Di tengah geliat pembangunan industri mineral nasional, hadir sosok baru yang dipercaya Presiden RI, Prabowo Subianto untuk memegang peran strategis. Ia adalah Prof. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D., akademisi ITB dan peneliti nanoteknologi yang baru saja dilantik sebagai Kepala Badan Industri Mineral pada Senin, 25 Agustus 2025.
Sebelumnya, Brian menjabat sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek). Reputasinya sebagai akademisi dan birokrat yang konsisten mendorong riset terapan menjadikannya figur tepat untuk menjembatani kepentingan ilmu pengetahuan dengan kebutuhan strategis negara.
Lantas, seperti apa kiprah dan rekam jejak Brian Yuliarto selama ini? Dikutip dari berbagai sumber, Kamis (28/8/20268), berikut Olenka ulas profil singkatnya.
Latar Belakang dan Kehidupan Pribadi
Brian lahir di Jakarta, 27 Juli 1975, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara. Sejak muda, ia menaruh perhatian besar pada dunia riset dan teknologi. Spesialisasinya adalah teknologi nano dan kuantum, bidang yang terus ia dalami sepanjang karier akademiknya.
Istrinya, Levy Olivia Nur, juga seorang akademisi. Lahir di Bandung pada 12 Juni 1978, Levy kini menjabat sebagai Lektor Kepala di Telkom University.
Kisah keduanya mencerminkan harmoni antara dedikasi akademik dan pengabdian kepada negeri, dimana Brian di ranah kebijakan strategis, sementara Levy konsisten berkontribusi dalam pendidikan tinggi dan penelitian.
Riwayat Pendidikan
Perjalanan akademik Brian dimulai di Institut Teknologi Bandung (ITB), tempat ia menamatkan pendidikan sarjana Teknik Fisika pada 1999.
Brian kemudian melanjutkan studi di University of Tokyo, Jepang, dan meraih gelar Magister (2002) serta Doktor (2005) pada bidang Quantum Engineering and Systems Science.
Selain itu, Brian juga mengikuti sejumlah kursus strategis, seperti Middle Top Leadership Management Course di Jordania (2005) yang diselenggarakan oleh PBB, serta Executive Course on Strategic Management and Leadership (2024) di Universitas Pertahanan RI.
Karier Akademik dan Riset
Sejak 2006, Brian mengabdi sebagai dosen di ITB. Ia meniti karier akademik hingga menjadi Guru Besar Fakultas Teknologi Industri (FTI) dengan fokus riset pada nanomaterial dan aplikasinya di bidang sensor serta energi.
Beberapa posisi strategis yang pernah ia emban antara lain Dekan FTI ITB (2020–2024), Visiting Professor di University of Tsukuba, Jepang (2021–sekarang), Kepala Research Center on Nanoscience and Nanotechnology ITB (2019–2020), Kepala Prodi Teknik Fisika ITB (2016–2020), dan Kepala Lembaga Kemahasiswaan ITB (2010–2016).
Selain itu, ia juga terlibat dalam penyusunan kebijakan, seperti Ketua Tim Penyusun KEK JIIPE dan KEK Patimban, serta anggota Komite Perencana BAPPEDA Jawa Barat (2012–2016).
Dalam penelitian, Brian berfokus pada sensor berbasis nanoteknologi untuk mendeteksi gas berbahaya, polutan, hingga penyakit menular seperti demam berdarah, hepatitis, dan kanker.
Ia diketahui telah menghasilkan lebih dari 326 publikasi terindeks Scopus dengan lebih dari 5.500 sitasi dan h-index 43. Di Google Scholar, jumlah publikasinya mencapai 410 dengan sitasi lebih dari 6.600.
Prestasi dan Penghargaan
Reputasi Brian diakui baik di dalam maupun luar negeri. Sejumlah penghargaan bergengsi yang ia terima antara lain Habibie Prize 2024 bidang Ilmu Rekayasa, Top 1 Researcher Indonesia bidang Nanoscience & Nanotechnology (2023), Masuk daftar World’s Top 2% Scientist versi Stanford University (2022–2024), Peneliti Terbaik ITB 2021, dan Dosen Berprestasi ITB 2017. Prestasi ini menegaskan kiprahnya sebagai salah satu ilmuwan papan atas Indonesia.
Peran di Pemerintahan
Karier birokrasi Brian dimulai saat ia dipercaya Presiden Prabowo sebagai Mendiktisaintek pada Februari 2025. Hanya beberapa bulan berselang, ia kembali mendapat amanah besar sebagai Kepala Badan Industri Mineral.
Pelantikan Brian sekaligus menandai dibentuknya Badan Industri Mineral di Indonesia yang selama ini dikelola Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara yang berada di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Lembaga baru ini dibentuk untuk memperkuat hilirisasi dan pengelolaan mineral strategis Indonesia, seperti nikel, bauksit, tembaga, hingga rare earth untuk menyasar kebutuhan global atas energi bersih dan teknologi baterai.
Pengalaman panjang Brian dalam riset, inovasi, dan kepemimpinan akademik menjadikannya sosok yang dinilai mampu mempertemukan kebutuhan riset dengan tuntutan industri nasional.
Harta Kekayaan
Dikutip dari Antara, berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) per 29 Maret 2024, Brian memiliki kekayaan sebesar Rp18,64 miliar.
Adapun, mayoritas aset berupa properti yang tersebar di Bandung, Bekasi, Karawang, dan Kendal, ditambah kendaraan pribadi, kas, serta harta bergerak lainnya. Menariknya, laporan tersebut mencatat Brian tidak memiliki utang.
Baca Juga: Mengenal Sosok Bahlil Lahadalia, Anak Kuli Bangunan yang Kini Jadi Menteri ESDM