Empat Bisnis Dato Sri Tahir Melantai di Bursa

Keempat lini bisnis Tahir, yakni Bank Mayapada, Mayapada Hospital, dan properti, merupakan perusahaan go public atau tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). 

1. Bank Mayapada

Bank Mayapada merupakan perusahaan kedua Keluarga Tahir yang go public pada tahun 1997. Ia diketahui memiliki 4,79 persen saham Bank Mayapada, dan dia menjabat sebagai Komisaris Utama perusahaan tersebut.

Sampai dengan kuartal pertama tahun 2024, pendapatan bunga bersih Bank Mayapada tumbuh 31,63% yoy menjadi Rp508,72 miliar. Pada periode yang sama, laba bersih Bank Mayapada tercatat senilai Rp5,5 miliar.

2. Mayapada Hospital

Sementara, Mayapada Hospital tercatat di BEI pada April 2011. Di bisnis ini, Tahir memiliki 0,02 persen saham di RS Mayapada. Saat ini, saham SRAJ berkisar Rp2.280 per lembar. Melansir RTI, kepemilikan mayoritas saham SRAJ dimiliki oleh PT Surya Cipta Inti Cemerlang (P) sebanyak 59,99%.

Sementara itu, kepemilikan saham SRAJ oleh Dato Sri Tahir secara langsung mencapai 0,02%. Sepanjang kuartal pertama tahun 2024, SRAJ membukukan kenaikan pendapatan sebesar 27,4% yoy menjadi Rp746,1 miliar. Dengan capaian pendapatan tersebut, SRAJ mengantongi laba bersih sebesar Rp4,74 miliar per Maret 2024. 

Namun, belum lama ini Tahir memutuskan untuk mundur dari kursi Wakil Komisaris Utama Rumah Sakit (RS) Mayapada, PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. (SRAJ). Dengan demikian, maka susunan komisaris SRAJ terdiri dari Jonathan Tahir, yang tak lain adalah putra bungsu Dato Sri Tahir, sebagai komisaris utama. Selanjutnya, Daniel Tjen dan Raden Agung Laksono menjabat sebagai komisaris, serta Melanie Hendriaty Sadono Djamil dan Antonius Indrajana sebagai komisaris independen.

SRAJ juga belum lama ini mendirikan anak usaha baru PT Sejahtera Karunia Semesta dan bermarkas di Jakarta. Bidang usaha sesuai dengan klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia, yakni aktivitas rumah sakit swasta. Modal dasar atas pendirian anak usaha baru ini sebesar Rp4 miliar, dan modal disetor sebesar Rp1 miliar. Sementara pemegang saham Sejahtera Karunia Semesta, yakni SRAJ dengan kepemilikan sebesar 99 persen atau setara dengan Rp990 juta. Sedangkan sisanya 1 persen atau Rp10 juta dimiliki Jonathan Tahir.

Terbaru, SRAJ kembali mendirikan anak usaha baru untuk menunjang kegiatan utama bisnis perseroan. Yakni, PT Anugrahsukses Utama Sejahtera (AUS). AUS berbasis di Jakarta Selatan dan bergerak di bidang usaha aktivitas klinik swasta. Adapun, modal dasar pembentukan entitas baru ini sebesar Rp4 miliar, dan modal disetor Rp1 miliar. Alasan dilakukan pembentkan entitas anak perusahaan adalah untuk menunjang kegiatan utama usaha perseroan dalam rangka pengembangan rumah sakit baru.

Baca Juga: Mengintip Kisah Dato Sri Tahir saat Muda

3. Maha Properti Indonesia

Keluarga Tahir juga memiliki usaha properti lewat MPRO yang listing di BEI pada Oktober 2018. Kepemilikan Tahir secara langsung dalam saham MPRO terbilang besar, yakni mencapai 21,25%. Jumlah tersebut menjadi yang kedua terbesar setelah Jonathan Tahir yang menguasai hingga 34,22% saham MPRO.

Tak seperti dua emiten sebelumnya, kinerja emiten MPRO masih belum mencapai positif. Hal tersebut tercermin dari kinerja Maha Properti Indonesia per 31 Maret 2024 yang merugi Rp10,35 miliar. Sementara itu, pendapatan MPRO naik tipis menjadi Rp867,96 juta pada kuartal pertama 2024.

4. Sona Topas Tourism

Emiten legendaris lainnya milik Dato Sri Tahir yang tercatat di Bursa Efek Indonesia adalah PT Sona Topas Tourism Industry Tbk (SONA).

Sesuai namanya, SONA merupakan emiten yang bergerak di industri pariwisata. SONA melantai di BEI pada 21 Juli 1992.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Sona Topas Tourism Industry Tbk (30-Sep-2023), yaitu DFS Venture Singapore (Pte) Limited (pengendali) (45,00%), PT Precise Pacific Realty (34,67%) dan Tahir (15,70%). Pihak pengendali dan pemilik manfaat utama (ultimate beneficial owner) Sona Topas Tourism Industry Tbk adalah LVMH Louis Vuitton Moet Hennessy.

Sona Topas membukukan rugi bersih pada Kuartal 1 2024 sebesar Rp3,7 miliar. Kerugian tersebut meningkat bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2023 sebesar Rp2,9 miliar.

Baca Juga: Mengintip Konglomerasi Bisnis Milik Dato Sri Tahir