Chief Operating Officer PT Djarum, Victor Rachmat Hartono, mengisahkan pengalaman bisnis keluarganya yang terpaksa tutup karena terpengaruh oleh dinamika geopolitik.

Pada tahun 1942, bisnis mercon keluarga Hartono dengan merek cap Leo ditutup oleh Belanda karena kehadiran Jepang di Tanah Air. Belanda menutup pabrik mercon tersebut guna mengantisipasi agar bubuk mesiu tidak digunakan Jepang untuk menyerang pihak sekutu.

Baca Juga: Kisah Bisnis Keluarga Hartono Takluk oleh Kompetitor Baru

"Pabrik mercon buka tahun 1927 dengan cap Leo. Kami jualan mercon yang peak season-nya adalah Idulfitri, Tahun Baru Imlek, dan Tahun Baru Masehi. Nasibnya mestinya baik, mestinya ini sustainable. Sudah 4.000 tahun dipakai mercon, 4.000 tahun lagi masih pake mercon buat entertainment harusnya," ujarnya mengawali kisah pada sebuah kesempatan, dikutip Senin (18/8/2025).

Keluarga Hartono awalnya sangat yakin akan keberlanjutan bisnis tersebut. Akan tetapi, kedatangan Jepang di tahun 1942 mengubah segalanya. "Tahun 1942, Maret, apa yang terjadi? Ada Jepang sampai ke Indonesia. Bukan salah manajemen, bahkan saya bilang bukan salah Pemerintah Hindia-Belanda juga. Untuk berhati-hati karena  bahan baku membuat mercon adalah mesiu, gun powder, Belanda menutup pabrik kami dan mesiunya dibawa ke Australia," kenangnya.

Kedatangan Jepang bagaikan mimpi buruk bagi keluarga Hartono. Mereka harus kehilangan bisnis mercon yang sedang berkembang pesat sehingga kejadian tersebut menjadi pengalaman traumatik bagi keluarga Hartono. Sumber nafkah keluarga yang diharapkan berkelanjutan terpaksa tutup di era pendudukan Jepang.

"Jadi, ya inilah pengalaman traumatik buat keluarga saya. Nafkah yang mestinya sustainable, lagi enak-enak dikembangkan. Apa urusannya sama Jepang? Datang, tutup kami," pungkasnya.