Anggota Dewan Pertimbangan Presiden atau Wantimpres Jokowi, yakni Dato Sri Tahir merupakan pengusaha dengan pengalaman dalam industri perbankan, tekstil, dan otomotif. Semua bisnis yang dirintis Tahir tersebut berada dalam naungan Mayapada Group.
Hingga kini, kerajaan bisnis Mayapada Group milik Tahir tersebut terus berkembang dengan berbagai diversifikasi ke sejumlah lini bisnis. Bahkan dari deretan perusahaan tersebut, beberapa di antaranya sudah berstatus perusahaan terbuka dan sahamnya telah diperdagangkan ke publik.
Lantas, apa saja lini usaha atau perusahaan milik Tahir tersebut? Berikut Olenka ulas selengkapnya sebagaimana dikutip dari berbagai sumber.
Gurita Bisnis Dato Sri Tahir
Ketika memulai berbisnis, Tahir mengawalinya dari sektor garmen. Kemudian ia masuk ke bidang keuangan yang dibuka dengan mendirikan Mayapada Group pada 1986. Bisnisnya melaju lebih cepat daripada yang dibayangkan, sampai ia mampu bertahan di tengah kondisi krisis moneter di tahun pada 1998.
Selain sektor perbankan, gurita bisnis Tahir juga meliputi berbagai sektor, seperti kesehatan, properti, hingga media massa.
1. Bisnis Media Elektronik
Pada tahun 2018, Tahir melirik industri media elektronik di Tanah Air, membangun MyTV (Mayadapa TV), holding yang membawahi INTV (dulu Banten TV). Selain itu, Tahir adalah pemilik Rajawali Televisi (RTV) dan Topas TV. Tahir juga diketahui pernah memiliki My Mentor. Namun, baik MYTV, RTV, Topas TV, dan MyMentor, kesemuanya sudah resmi tutup pada 2020 lalu.
2. Bisnis Media Cetak
Selanjutnya, Tahir juga menjajal bisnis di media cetak. Ia mendirikan PT Intermedia Promosindo (Guo Ji Ri Bao), PT Wahana Mediatama (Forbes) dan PT Elia Mediatama Indonesia (Elle). Mayapada Group sempat memiliki Guo Ji Ri Bao, koran berbahasa Mandarin.
Baca Juga: Sisi Lain Dato Sri Tahir, Taipan Rendah Hati yang Sangat Hormat ke Jokowi
3. Bisnis Toko Bebas Bea
Tahir pun diketahui sebagai pemilik PT Sona Topas Tourism Industry Tbk (SONA) pada 1978. Beroperasi 1980, namanya diganti PT Sona Topas Group. Setahun kemudian ganti nama lagi PT Sona Topas. Pada 13 Oktober 1990, Namanya diubah lagi menjadi PT Sona Topas Tourism Industry. Kantor pusatnya di Mayapada Tower 2 Lantai 2, Jl Jenderal Sudirman Kav.27, Jakarta.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SONA meliputi bidang aktivitas agen perjalanan wisata, aktivitas biro perjalanan wisata, aktivitas perjalanan lainnya dan jasa reservasi lainnya.
Saat ini, pendapatan utama SONA berasal dari anak usaha (PT Inti Dufree Promosindo) yang bergerak sebagai operator bebas bea terbesar di Indonesia dengan Toko bebas bea (Duty free shop) di Bali, Jakarta dan Medan. Selanjutnya SONA akan lebih fokus pada pengembangan bisnis toko bebas bea dan convenience goods barang lokal yang berasal dari PT Karya Prima Unggulan tanpa meninggalkan peran tradisionalnya sebagai biro perjalanan wisata.
Selanjutnya, menurut laman Wikipedia, Tahir pun diketahui memiliki saham di PT Korean Airlines Indonesia. Namun sayang, tak banyak informasi yang bisa digali mengenai hal ini.
4. Perbankan dan Asuransi
PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA) merupakan perusahaan milik Tahir yang menjalankan kegiatan di bidang jasa keuangan. Perusahaan ini mengelola Bank Mayapada sebagai sebagai bank umum, pedagang valas, dan juga bank devisa.
