Perempuan dan tulisan. Sejak R.A. Kartini dikenal sebagai salah satu tokoh emansipasi yang dikenal berkat tulisan-tulisan bernasnya dalam Habislah Gelap, Terbitlah Terang, makin banyak perempuan Indonesia yang menulis. Lewat jenis tulisan yang berbeda, para perempuan berikut memilih menulis cerita-cerita indah dan menggugah lewat karya sastra.

Tulisan sastra memang fiksi. Namun, di dalamnya tersimpan hasil pemikiran mendalam penulisnya mengenai fenomena dan kejadian di sekitarnya. Lewat tangan dingin mereka, para penulis perempuan ini ikut merekam sejarah dan membuka mata pembacanya tentang pemikiran yang berbeda dan original dari perasaan seorang perempuan.

Baca Juga: Deretan Perempuan Inspiratif Indonesia di Bidang Budaya

Berikut sejumlah perempuan penulis sastra di Indonesia dari masa ke masa yang berhasil Olenka rangkumkan:

1. Siti Rukiah

Nama Siti Rukiah Kertapati mungkin asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, bahkan di telinga penggemar sastra Indonesia. Padahal, dia merupakan sosok penulis perempuan yang mampu eksis di tengah dominasi penulis laki-laki di masa Kemerdekaan.

Rukiah lahir di Purwakarta pada 25 April 1927. Pada usia 19 tahun, dia menulis puisi untuk Majalah Gelombang Zaman dan Godam Jelata serta pernah menjadi staf redaksi di Majalah Pudjangga Baru. Pernikahannya dengan editor Majalah Godam Jelata, yakni Sidik Kertapati, membuatnya memiliki nama belakang Kertapati. Beberapa karyanya adalah novel Kejatuhan dan Hati (1950), Si Rawun dan Kawan-Kawannya (1955), Teuku Hasan Johan Pahlawan (1957), Pak Supi Kakek Pengungsi, Taman Sandjak Si Kecil (1959), Dongeng-Dongeng Kutilang (1962), Jaka Tingkir (1962), dan Kisah Perjalanan Si Apin (1962).

Siti Rukiah pernah mendapatkan penghargaan Seni Sastra dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN) pada 1952 untuk kumpulan cerita pendek dan sajak. Namun, sejak tahun 1965, namanya tidak lagi terdengar di dunia sastra Tanah Air.

2. Marga T.

Di era tahun 1970-an, karya-karya Marga T. alias Marga Tjoa menarik perhatian publik. Marga T. Penulis keturunan Tionghoa ini lahir di Jakarta pada 27 Januari 1943 dengan nama lengkap Intan Margaretha Harjamulia. Sementara itu, nama aslinya adalah Tjoa Liang Tjoe dan merupakan lulusan Fakultas Kedokteran, Universitas Trisakti, Jakarta.

Semasa hidupnya, Marga T. tercatat melahirkan 128 cerita pendek dan 67 buku. Dia meninggal dunia di Australia pada Kamis, 17 Agustus 2023. Beberapa karya fenomenalnya adalah novel Karmila, Badai Pasti Berlalu, Gema Sebuah Hati, Bukan Impian Semusim, dan Ranjau-ranjau Cinta.

Dua novelnya, Karmila (1973) dan Badai Pasti Berlalu (1874), menuai sukses saat diangkat ke layar lebar. Film Karmila tayang pada 1974 dan difilmkan ulang pada 1981 hingga diangkat menjadi seri sinetron televisi dengan judul yang sama di tahun 1991. Sementara itu, film Badai Pasti Berlalu rilis di tahun 1977 dan digarap ulang pada tahun 2007. Begitupun lagu "Badai Pasti Berlalu" yang mengiringi film tersebut di tahun 2007 sukses menjadi hits di pasaran dan masih terkenal hingga saat ini.

3. Nh. Dini

Novel Pada Sebuah Kapal yang terbit di tahun 1972 telah melambungkan nama Nh. Dini. Perempuan kelahiran Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 29 Februari 1936 ini memiliki nama lengkap Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin.

Menunjukkan minat dan bakat menulis sejak kecil, karya pertamanya dimuat dalam majalah pada tahun 1952. Selanjutnya, Nh. Dini menerbitkan kumpulan cerpen berjudul Dua Dunia di tahun 1956. Menulis lebih dari 30 judul buku, Nh. Dini diganjar berbagai penghargaan, termasuk SEA Write Award pada tahun 2003 dan Lifetime Achievement Award dari Ubud Writers and Readers Festival pada tahun 2017.

4. Mira W.

Mira Widjaja (Wong) atau lebih dikenal dengan nama pena Mira W. lahir pada 13 September 1951 di Jakarta. Dia merupakan lulusan FK Usakti pada tahun 1980. Sepanjang karier menulisnya, Mira W. telah menghasilkan 23 buku yang meliputi 19 novel, tiga kumpulan cerita pendek, dan sebuah kumpulan puisi.

Salah satu karyanya yang terlaris adalah Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi yang mencapai oplah 10.000, bahkan mengalami lima kali cetak ulang. Karya tersebut telah difilmkan, beserta sejumlah karya lainnya yang difilmkan bahkan diadaptasi menjadi serial TV seperti Kemilau Kemuning Senja, Ketika Cinta Harus Memilih, Permainan Bulan Desember, Dari Jendela SMP, dan Tak Kupersembahkan Keranda Bagimu.

