Dato Sri Tahir merupakan pendiri sekaligus pemilik konglomerasi bisnis Mayapada Group yang dikenal akan sifat filantropinya. Dengan kekayaan mencapai US$5,3 miliar, dia berada di posisi ke-8 orang paling kaya di Indonesia versi Forbes tahun 2024.
Di tengah kekayaan yang melimpah, dirinya tercatat berulang kali melakukan donasi besar ke berbagai sektor yang membutuhkan. Lewat Tahir Foundation, dia mendonasikan Rp950 miliar untuk aksi amal penanggulangan TBC, HIV, dan juga malaria di Indonesia. Bersama Bill and Melinda Gates Foundation, mereka mengalokasikan US$200 juta untuk perkembangan sektor kesehatan, pendidikan, dan reformasi hukum.
Baca Juga: Cara Dato Sri Tahir Menjaga Hati di Tengah Kesuksesan
Gelar Dato Sri bahkan didapatnya dari Sultan Pahang Malaysia karena kontribusinya terhadap masyarakat.
Latar Belakang Dato Sri Tahir
Pria kelahiran Surabaya pada 26 Maret 1952 ini bernama asli Ang Tjoen Ming dan merupakan anak dari pasangan Ang Boen Ing dan Lie Tjien Lien. Sifat senang berbaginya didapat semasa kecilnya yang dekat dengan kaum menengah ke bawah karena orang tuanya merupakan juragan becak.
Selepas menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Kristen Petra Kalianyar, Surabaya pada tahun 1971, Tahir melanjutkan pendidikannya di sekolah bisnis di Nanyang Technological University, Singapura. Dia berhasil mendapat beasiswa berkat keuletannya.
Tahir juga sudah mulai berbisnis ketika kuliah dengan membeli barang-barang di sana dan menjualnya kembali di Indonesia. Dia kembali melanjutkan pendidikannya di Golden Gates University, California, Amerika Serikat saat umur 35 tahun. Sementara itu, gelar Doktor diterimanya dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam Program Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan dengan predikat Cum Laude.
Mendirikan Mayapada Group
Industri pertama yang mulai digelutinya dengan serius adalah garmen. Dia mulai membangun Mayapada Group di tahun 1986 dengan mulai merambah berbagai sektor bisnis, seperti dealer mobil, perbankan, hingga kesehatan. Di tahun 1989, Tahir resmi mendirikan Bank Mayapada yang menjadi pilar utama bisnis Mayapada Group.
Ketika krisis keuangan tahun 1998 terjadi, Bank Mayapada menjadi satu dari sedikit bank yang dapat bertahan. Pasalnya, bank ini tidak mengambil kredit dari bank asing sehingga tak bergantung pada kurs saat itu. Dibentuk pada 7 September 1989 di Jakarta, PT Bank Mayapada Internasional, Tbk resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 1997 dengan kode emiten MAYA.
Selain Bank Mayapada, bisnis Tahir merambah sektor kesehatan lewat Mayapada Hospital yang ia bangun sejak tahun 2008. PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk sebagai pengelola Mayapada Hospital mulai tercatat di BEI sejak 1 Juni 2008.
Kini, Mayapada Group tetap bertahan dan terus berkembang. Tidak hanya di sektor perbankan dan kesehatan, lini bisnis yang didirikan oleh Mayapada mencakup properti (PT Mayapada Properti Indonesia Tbk), pariwisata (PT Sona Topas Tourism Industry Tbk), hingga berbagai bisnis joint venture lainnya seperti PT Sompo Insurance Indonesia (Sompo Insurance) yang bekerja sama dengan Sompo Holdings Asia Pte. Ltd. (Sompo Asia).