Didirikan tahun 1989, saat ini bank tersebut mempunyai 199 jaringan kantor yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai salah satu bank dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia, Bank Mayapada telah menjadi Bank BUKU III di tahun 2017 dan per Desember 2022 memiliki total aset sebesar Rp135,5 T sehingga merupakan Bank yang termasuk dalam 20 Bank terbesar dari sisi aset
Selain itu, Tahir pun membangun bisnis pembiayaan dan asuransi melalui PT Topas Multifinance, PT Sompo Insurance Indonesia (Sompo), PT Zurich Insurance Indonesia (Zurich Insurance), PT Zurich Topas Life (Zurich Life).
5. Bisnis Kesehatan
Tak berpuas diri, Tahir pun melirik bisnis kesehatan. Didirikan PT Mayapada Healthcare Group, PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (pengelola RS Mayapada), PT Mayapada Clinic Pratama (Mayapada Clinic), PT Agave Biomedi Investama (Biomedilab).
6. Bisnis Tambang
Dikutip dari bloombergtechnoz, Tahir pun diketahui menjadi pemilik PT Raja Kutai Baru Makmur. Adapun, PT Raja Kutai Baru Makmur merupakan perusahaan dengan spesifikasi modal dalam negeri yang bergerak di bidang pertambangan batubara.
7. Bisnis Properti
Untuk properti, Tahir diketahui memiliki PT Mayapada Properti Indonesia Tbk dan PT Precise Pacific Realty (Mayapada Tower) yang mengelola Mayapada Tower 1, Mayapada Tower 2.
Gak cuma itu, Tahir pun membangun Menara Topas, Sona Topas Tower, Menara Gracia, Menara Mayapada Bandung, Mayapada Complex, The Khayangan, Taman Beverly. Selain itu, dia membangun Mayapada Banua Center yang namanya diganti William Tandiono Complex di Kalimantan Selatan (Kalsel). Penggantian nama dilakukan Tahir untuk menggenang William Tandiono, menantunya yang meninggal pada 23 Juli 2023.
Karya-karya properti Tahir pun bertebaran, mulai The Grand Banua, Sky Pavilion, Mayapada Office Tower, Regent Bali Hotel and Residence. Termasuk Fairmont Sanur Beach Bali, Mall Bali Galleria, Pusat Niaga Puri Agung, Simprung Signature.
8. Organisasi Nirlaba
Tak hanya membangun bisnis berorientasi cuan semata, Tahir juga diketahui mendirikan sebuah organisasi nirlaba bernama Tahir Foundation.
Yayasan ini memiliki misi untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat Indonesia dengan menyediakan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang memadai.
Pada 2020 silam, yayasan ini menyalurkan bantuan senilai Rp 52 miliar kepada empat provinsi di pulau Jawa untuk melawan virus Covid-19. Melalui yayasan tersebut juga, ia telah memberikan beasiswa pendidikan kepada ribuan anak muda Indonesia yang berbakat dan kurang mampu.
9. Museum
Pada tahun 2023, Tahir pun diketahui mendukung pembangunan Museum Sains dan Teknologi Bengawan Solo di kawasan Pedaringan, Kelurahan/Kecamatan Jebres, Solo. Adapun, prosesi peletakan batu pembangunan Museum itu dilakukan oleh Tahir bersama dengan Wali Kota Solo kala itu, Gibran Rakabuming Raka.
Tahir menjelaskan ibunya merupakan warga Solo. Keluarganya pun meninggalkan Kota Solo dengan kondisi ekonomi keluarga yang tidak mampu. Kini, Tahir kembali dengan membantu pembangunan museum.
Baca Juga: Mengulik Seluk Beluk Perjalanan Bisnis Mayapada Group
Empat Bisnis Dato Sri Tahir Melantai di Bursa
Keempat lini bisnis Tahir, yakni Bank Mayapada, Mayapada Hospital, dan properti, merupakan perusahaan go public atau tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
1. Bank Mayapada
Bank Mayapada merupakan perusahaan kedua Keluarga Tahir yang go public pada tahun 1997. Ia diketahui memiliki 4,79 persen saham Bank Mayapada, dan dia menjabat sebagai Komisaris Utama perusahaan tersebut.
Sampai dengan kuartal pertama tahun 2024, pendapatan bunga bersih Bank Mayapada tumbuh 31,63% yoy menjadi Rp508,72 miliar. Pada periode yang sama, laba bersih Bank Mayapada tercatat senilai Rp5,5 miliar.
