Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan nilai-nilai kebudayaannya. Dengan lebih dari 300 kelompok etnik, tepatnya terdapat 1.340 suku bangsa di Tanah Air, menurut sensus BPS tahun 2010, kebudayaan Indonesia yang beragam menjadi warisan tak ternilai yang harus dilestarikan.
Di era globalisasi yang tak mengenal batas ini, Indonesia harus mampu menjadi bagian dunia internasional tanpa kehilangan identitasnya. Perjuangan menjaga nilai-nilai kebudayaan Indonesia, salah satunya, terlihat dari usaha Pemerintah Indonesia mendapatkan pengakuan dari badan internasional UNESCO.
Baca Juga: Mengenal Aurora Sri Rahayu, Perempuan di Balik Ayam Goreng Legendaris Jogja ‘Olive Fried Chicken’
Sejumlah warisan budaya benda dan tak benda Indonesia yang berhasil diakui di kancah dunia, di antaranya, adalah keris, batik, angklung, noken, hingga pantun. Tak berhenti di sana, upaya melestarikan kebudayaan terus dilakukan oleh banyak tokoh di Indonesia, termasuk deretan perempuan berikut. Dengan sumbangsih mereka, kebudayaan Indonesia diharapkan terus hidup dan menjadi warisan yang dapat diteruskan untuk generasi mendatang.
1. Waldjinah
Bentuk kebudayaan beraneka ragam, salah satunya hadir dalam bentuk musik. Di bidang ini, ada sosok Waldjinah yang melegenda. Perempuan kelahiran Solo pada 7 November 1945 ini dijuluki sebagai Ratu Keroncong.
Dengan dedikasi dan karya-karyanya, Waldjinah ikut menjaga musik keroncong tetap eksis dan dikenal masyarakat Indonesia, bahkan dunia. Pemenang kontes menyanyi Ratu Kembang Katjang tahun 1958 dan Bintang Radio Indonesia tahun 1965 ini berhasil merilis puluhan album dengan album pertamanya berjudul Walang Kekek yang rilis di tahun 1967.
Di tahun 2002, bersama komponis Gesang yang menciptakan lagu "Bengawan Solo", Waldjinah mendapat anugerah seni dari Yayasan Musik Hanjaringrat di Surabaya.
2. Anne Avantie
Dari dunia fashion, ada nama desainer kondang Anne Avantie. Perempuan kelahiran 20 Mei 1965 ini tercatat memulai kariernya sejak tahun 1989.
Lewat tangan dinginnya, Anne mencipta ulang salah satu busana tradisional Indonesia yang kaya akan makna budaya dan sejarah, yakni kebaya. Menurutnya, kebaya bukan hanya tentang pakaian, melainkan makna dan semangat yang terkandung di dalamnya.
Karya-karyanya tidak hanya dipamerkan dalam negeri, tapi juga luar negeri. Anne berhasil meraih penghargaan Kartini Award tahun 2005 dan 2008 dari Ibu Negara kala itu, Ani Yudhoyono (Kristiani Herrawati), serta Ernst & Young Entrepreneurial Winning Women Class of 2011 dari Inggris atas kerja kerasnya sebagai pengusaha wanita yang sukses di industri kreatif.
3. Syandria Kameron
Selanjutnya, ada nama Syandria Kameron yang dikenal akan dedikasinya dalam menjaga kelestarian tari Bali. Dia merupakan penari sekaligus pengajar tari Bali dan pendiri organisasi Kembalikan Baliku.
Perempuan bernama lengkap Rakyan Ratri Syandria Sari Mardika Wati Guntur Soekarno Putri Kameron ini merupakan cicit pertama Presiden Soekarno, anak pertama dari pasangan Puti Guntur Soekarno dengan Joy Kameron. Sang ibu merupakan anak Guruh Soekarno Putra, salah satu putra Presiden Soekarno.
Syandria Kameron lahir pada tanggal 17 Agustus 1999 dan telah menyelesaikan pendidikannya di jurusan Antropologi, Universitas Indonesia.
4. Toeti Heraty Rooseno
Toeti Heraty Rooseno merupakan guru besar, sastrawan, sekaligus pegiat seni budaya yang mendapat penghargaan dari Kementerian Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Perempuan (KPPPA) pada tahun 2024 lalu atas perannya dalam mengembangkan dan membina bidang seni dan kebudayaan di Indonesia.
