan demikian, kebijakan tidak hanya bersifat normatif, tetapi juga responsif terhadap dinamika sosial yang berkembang.
Dalam praktiknya, social listening telah digunakan untuk membaca potensi pasar suatu wilayah sebelum ekspansi bisnis dilakukan, mendeteksi isu reputasi yang berpotensi berkembang menjadi krisis, hingga mengevaluasi respons publik terhadap kebijakan atau program strategis. Di ranah politik dan advokasi, analisis percakapan publik juga membantu menyusun narasi kampanye yang lebih relevan dan selaras dengan isu yang benar-benar dirasakan masyarakat.
"Percakapan digital adalah cerminan paling jujur dari persepsi publik hari ini. Ketika dikelola dan dianalisis dengan tepat, data tersebut menjadi dasar pengambilan keputusan yang lebih rasional, adaptif, dan berkelanjutan," tutup Manbir.