5. Leila S. Chudori

Leila S. Chudori atau Leila Salikha Chudori merupakan sastrawan perempuan Indonesia yang pernah menjadi wartawan majalah Tempo. Leila lahir di Jakarta pada tanggal 12 Desember 1962 dan merupakan putri dari Mohammad Chudori, seorang wartawan Kantor Berita Antara dan surat kabar The Jakarta Post.

Saat masih berusia 11 tahun, ia telah memublikasikan karyanya di majalah Si Kuncung (1973) lewat cerpen berjudul “Pesan Sebatang Pohon Pisang”. Setelah melahirkan banyak cerpen yang dimuat di berbagai surat kabar, buku kumpulan cerpen berjudul 9 dari Nadira terbit di tahun 2009. Karya tersebut mendapat “Penghargaan Sastra” dari Badan Pengembagan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada tahun 2011.

Beberapa novelnya yang terkenal adalah Pulang (2012) serta Laut Bercerita (2017). Bahkan, pemutaran nonkomersial film Laut Bercerita selalu ramai peminat hingga saat ini. Sementara itu, sejumlah skenario yang ditulis Leila adalah drama televisi  “Dunia Tanpa Koma” (2006), film pendek “Drupadi” (sebuah tafsir dari kisah Mahabrata, 2008), dan skenario film “Kata Maaf Terakhir” (2009).

6. Ayu Utami

Ayu Utami merupakan lulusan Fakultas Sastra Universitas Indonesia yang lahir pada 21 November 1968. Novel pertamanya yang berjudul Saman langsung menarik perhatian publik. Bahkan, karya tersebut berhasil menjuarai sayembara penulisan roman Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1998 serta terjual sebanyak 55 ribu eksemplar dalam waktu tiga tahun.

Beragam karya lainnya yang telah diterbitkan Ayu Utama adalah Larung (2001), Bilangan Fu (2008), Si Parasit Lajang (2012), dan Cerita Cinta Enrico (2012). Berkat karya-karyanya, ia menerima Prince Claus Award pada tahun 2000 untuk kontribusinya dalam bidang budaya dan pembangunan. Saat ini, Ayu Utami masih aktif dalam dunia literasi Indonesia dengan menggelar beragam kelas pelatihan menulis.

7. Dee Lestari

Dewi Lestari Simangunsong merupakan penulis, penyanyi, dan pencipta lagu asal Indonesia. Dalam karier bermusiknya, dia dikenal sebagai penyanyi dalam trio Rida Sita Dewi. Sementara itu, dia menggunakan nama pena Dee Lestari dalam karier kepenulisannya.

Novel pertamanya berjudul Supernova: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh terbit pada tahun 2001. Novel best seller yang terjual sebanyak 7 ribu eksemplar dalam dua minggu ini terus berlanjut ke dalam 6 bagian yang terakhir di tahun 2016. Karya lainnya adalah Filosofi Kopi, Madre, Perahu Kertas, Rectoverso, hingga Aroma Karsa. Banyak dari judul-judul tersebut telah diangkat ke layar lebar.

8. Ratih Kumala

Belum lama ini, novel karya Ratih Kumala yang diangkat ke serial film mampu mengguncang dunia perfilman Indonesia, bahkan luar negeri. Gadis Kretek yang dimainkan oleh Dian Sastrowardoyo menjadi perbincangan dan mendapat pujian baik dari dalam maupun luar negeri.

Ratih Kumala lahir di Jakarta pada 4 Juni 1980 dan merupakan lulusan Sastra Inggris di Universitas Sebelas Maret. Novel pertamanya berjudul Tabula Rasa (2004) berhasil meraih penghargaan sebagai pemenang ketiga dalam Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta. Karya Ratih selanjutnya adalah Genesis (2005); kumpulan cerpen Larutan Senja (2006); Kronik Betawi (2009); Gadis Kretek (2012); Bastian dan Jamur Ajaib (2015); hingga Wesel Pos (2018).

9. Ika Natasa

Ika Natassa merupakan penulis Indonesia yang lahir pada 25 Desember 1977 di Medan, Sumatera Utara. Sebelum sukses menjadi penulis, dia merupakan seorang bankir dan sempat bekerja di Bank Mandiri sejak tahun 2002.

Novel debutnya berjudul A Very Yuppy Wedding yang terbit di tahun 2007. Konsisten mengusung cerita unik dengan tema yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, beberapa karya Ika selanjutnya adalah Divortiare (2008); Underground (2010); Antologi Rasa (2011); Twivortiare (2012); Critical Eleven (2015); The Architecture of Love (2016); Susah Sinyal (2017); Sementara, Selamanya (2020); hingga Heartbreak Motel (2022).

10. Djenar Maesa Ayu

Djenar Maesa Ayu atau yang akrab disapa Nai ini merupakan perempuan kelahiran Jakarta pada 14 Januari 1973. Dia juga dikenal sebagai aktris, produser, serta sutradara asal Indonesia.

Karya pertamanya adalah cerpen “Lintah” (2002) yang dimuat di Kompas. Cerpen “Menyusu Ayah” menjadi Cerpen Terbaik 2003 versi Jurnal Perempuan dan diterjemahkan oleh Richard Oh. ke dalam bahasa Inggris dengan judul “Suckling Father”. Sementara itu, buku kumpulan cerpen pertamanya berjudul Mereka Bilang, Saya Monyet! (2004) berhasil masuk dalam sepuluh buku terbaik Khatulistiwa Literary Award 2003. Karya lain dari Djenar adalah novel berjudul Nayla (2005).