Toeti Heraty lahir di Bandung pada 27 November 1933 dan sempat menempuh pendidikan sarjana muda kedokteran di Universitas Indonesia (1955). Setelah menikah, Toeti kembali melanjutkan kuliah dan lulus dari Fakultas Psikologi di Universitas Indonesia di tahun 1962. Selanjutnya, Toeti melanjutkan studi Filsafat di Rijk Universiteit, Leiden, Belanda, pada tahun 1974 serta menuntaskan studi doktor dari Universitas Indonesia di tahun 1979.
Kontribusinya dalam kebudayaan Indonesia ditunjukkan lewat sejumlah karya dan posisinya di lembaga pendidikan Tanah Air. Toeti pernah mengorganisasi pameran seni rupa di Vatikan yang melibatkan seniman-seniman perempuan Indonesia dan berkarier sebagai rektor IKJ (1990-1996), Guru Besar Luar Biasa Fakultas Sastra UI (1994), dan Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1982-1985). Sebagai aktivis perempuan, Toeti ikut mendirikan Jurnal Perempuan (1996) dan gerakan Suara Ibu Peduli.
5. Lisa Tirto Utomo
Selain Toeti Heraty Rooseno, Kementerian PPPA juga memberikan penghargaan kepada Lisa Tirto Utomo, seorang pelestari rumah adat dan desa tradisional. Istri dari pendiri perusahaan air mineral Aqua, Tirto Utomo, ini lahir di tahun 1934 dan wafat pada tanggal 31 Juli 2023 lalu di Rumah Sakit Senior Bogor dalam usia 88 tahun.
Bersama sang suami, Ibu Tirto mendirikan lembaga nirlaba bernama Yayasan Tirto Utomo. Lewat yayasan tersebut, Ibu Tirto melestarikan seni-seni tradisional yang ada di Indonesia, mulai dari rumah adat, peralatan musik-tari, hingga tenun ikat. Beberapa upaya nyata yang telah dilakukan Yayasan Tirto Utomo adalah merenovasi Museum Pusaka Karo, dua rumah tenun Samosir, hingga renovasi rumah adat Jangga Dolok di Sumatera Utara.
Selain itu, Ibu Tirto turut mendukung pembangunan Rumah Budaya Tirto Gelong Meligai (tempat Suci Tertinggi) Sungai Utik, Kalimantan Barat, serta renovasi Kampung Wae Rebo di Nusa Tenggara Timur hingga meraih penghargaan dari Unesco sebagai salah satu jagar budaya warisan dunia.
6. Sisca Soewitomo
Dari bidang kuliner, ada nama legendaris Sisca Soewitomo. Perempuan kelahiran Surabaya pada 8 April 1949 ini bahkan mendapat julukan sebagai Ratu Boga Indonesia atas kontribusinya dalam memajukan industri kuliner Indonesia.
Namanya mulai disorot setelah menjadi pembawa acara program masak berjudul “Aroma” sejak tahun 1996. Tak main-main, program tersebut mampu mengudara hingga 11 tahun lamanya di Indosiar.
Sempat berkuliah di Universitas Trisakti jurusan kedokteran, tapi tak selesai, Sisca kembali berkuliah di Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti. Setelahnya, dia mendapatkan tawaran beasiswa dari American Institute of Baking di Manhattan, Kansas, Amerika Serikat, serta beasiswa untuk sekolah membuat dimsum di Taipei, Taiwan.
Sejak saat itu hingga kini, Sisca tidak berhenti membangun dunia kuliner Indonesia. Dia sempat menjadi guru bagi beberapa chef kenamaan Indonesia lainnya, seperti Muchtar Alamsyah, Rudy Choiruddin, Deddy Rustandi, hingga Haryanto Makmoer. Penerima penghargaan Ubud Food Festival Lifetime Achievement Award pada tahun 2016 ini telah menulis sedikitnya 150 buku resep; menandakan kontribusi tak hentinya dalam menjaga budaya kuliner Tanah Air.
Itulah enam nama dari banyaknya tokoh perempuan yang ikut berkontribusi menjaga budaya Indonesia. Selain nama-nama besar tersebut yang kiprahnya diketahui secara luas, kontribusi besar pelestarian budaya Indonesia terletak pada tokoh-tokoh daerah yang tanpa lelah terus menghidupkan segala bentuk kebudayaan Tanah Air.