“Apa spirit-nya? Can do. Makanya tadi jawabannya, yes we can. Because we can do it as entrepreneurs you need to be optimistic all the time, that's the spirit. Kalau ditanya gelas itu setengah kosong atau setengah terisi? Kita jawab, setengah terisi. Kita lihat krisis itu sebagai opportunity. Yes, how entrepreneurs think,” jelasnya.
Kedua, values atau nilai. Nilai dari sebuah entrepreneurial mindset adalah kepercayaan. Sebagai seorang pengusaha harus bisa memupuk kepercayaan pihak-pihak terkait dan untuk menjaga reputasinya.
“Hei guys, banyak entrepreneur nyari duit doang, those aren't entrepreneurs. Kalau mau kaya saja mungkin bisa jadi pedagang , but entrepreneurs things about how to manage the trust. Karena entrepreneurship is about trust. Uang bisa dicari, tapi reputasi tidak bisa dibeli. That's how you should put them as a value,” tutur Sandiaga.
“Seorang entrepreneur akan menjaga reputasinya, sekeras apapun dia akan pastikan amanah yang dia dapatkan bisa dikerjakan. So, the value its trust. Kita mengklasifikan ini sebagai sebuah amanah,” tambahnya.
Ketiga, culture. Menurut Sandiaga Uno, culture dari sebuah entrepreneurship terdiri dari tiga bagian yang saling berkaitan, yakni inovasi, adaptasi, dan kolaborasi.
“Di setiap apa yang kita lakukan harus ada aspek inovasi, jangan yang itu-itu saja. Kita harus berinovasi. Jangan pakai cara-cara yang lama dan sama, makanya kita beradaptasi, dan jangan pernah berhenti berkolaborasi,” katanya.
Sandiaga Uno menilai, konsep dari sebuah kolaborasi adalah silaturahmi yang memiliki dua pilar, yakni rezeki dan panjang umur. Ia juga merumuskan entrepreneurship sebagai silaturahmi dan kolaborasi.
Yang mana, jikalau ingin panjang umur dan banyak rezeki sebagai seorang entrepreneur, jangan pernah putus silaturahmi lewat menerapkan konsep kolaborasi.
“So, this three things is what we call the entrepreneurial values, spirit, and cultures embedded inovasi, adaptasi, dan kolaborasi,” tukasnya.