2. Mayapada Hospital
Sementara, Mayapada Hospital tercatat di BEI pada April 2011. Di bisnis ini, Tahir memiliki 0,02 persen saham di RS Mayapada. Saat ini, saham SRAJ berkisar Rp2.280 per lembar. Melansir RTI, kepemilikan mayoritas saham SRAJ dimiliki oleh PT Surya Cipta Inti Cemerlang (P) sebanyak 59,99%.
Sementara itu, kepemilikan saham SRAJ oleh Dato Sri Tahir secara langsung mencapai 0,02%. Sepanjang kuartal pertama tahun 2024, SRAJ membukukan kenaikan pendapatan sebesar 27,4% yoy menjadi Rp746,1 miliar. Dengan capaian pendapatan tersebut, SRAJ mengantongi laba bersih sebesar Rp4,74 miliar per Maret 2024.
Namun, belum lama ini Tahir memutuskan untuk mundur dari kursi Wakil Komisaris Utama Rumah Sakit (RS) Mayapada, PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. (SRAJ). Dengan demikian, maka susunan komisaris SRAJ terdiri dari Jonathan Tahir, yang tak lain adalah putra bungsu Dato Sri Tahir, sebagai komisaris utama. Selanjutnya, Daniel Tjen dan Raden Agung Laksono menjabat sebagai komisaris, serta Melanie Hendriaty Sadono Djamil dan Antonius Indrajana sebagai komisaris independen.
SRAJ juga belum lama ini mendirikan anak usaha baru PT Sejahtera Karunia Semesta dan bermarkas di Jakarta. Bidang usaha sesuai dengan klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia, yakni aktivitas rumah sakit swasta. Modal dasar atas pendirian anak usaha baru ini sebesar Rp4 miliar, dan modal disetor sebesar Rp1 miliar. Sementara pemegang saham Sejahtera Karunia Semesta, yakni SRAJ dengan kepemilikan sebesar 99 persen atau setara dengan Rp990 juta. Sedangkan sisanya 1 persen atau Rp10 juta dimiliki Jonathan Tahir.
Terbaru, SRAJ kembali mendirikan anak usaha baru untuk menunjang kegiatan utama bisnis perseroan. Yakni, PT Anugrahsukses Utama Sejahtera (AUS). AUS berbasis di Jakarta Selatan dan bergerak di bidang usaha aktivitas klinik swasta. Adapun, modal dasar pembentukan entitas baru ini sebesar Rp4 miliar, dan modal disetor Rp1 miliar. Alasan dilakukan pembentkan entitas anak perusahaan adalah untuk menunjang kegiatan utama usaha perseroan dalam rangka pengembangan rumah sakit baru.
Baca Juga: Mengintip Kisah Dato Sri Tahir saat Muda
3. Maha Properti Indonesia
Keluarga Tahir juga memiliki usaha properti lewat MPRO yang listing di BEI pada Oktober 2018. Kepemilikan Tahir secara langsung dalam saham MPRO terbilang besar, yakni mencapai 21,25%. Jumlah tersebut menjadi yang kedua terbesar setelah Jonathan Tahir yang menguasai hingga 34,22% saham MPRO.
Tak seperti dua emiten sebelumnya, kinerja emiten MPRO masih belum mencapai positif. Hal tersebut tercermin dari kinerja Maha Properti Indonesia per 31 Maret 2024 yang merugi Rp10,35 miliar. Sementara itu, pendapatan MPRO naik tipis menjadi Rp867,96 juta pada kuartal pertama 2024.
4. Sona Topas Tourism
Emiten legendaris lainnya milik Dato Sri Tahir yang tercatat di Bursa Efek Indonesia adalah PT Sona Topas Tourism Industry Tbk (SONA).
Sesuai namanya, SONA merupakan emiten yang bergerak di industri pariwisata. SONA melantai di BEI pada 21 Juli 1992.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Sona Topas Tourism Industry Tbk (30-Sep-2023), yaitu DFS Venture Singapore (Pte) Limited (pengendali) (45,00%), PT Precise Pacific Realty (34,67%) dan Tahir (15,70%). Pihak pengendali dan pemilik manfaat utama (ultimate beneficial owner) Sona Topas Tourism Industry Tbk adalah LVMH Louis Vuitton Moet Hennessy.
Sona Topas membukukan rugi bersih pada Kuartal 1 2024 sebesar Rp3,7 miliar. Kerugian tersebut meningkat bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2023 sebesar Rp2,9 miliar.
