PT Bank OCBC NISP (OCBC Indonesia) kini merupakan perusahaan yang terafiliasi dengan Bank OCBC Singapura. Sejak tahun 2005, OCBC Overseas Investments Pte. Ltd resmi menjadi pemegang saham mayoritas perusahaan dengan kode saham NISP ini. Dari data terkini, OCBC Overseas Investments Pte. Ltd menggenggam 85,1% saham perusahaan yang awalnya bernama Bank NISP ini.
Sebelum menjadi Bank OCBC NISP sejak tahun 2008, perusahaan ini bernama NV Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank yang didirikan pada tanggal 4 April 1941 di Bandung, menjadikannya bank tertua keempat di Indonesia. Bisa dikatakan, perjalanannya yang panjang merupakan hasil kerja keras seorang Karmaka Surjaudaja. Lelaki kelahiran 29 April 1934 ini bahkan harus bertaruh nyawa dalam membesarkan Bank NISP.
Baca Juga: Kisah William Soerjadjaja: Sukses Dirikan Astra International hingga Pengorbanan Seorang Pemimpin
Permintaan Sang Mertua
Sejumlah sumber menjelaskan bahwa awal mula keterkaitan Karmaka Surjaudaja dengan Bank NISP disebabkan desakan sang mertua. Sebagai salah satu pendiri, mertuanya yang bernama Lim Khe Tjie meminta Karmaka mengambil alih Bank NISP di tahun 1962 karena kondisi yang sulit: adanya salah tata kelola dan kondisi ekonomi yang buruk.
Sebagai seseorang yang banyak menghabiskan waktu di dunia pendidikan dan industri, Karmaka awalnya diremehkan. Permintaannya untuk ikut bergabung dalam manajemen perusahaan atas nama keluarga ditolak mentah-mentah. Akhirnya, Karmaka menerima saran dari salah satu staf Bank NISP untuk membawa pihak otoritas dan pengawas (jaksa dan polisi) guna melakukan pengusutan.
Singkat cerita, dugaan adanya penyelewengan di Bank NISP terbukti dan Karmaka bisa menjadi bagian dari manajemen perusahaan. Dalam catatan resmi Bank NISP, Karmaka Surjaudaja mulai mengelola Bank NISP pada tahun 1963 dengan jabatan Direktur Operasional. Dari sini, ancaman pada Karmaka dan keluarganya baru saja dimulai.
Keputusan Karmaka menyingkirkan semua oknum manajemen yang nakal membuat dirinya diincar. Mobil dinas yang diberikan pada Karmaka pernah disabotase hingga hampir menghilangkan nyawanya karena rem blong. Pernah juga ditemukan bekas lubang peluru di mobilnya. Yang paling ekstrem, dia bahkan pernah diculik dan disekap di rumah yang berada di tengah sawah.
Beruntung, Karmaka bisa menjebol pintu dan kabur saat penjaga tertidur. Aduannya kepada Jenderal Sutoko, kawan mertuanya, berbuah penjagaan atas nyawa Karmaka. Saat ancaman tersebut mereda, barulah Karmaka bisa fokus pada pembenahan Bank NISP.
Kerja Keras Karmaka Surjaudaja
Baru bergabung dua tahun, Karmaka harus menghadapi tantangan dunia perbankan akibat kebijakan Pemerintah Indonesia yang melakukan sanering atau devaluasi di akhir tahun 1965. Pemotongan nilai uang dari Rp1.000 menjadi Rp1 membuat banyak nasabah mengamuk karena tiba-tiba kehilangan nilai uangnya. Di momen ini, Bank NISP bahkan harus menutup beberapa cabangnya.
Mampu membuktikan kemampuannya, Karmaka bisa membawa Bank NISP melewati krisis 1965. Bank NISP bahkan berhasil menaikkan status operasional dari Bank Tabungan menjadi Bank Komersial di tahun 1967. Di tahun 1971, Karmaka Surjaudaja resmi diangkat sebagai Presiden Direktur Bank NISP dan mampu mempertahankan posisi tersebut hingga tahun 1997.
Kisah perjuangan Karmaka bersama Bank NISP juga terbukti saat mampu melewati krisis di akhir tahun 1990. Bank NISP berhasil melewati kondisi tersebut, bahkan tanpa perlu mengikuti program rekapitalisasi perbankan yang dicanangkan pemerintah, di saat lebih dari 100 bank lainnya ditutup karena dinilai bermasalah. Ketahanan Bank NISP kembali terbukti saat mampu melewati krisis di tahun 1997/1998.
Kredibilitas sebagai Kunci Utama
Mengutip Kompas.com, salah satu anak Karmaka menjelaskan bahwa kunci keberhasilan perusahaannya adalah menjaga kepercayaan nasabah/konsumen. Pramukti Surjaudaja, anak Karmaka yang ditunjuk sebagai Direktur Utama Bank NISP pada 1997, mengatakan bahwa manajemen Bank NISP memegang teguh prinsip kesehatan, profesionalisme, etika, dan rentabilitas.
Manajemen Bank NISP membentuk pengawasan melingkar 360 derajat: komisaris mengawasi direksi, para direksi saling mengawasi, direksi mengawasi karyawan, dan karyawan menilai pimpinan. Sistem tersebut terbukti menciptakan kerja sama, saling percaya, dan saling melayani. Dengan begitu, kepercayaan nasabah dapat dijaga.
Setelah mewariskan legacy kepada keturunannya, Karmaka Surjaudaja dapat beristirahat dengan tenang pada 17 Februari 2020. Saat ini, Pramukti Surjaudaja menjabat sebagai Presiden Komisaris OCBC NISP, sedangkan putrinya yang bernama Parwati Surjaudaja menjabat sebagai Presiden Direktur OCBC NISP.