Dalam perjalanan panjang dunia kesehatan Indonesia, peran perempuan telah menjadi fondasi yang tidak tergantikan. Dari masa perjuangan kemerdekaan hingga era digital saat ini, perempuan Indonesia tidak hanya menjadi penggerak di ruang keluarga, tetapi juga di garda depan pelayanan kesehatan, pendidikan medis, hingga inovasi teknologi di bidang kedokteran.
Mereka berjuang dalam berbagai bentuk, ada yang mengabdi di pelosok nusantara, ada yang menggagas kebijakan kesehatan publik, dan ada pula yang memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan edukasi kesehatan dengan cara yang ringan dan mudah dipahami.
Dari masa dr. Marie Thomas hingga generasi baru seperti dr. Mesty Ariotedjo, kontribusi perempuan di dunia kedokteran telah menorehkan sejarah panjang yang layak dikenang dan diteruskan.
Baca Juga: Rencana Pemerintah Hapus Tunggakan Iuran BPJS Kesehatan
Berikut Olenka rangkum deretan perempuan inspiratif di bidang kedokteran yang kiprahnya membuktikan bahwa peran mereka begitu penting dalam dunia kesehatan Indonesia:
dr. Marie Thomas – Dokter Perempuan Pertama Indonesia
Sebagai perempuan pertama yang meraih gelar dokter di Indonesia, dr. Marie Thomas menjadi simbol pembebasan dan kemajuan perempuan Indonesia pada awal abad ke-20. Lulus dari STOVIA pada 1922, ia tak hanya menembus batasan gender di masa kolonial, tapi juga menjadi pelopor dalam bidang obstetri dan ginekologi.
Baca Juga: 10 Perempuan Inspiratif yang Mengukir Jejak di Dunia Jurnalistik Indonesia
Marie Thomas mendedikasikan hidupnya bagi kesehatan ibu dan anak. Ia mendirikan sekolah kebidanan di Bukittinggi pada tahun 1950 dan dikenal memperjuangkan penggunaan alat kontrasepsi IUD untuk menekan angka kematian ibu akibat kehamilan berisiko.
Bahkan, di masa sakit menjelang akhir hayatnya, ia masih mengajar calon bidan. Jejak perjuangannya itu menjadi bukti nyata bahwa keberanian perempuan mampu mengubah wajah kedokteran di tanah air.
dr. Hasri Ainun Habibie – Penggerak Kemanusiaan Lewat Bank Mata Indonesia
Lebih dikenal sebagai istri Presiden ke-3 RI B.J. Habibie, sosok Hasri Ainun Habibie sesungguhnya adalah teladan seorang dokter yang mendedikasikan hidupnya untuk kemanusiaan. Ia memimpin Perkumpulan Penyantun Mata Tunanetra Indonesia (PPMTI) dan menjadi penggagas berdirinya Bank Mata Indonesia, lembaga yang membantu ribuan tunanetra mendapatkan harapan baru melalui transplantasi kornea.
Baca Juga: Deretan Perempuan Inspiratif di Bidang Sastra
Ainun juga aktif dalam berbagai yayasan sosial, seperti Yayasan Beasiswa Orbit dan Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan. Di balik ketenangannya, ia adalah sosok visioner yang memperjuangkan akses kesehatan setara bagi seluruh lapisan masyarakat. Atas dedikasinya, pemerintah menganugerahkan Bintang Mahaputera, penghargaan tertinggi bagi warga negara berprestasi kepadanya.
Prof. Dr. dr. Nila Moeloek – Pejuang Kesehatan Ibu dan Anak
Nama Prof. Nila Moeloek lekat dengan perjuangan di bidang oftalmologi dan kesehatan publik. Sebagai guru besar FKUI dan mantan Menteri Kesehatan RI (2014–2019), ia dikenal berkomitmen menurunkan angka kematian ibu dan anak serta menangani HIV/AIDS.
Selain memimpin Perhimpunan Dokter Spesialis Mata (Perdami) dan Yayasan Kanker Indonesia, Nila juga pernah dipercaya sebagai anggota dewan internasional Partnership for Maternal, Child, and Neonatal Health (PMNCH) di bawah inisiatif PBB.
Dalam kepemimpinannya, pendekatan kesehatan tidak hanya berfokus pada penyembuhan, tetapi juga pencegahan dan pemberdayaan masyarakat.
dr. Nafsiah Mboi – dari WHO Hingga Menteri Kesehatan
Lahir di Sengkang, Sulawesi Selatan, dr. Nafsiah Walinono Mboi dikenal sebagai sosok yang teguh dan berintegritas tinggi. Sebagai dokter spesialis anak dan ahli kesehatan masyarakat, kiprahnya melintasi batas nasional hingga internasional.
