Dianugerahi Gelar Doktor Honoris Causa dari Berbagai Universitas
Komitmen dan perhatian Tahir di bidang sosial memang sudah cukup dikenal. Hal ini menjadi salah satu alasan yang membuatnya dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa oleh UGM pada tahun 2016 silam di bidang manajemen. Pada tahun 2017, Tahir juga menjadi anggota Majelis Wali Amanat Universitas Gadjah Mada (UGM).
Sebelumnya, Tahir juga mendapat gelar serupa dari National Taiwan University dan Universitas 17 Agustus Surabaya, di bidang kedokteran.
Selanjutnya, Tahir juga dikukuhkan gelar doktor honoris causa bidang Ilmu Ekonomi dan Kebijakan Publik di Universitas Airlangga, Surabaya pada 2018. Ia pun kembali mendapat gelar doktor honoris causa (HC) di bidang hukum dan kemanusiaan di Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat pada tahun yang sama.
Tahir juga tercatat sebagai Majelis Wali Amanat, organ pengawas perguruan tinggi, untuk University of California, Berkeley dan Universitas Pancasila. Dia merupakan orang Asia pertama yang menjadi anggota Wali Amanat University of California (UC) Berkeley, AS.
Baca Juga: Tak Hanya Dermawan, Sepak Terjang Dato Sri Tahir di Dunia Pendidikan Juga Mengesankan
Pesan Dato Sri Tahir untuk Para Mahasiswa
Di balik kesuksesannya mengelola bisnis, Tahir pun diketahui pernah menjadi dosen luar biasa di beberapa universitas di Tanah Air dan menjadi dosen tamu untuk mengisi kuliah umum kepada mahasiswa.
Saat memberikan kuliah umum bertajuk ‘Successful Entrepreneur’ kepada lebih dari 100 mahasiswa UGM beberapa waktu lalu misalnya, Tahir pun mendorong mahasiswa untuk tidak hanya menjadi orang yang berilmu, tetapi juga orang yang memiliki visi dan mampu berkontribusi.
“Only the visionary can change the world. Tidak cukup dengan kerja keras. Kerja keras itu minimum requirement, tetapi orang yang visioner bisa lebih dari itu,” tuturnya kala itu.
Ia pun lantas menantang para mahasiswa untuk dapat menetapkan visi yang ingin mereka capai dalam beberapa tahun mendatang dan terus mencari nilai tambah dalam hidup mereka.
Tak hanya itu, ia pun mendorong mahasiswa untuk mampu berkontribusi bagi masyarakat. Menjadi entrepreneur, menurutnya, bukan sekadar membangun perusahaan dan mengumpulkan harta untuk diri sendiri, tetapi juga untuk menjadi saluran ‘berkat’ bagi orang lain.
“Hidup itu bukan seperti analisa ekonomi yang hanya memikirkan cost and benefit. Seorang entrepreneur harus bisa menjadi berkat, supaya kehadiran Anda dapat dinikmati oleh banyak orang,” tandasnya.
Baca Juga: Filosofis Kehidupan Dato Sri Tahir, Orang Terkaya di Indonesia: Hidup Seperti Kontainer