Menteri Keuangan Purbaya Purbaya Yudhi Sadewa kembali membetot perhatian publik setelah dengan tegas menolak menggelontorkan dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk membiayai proyek Family Office. 

Proyek ini digagas Luhut Pandjaitan ketika masih menjabat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi pada Kabinet Indonesia Maju di bawah pemerintahan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).

Baca Juga: Alasan Purbaya Ogah Ongkosi Proyek Family Office Gagasan Luhut

Ide proyek itu pertama kali disampaikan Luhut kepada para delegasi World Water Forum (WWF) ke-10 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali pada pertengahan Mei 2024. 

Luhut punya pertimbangan tersendiri mengenai gagasan ini, baginya lembaga itu bisa menjadi solusi menarik investasi, tetapi Purbaya juga punya pandangan sendiri, alasan utama ia menolak menyokong proyek itu lewat APBD karena ketidakjelasan konsep, Purbaya khawatir dana  yang dikeluarkan tak tepat sasaran yang hanya menimbulkan kebocoran anggaran. 

Dilansir dari berbagai sumber, family office adalah lembaga pengelola kekayaan yang dirancang untuk melayani individu atau keluarga dengan aset besar, ia merupakan entitas konsultasi manajemen kekayaan (wealth management consulting) yang khusus melayani klien-klien ultra high net worth.

Family office direncang untuk menawarkan layanan terpadu, mulai dari pengelolaan aset, investasi, perencanaan pajak, hingga perpindahan kekayaan antar generasi, sesuai kebutuhan keluarga besar. Family office digadang-gadang sebagai pintu masuk bagi investor global. 

Kawasan seperti KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) dan pusat keuangan semacam Bali disebut-sebut sebagai lokasi potensial untuk lokasi family office Indonesia.

Keunggulan dan Risiko Family Office

Family office dinilai membawa sejumlah keuntungan baik bagi negara ataupun kalangan keluarga super kaya yang menggunakan jasa ini, namun hal ini mesti dibarengi dengan pengawasan yang ketat, pasalnya Indonesia kerap mengalami serangan cyber dan kebocoran data, dikhawatirkan identitas mereka yang menggunakan family office justru terancam tersebar karena keamanan data yang tak maksimal.

"Aman, kerahasiaan terjaga dan keuntungan tinggi. Jika ingin membentuk family office maka harus masalah data protection harus segera diatasi," kata Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti. 

Tak hanya itu Esther mengatakan family office impian Luhut itu juga mesti benar-benar digunakan secara maksimal, jangan sampai lembaga itu hanya sebata sebagai tempat penyimpanan uang dari kalangan keluarga kaya, jika ini terjadi maka family office ini tak berdampak pada sektor riil. 

Baca Juga: Omongan Terbaru Purbaya Soal Pembayaran Utang Whoosh: Untungnya ke Danantara, Susahnya ke Kita, Lucu!

"Kalau hanya menyimpan uang saja, saya rasa tidak berdampak luas dan rentan terjadi capital flight (modal ditarik keluar) ketika suku bunga turun," tambah Esther.

Untuk menarik orang superkaya berinvestasi melalui kantor keluarga, pemerintah juga disarankan Esther agar mengarahkan penanaman modal pada proyek-proyek strategis jangka panjang yang menguntungkan.