Ia menjadi salah satu pelopor Komitmen Sentani 2004 untuk penanggulangan HIV/AIDS, menjabat sebagai Direktur Department of Gender and Women’s Health WHO, dan juga Ketua Komite Hak Anak PBB.
Baca Juga: 12 Tokoh Perempuan Inspiratif di Bidang Pendidikan
Ketika dipercaya menjadi Menteri Kesehatan (2012–2014), Nafsiah berfokus menghapus diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS dan memperkuat program keluarga berencana.
Annie Senduk – Perawat Revolusioner dan Pendiri PMI
Nama Annie Senduk jarang disebut dalam buku sejarah, namun jasanya luar biasa besar. Ia adalah satu dari perempuan yang menandatangani pendirian Palang Merah Indonesia (PMI) pasca-kemerdekaan. Sebelumnya, Annie menjabat sebagai kepala perawat di Asrama Kedokteran Jalan Kramat Raya 72, Jakarta.
Ia turut mendirikan sekolah perawat pertama di Indonesia, mengamankan obat-obatan saat masa pendudukan Jepang, dan melatih generasi perawat muda ketika tenaga kesehatan Belanda meninggalkan tanah air. Annie adalah simbol pengabdian perempuan di masa-masa krisis.
Baca Juga: Deretan Perempuan Inspiratif Indonesia di Bidang Budaya
Maria Walanda Maramis – Pelopor Edukasi Gizi dan Hak Perempuan
Pahlawan nasional asal Minahasa ini memperjuangkan kesetaraan perempuan, termasuk dalam bidang kesehatan keluarga. Lewat organisasi PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya), ia memperkenalkan pentingnya gizi, kebersihan, dan pendidikan bagi perempuan agar mampu membangun keluarga yang sehat.
Selain itu, Maria juga memperjuangkan hak politik perempuan hingga akhirnya perempuan diberi hak memilih di lembaga perwakilan lokal. Ia membuktikan bahwa kesehatan keluarga dimulai dari pendidikan perempuan yang baik.
dr. Julie Sulianti Saroso – Perintis Keluarga Berencana dan Presiden WHA
Sebagai dokter sekaligus pejabat internasional, dr. Julie Sulianti Saroso dikenal berani membawa isu kesehatan perempuan ke tingkat global. Ia pernah menjabat sebagai Presiden World Health Assembly (WHA) dan Dirjen P4M di Kemenkes RI.
Baca Juga: Deretan Perempuan Inspiratif Indonesia di Bidang Sains, Kiprah Mereka Mendunia
Dialah perempuan pertama yang menggagas program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia. Ide tersebut awalnya kontroversial, namun kini menjadi kebijakan nasional penting. Namanya kini diabadikan sebagai RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, rumah sakit rujukan penyakit infeksi di Jakarta.
dr. Melly Budhiman – Pelopor Yayasan Autisma Indonesia
Sebagai psikiater anak, dr. Melly Budhiman menjadi pelopor penanganan anak autistik di Indonesia. Bersama rekan-rekannya, ia mendirikan Yayasan Autisma Indonesia (YAI) pada 1997 untuk menyediakan layanan dan pendidikan bagi anak-anak dengan spektrum autisme.
Upayanya membuka jalan bagi peningkatan kesadaran masyarakat tentang autisme yang sebelumnya kurang dipahami. Kini, banyak lembaga pendidikan dan tenaga profesional yang lahir dari inisiatifnya.
drg. Gina Elmawati – Pengabdi di Pegunungan Meratus
drg. Gina Elmawati adalah simbol ketulusan pengabdian. Bertugas di Puskesmas Tandilang, ia menembus wilayah-wilayah terpencil di Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan, untuk memberikan layanan kesehatan gigi bagi masyarakat yang jarang tersentuh fasilitas medis.
Baca Juga: 11 Perempuan Influencer Parenting Ternama Indonesia yang Menginspirasi Orang Tua Muda
Dengan medan berat dan akses minim, Gina tetap setia menjalankan misinya. Ia percaya bahwa kesehatan adalah hak semua orang, termasuk mereka yang tinggal jauh dari kota.
dr. Osmi Samra – 20 Tahun Mengabdi di Perkebunan
Selama dua dekade, dr. Osmi Samra melayani masyarakat di pedalaman Aceh Singkil melalui poliklinik milik PT Perkebunan Lembah Bhakti (Grup Astra Agro). Ia tak hanya merawat para pekerja, tapi juga membuka akses kesehatan bagi warga sekitar yang jauh dari fasilitas medis.