Baca Juga: Mengintip Konglomerasi Bisnis Milik Dato Sri Tahir
Bisnis Joint Venture
1. Zurich Topas Life (Zurich)
Selain membangun bisnisnya sendiri, Dato Sri Tahir melalui Bank Mayapada Internasional (Bank Mayapada) dan Mayapada Hospital juga mengumumkan kolaborasinya dengan Zurich Topas Life (Zurich), untuk memperluas layanan perlindungan kesehatan terlengkapnya Zurich Optimal Health Assurance (ZOHA).
ZOHA sendiri memberikan akses luas menuju perawatan medis terbaik di berbagai belahan dunia melalui berbagai plan. Selain itu, manfaat ini juga dilengkapi dengan fasilitas cashless untuk perawatan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura, serta tambahan pilihan untuk menerima kompensasi atas ketidakmampuan atau kurangnya pertanggungan dari asuransi lain yang dimiliki. ZOHA sendiri juga merupakan salah satu produk flagship Zurich, telah dirilis sejak akhir 2021.
Sejak dirilis pertama kali hingga hari ini, performa ZOHA sangat baik, kontribusi di atas 30% terhadap total pendapatan premi Zurich. Adapun, per Maret 2023, Zurich membukukan pendapatan premi neto Rp190,74 miliar.
2. MindChamps PreSchool Ltd
Mayapada Group juga menggandeng MindChamps PreSchool Ltd mendirikan perusahaan patungan atau joint venture (JV) untuk membawa sekolah-sekolah MindChamps ke Indonesia.
MindChamps sendiri semula didirikan di Sydney, Australia pada 1998 sebagai pusat penelitian pendidikan. Pada 2008, sekolah ini membuka prasekolah pertamanya di Singapura. Kemudian pada 2017, MindChamps menjadi sekolah anak usia dini pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Singapura (SGX).
Baca Juga: Peranan Dato Sri Tahir sebagai Wantimpres: Fokus Investasi dan Entaskan Kemiskinan
3. PT Berita Mediatama Indonesia
Selanjutnya, PT Berita Mediatama Indonesia, perusahaan yang menaungi Bloomberg Technoz pun diketahui berafiliasi dengan Grup Mayapada milik Tahir.
4. Akasia 365mc
Selain itu, Mayapada Group juga melakukan usaha patungan atau joint venture dengan Rumah Sakit Obesitas terbesar di Korea Selatan, 356mc, membuka pusat kecantikan tubuh atau Body Aesthetics Center di Rumah Sakit Mayapada Jakarta Selatan. Bisnis yang dimulai Februari 2023 tersebut bernama Akasia 365mc.
Akasia 365mc sendiri adalah pusat kesehatan pertama yang mampu melayani dan menangani berbagai kasus kelebihan berat badan atau obesitas; dan pembentukan tubuh.
Akasia 365mc akan membuka cabang-cabang berikutnya di Bali, Surabaya, Bandung dan Jakarta untuk melayani kebutuhan masyarakat Indonesia. Seluruh pusat kesehatan ini menyediakan penanganan obesitas dan pembentukan tubuh dengan standar emas internasional dengan fasilitas dan peralatan medis terkini.
5. Estee Gold Feet (EURO)
Terbaru, anak bungsu Tahir, yaitu Jonathan Tahir pun diketahui menjadi pemegang saham PT Estee Gold Feet (EURO) dengan porsi kepemilikan lebih dari 5%. PT Estee Gold Feet (EURO) adalah pemain di industri pengisian jasa aerosol kosmetik dan bahan pembersih keperluan rumah tangga.
Mengutip Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Jonathan memborong sebanyak 200 juta saham EURO pada 22 April 2024. Pembelian dilakukan melalui Danatama Makmur Sekuritas bertindak sebagai perantara dalam aksi tersebut. Dengan jumlah kepemilikan sebanyak 200 juta saham tersebut, dia menggenggam 7,85% saham EURO.
Jonathan Tahir sendiri tercatat sebagai Wakil Pimpinan Mayapada Group, yaitu grup yang menaungi berbagai usaha di bidang perbankan, asuransi, kesehatan, ritel, real estate dan media. Adapun, beberapa saham perusahaan yang sahamnya dipegang oleh Jonathan di antaranya PT Maha Properti Indonesia Tbk (MPRO), PT Bank Mayapada Internasional Tbk. (MAYA), dan PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ).