Sosok Siti Hardiyanti Hastuti Rukmana atau yang akrab dikenal sebagai Mbak Tutut kembali hadir dalam sorotan publik melalui peluncuran buku biografinya bertajuk Selangkah di Belakang Mbak Tutut. Acara yang digelar pada Jumat, 15 Agustus 2025 di Jakarta Selatan ini menandai lahirnya sebuah karya yang merekam perjalanan panjang putri sulung Presiden Soeharto, sekaligus menghadirkan keteladanan perempuan Indonesia dalam lintas bidang kehidupan.

Buku ini tidak hanya menyajikan kisah pribadi, tetapi juga menghadirkan potret multidimensi Tutut sebagai tokoh yang aktif di bidang bisnis, inisiator program sosial, pelestari seni dan budaya bangsa, hingga pewaris nilai-nilai luhur keluarga Cendana.

Baca Juga: Mencontoh Keberanian Hary Tanoe yang Ngotot Mengakuisisi Perusahaan Milik Anak Soeharto

Menurut Effendi Gazali, buku tersebut bisa menjadi rujukan moral sekaligus inspirasi bagi generasi muda. “Buku ini dapat menjadi teman dalam melihat berbagai dinamika kemajuan dan persoalan saat ini,” ujarnya.

Salah satu sisi menarik dari buku ini adalah kisah di balik kiprah strategis Tutut di bidang infrastruktur. Ia tercatat memimpin pembangunan jalan layang tol pertama di Indonesia dengan teknologi Sosrobahu, sebuah inovasi rekayasa yang kini menjadi bagian penting dalam sejarah pembangunan negeri.

Tidak hanya di dalam negeri, Tutut juga meninggalkan jejak di kancah internasional. Ia berhasil memenangkan tender pembangunan Metro Manila Skyway di Filipina atas permintaan Presiden Fidel Ramos, serta proyek jalan tol Ayer Hitam–Yong Peng Timur di Malaysia.

Baca Juga: 10 Buku Terbaik untuk Mengasah Kecerdasan Emosional dan Kekuatan Batin

Dalam proyek-proyek tersebut, Tutut tidak sekadar mengandalkan nama besar ayahnya, melainkan berjuang mandiri untuk mendapatkan pendanaan internasional.

Pengamat ekonomi Anthony Budiawan menilai pengalaman tersebut mencerminkan integritas Tutut. “Keteguhan beliau dalam menjaga etika keluarga sekaligus melayani masyarakat adalah teladan di tengah persoalan zaman ini,” katanya.

Selain kiprahnya di bidang pembangunan, Tutut juga dikenal sebagai aktivis sosial yang turun langsung ke lokasi bencana. Ia pernah memimpin Persatuan Donor Darah Indonesia dan aktif di Palang Merah Indonesia. Dedikasinya bahkan diakui dunia internasional saat ia dipercaya menjadi Presiden Federasi Organisasi Donor Darah Dunia (FIODS) selama tiga periode.

Baca Juga: 4 Buku Terbaik untuk Menumbuhkan Kepemimpinan Sekaligus Rasa Disukai

Kecintaannya terhadap generasi muda juga terlihat dalam kiprahnya membangun organisasi Kirab Remaja, sebuah wadah yang menumbuhkan semangat kebangsaan dan disiplin generasi muda. Organisasi ini menjadi cikal bakal gerakan yang menampilkan eksistensi Indonesia di kancah internasional sekaligus menanamkan nilai kemanusiaan, persatuan, dan Pancasila.

Lebih dari sekadar catatan perjalanan publik, Selangkah di Belakang Mbak Tutut juga menyingkap nilai-nilai personal yang diwariskan Tutut dari keluarganya. Penanggung jawab buku, Prof. Tria S.P. Ismail Saleh, menekankan bahwa karya tersebut bukan hanya dokumentasi sejarah, tetapi juga ajakan untuk kembali pada nilai-nilai dasar.

Baca Juga: Deretan Perempuan Ternama di Indonesia yang Gemar Membaca Buku, Panutan!

“Buku ini bukan sekadar dokumentasi, tetapi sebuah ajakan untuk kembali pada nilai, seperti ketulusan dalam bekerja, kesetiaan dalam keluarga, dan keberanian untuk mengabdi. Dari keluarga ke bangsa, dari bisnis ke sosial, itulah warisan yang Mbak Tutut sampaikan,” jelasnya.

Peluncuran buku Selangkah di Belakang Mbak Tutut diharapkan dapat menjadi jembatan nilai antara generasi yang membangun dan generasi penerus. Kehadiran buku ini juga diyakini bisa menghadirkan narasi alternatif di tengah keterbatasan ruang publik yang kerap dipenuhi distorsi.