Baca Juga: 11 Perempuan Dokter Influencer di Indonesia
Dedikasinya yang konsisten membuatnya dianugerahi penghargaan khusus oleh perusahaan. Ia adalah bukti bahwa pengabdian seorang dokter tidak diukur dari tempat, tapi dari niat dan ketulusan hati.
dr. Mesty Ariotedjo – Dokter, Inovator, dan Penggerak Edukasi Digital
Sebagai perwakilan generasi muda, dr. Mesty Ariotedjo membuktikan bahwa dokter masa kini bisa berperan lebih luas. Ia mendirikan WeCare.id, platform donasi kesehatan, serta Tentang Anak, aplikasi edukasi parenting berbasis riset medis.
Namanya sempat masuk daftar Forbes 30 Under 30 Asia kategori Healthcare & Science. Dengan gaya komunikatif dan empati tinggi, Mesty membawa semangat baru bahwa dunia kedokteran bisa menjangkau siapa pun lewat teknologi.
dr. Reisa Broto Asmoro – Juru Bicara Gugus Tugas COVID-19
dr. Reisa Broto Asmoro dikenal sebagai sosok yang mampu menjembatani dunia medis dan masyarakat luas dengan gaya komunikasinya yang hangat dan mudah dipahami. Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan ini pertama kali dikenal publik melalui program Dr. Oz Indonesia, sebelum kemudian dipercaya menjadi salah satu juru bicara pemerintah untuk Gugus Tugas COVID-19.
Baca Juga: 10 Public Figur Perempuan Indonesia yang Gemar Main Padel
Di masa pandemi, Reisa memainkan peran penting dalam mengedukasi masyarakat dengan bahasa yang tenang dan menenangkan di tengah ketakutan. Kini, Reisa aktif mengembangkan edukasi kesehatan digital dan advokasi perempuan melalui berbagai forum serta kampanye nasional.
dr. Meta Hanindita – Penggagas "Saring Sebelum Sharing"
Sebagai dokter spesialis anak dan penulis buku-buku kesehatan populer, dr. Meta Hanindita menegaskan perannya sebagai penyaring informasi medis di era digital. Melalui platform Instagram dan kanal edukasinya, ia secara konsisten meluruskan mitos seputar tumbuh kembang anak, nutrisi, hingga imunisasi dengan pendekatan berbasis bukti (evidence-based medicine).
Meta dikenal tak hanya informatif, tetapi juga tegas dalam membongkar informasi yang menyesatkan seputar kesehatan. Ia mempopulerkan istilah “saring sebelum sharing” di bidang medis, mengajak orang tua untuk menjadi pembelajar aktif demi tumbuh kembang anak yang sehat.
Baca Juga: Berkenalan dengan Sosok Atilla Dewanti, Dokter Spesialis Anak Konsultan Neurologi
Selain aktif di dunia digital, Meta juga menjadi pembicara dalam berbagai seminar nasional dan turut menulis buku edukasi kesehatan keluarga. Gagasannya sederhana tapi berdampak, yakni pengetahuan ilmiah harus mudah diakses oleh masyarakat agar mereka bisa mengambil keputusan kesehatan yang tepat.
dr. Amira Abdat – Dokter Kandungan Satu-satunya di Kabupaten Fakfak
dr. Amira Abdat adalah salah satu dokter kandungan muda yang memanfaatkan media sosial untuk membicarakan topik yang sering dianggap tabu, yakni kesehatan reproduksi dan pendidikan seksualitas.
Sebagai satu-satunya dokter kandungan di Kabupaten Fakfak, dr. Amira kerap membagikan konten edukatif yang ringan, interaktif, dan nonjudgmental, ia mengajak generasi muda memahami tubuh mereka sendiri dengan cara yang sehat dan ilmiah.
Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini juga aktif mengisi forum-forum kampanye publik serta menulis opini di media daring tentang pentingnya literasi kesehatan reproduksi. Gagasannya menekankan bahwa pendidikan seks bukanlah hal yang memalukan, melainkan kebutuhan dasar untuk membangun masyarakat yang sehat secara fisik dan mental.
Itulah sederet nama-nama perempuan inspiratif di bidang kedokteran. Jasa dan gagasannya membuktikan bahwa peran perempuan dalam dunia kesehatan, khususnya kedokteran tidak bisa disepelekan.