Presiden Direktur MNC Asia Holding, Hary Tanoesoedibjo bercerita panjang lebar ketika dirinya mengakuisisi PT Bimantara dari tangan anak Soeharto, Bambang Trihatmodjo.
Keputusan Hary Tanoe mengambil alih perusahan tersebut memantik pro kontra, ada yang sepakat dengan kebijakan itu, tetapi tidak sedikit pula yang sangsi.
Baca Juga: Tentang Kedekatan Ciputra Bersama Orang Tua dan Kenangan Manis di Desa Bumbulan
Mereka ragu Hary Tanoe tak mampu menjalankan perusahaan itu sebagaimana mestinya. Keragu-raguan yang muncul, sama sekali tak bikin goyah, keputusan Hary Tanoe bulat dan tak bisa diganggu gugat.
“Pada waktu saya ngambil alih Bimantara tahun 2001. Semua orang bilang jangan, nggak mungkin bisa pegang. Tapi ya saya lihat apa yang saya lakukan itu gak nyalai aturan. Saya tetap aja ambil alih, saya beli,” kata Hary Tanoe dilansir Olenka.id Selasa (3/6/2025).
Setelah mengambil alih perusahaan tersebut dari tangan anak presiden RI ke-2 tersebut, Hary Tanoe melakukan transformasi besar-besaran, ia mulai melakukan perbaikan dan pengembangan bisnis, beberapa bagian perusahaan yang dianggapnya tak mampu ia perbaiki ia jual kembali.
“Kemudian dengan keterbatasan saya, saya mau belajar. Akhirnya saya perbaiki dengan cara mana yang mau dikembangkan, mana yang tidak dikembangkan, yang tidak dikembangkan dijual, yang dikembangkan itu kita perbaiki termasuk,” ujarnya.
Sentuhan tangan dingin Hary Tanoe membuahkan hasil, perusahaan yang ia beli tumbuh dan berkembang pesat, perusahaan itu kemudian dikenal dengan nama MNC, sebuah perusahaan media terkemuka Tanah Air.
“Sampai akhirnya bisa membangun media. Jadi Cikal Bakalnya Media, MNC Tbk jadi yang tadi dilihat di video itu dari situ,” ujarnya.
Keberhasilan Hary Tanoe menjadi pelajaran penting bagi siapa saja yang mau atau sedang merintis usaha, bahwa dalam berbisnis perlu adanya keberanian, tentu saja nyali besar itu mesti dibarengi pertimbangan rasional dan kalkulasi yang pas. Perhitungan matang membantu meminimalkan risiko. Keputusan bisnis yang dilatarbelakangi hal seperti ini cenderung berhasil di kemudian hari.
Baca Juga: Mengulik Potret Kecil Ir. Ciputra: dari Luka dan Trauma Menjadi Legenda Properti Indonesia
“Kalau mau berhasil ya harus punya courage, punya keberanian, tapi bukan ngawur. Courage itu memiliki kekuatan untuk melakukan apa yang benar. Ini dengan cara yang baik ya,” pungkasnya.