Di balik kelezatan gorengan, roti, dan makanan cepat saji yang sering jadi favorit banyak orang, tersimpan ancaman diam-diam bagi tubuh karena terdapat lemak trans. Pakar herbal nasional sekaligus Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), dr. Inggrid Tania, mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai lemak trans (trans fat) atau jenis lemak jahat yang dapat merusak kesehatan bila dikonsumsi berlebihan.

“Trans fat itu dari hasil-hasil penelitian memang lebih banyak memberikan efek negatif untuk kesehatan kita,” ujar dr. Inggrid.

Baca Juga: Pakar Tegaskan Minyak Sawit Bebas Kolesterol dan Lemak Trans

Ia menjelaskan bahwa berbeda antara lemak trans dengan lemak jenuh yang masih memiliki manfaat tertentu, lemak trans hampir tidak memiliki efek positif dan justru berperan besar dalam meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis.

Menurutnya, konsumsi lemak trans secara berlebihan dapat memicu penyakit jantung koroner, serangan jantung, obesitas, hingga diabetes melitus tipe 2. Lemak trans bekerja dengan meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kolesterol baik (HDL), yang pada akhirnya memperburuk fungsi pembuluh darah dan metabolisme tubuh.

“Trans fat bisa menjadi faktor risiko munculnya penyakit jantung koroner yang juga bisa memicu serangan jantung, kemudian juga memicu obesitas serta sindroma metabolik seperti diabetes melitus tipe 2,” jelasnya.

Baca Juga: 6 Tanda Peringatan Dini Hati Menyimpan Terlalu Banyak Lemak

Lebih jauh, dr. Inggrid memaparkan bahwa trans fat banyak ditemukan pada produk roti dan kue (baked products) karena dalam proses pembuatannya sering digunakan shortening, bahan yang mengandung lemak trans untuk memberikan tekstur renyah dan lembut. Selain itu, makanan cepat saji (junk food) seperti ayam goreng (fried chicken), kentang goreng (french fries), dan donat juga menjadi sumber lemak trans yang umum dikonsumsi.

“Trans fat ini contohnya ada pada makanan-makanan baked product seperti roti, karena dalam pembuatannya sering menggunakan shortening. Selain itu, pada makanan junk food seperti fried chicken, french fries, dan donut juga banyak ditemukan trans fat,” paparnya.

Baca Juga: 7 Gejala Penyakit Hati Berlemak pada Wanita yang Sering Diabaikan, Padahal Bisa Membahayakan

Ia menambahkan, metode penggorengan dengan teknik deep frying juga dapat memicu terbentuknya lemak trans, terutama jika minyak yang digunakan bukan minyak sawit atau sudah dipakai berulang kali.

Mengingat bahayanya, dr. Inggrid menegaskan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan batas aman konsumsi lemak trans kurang dari 1 persen dari total asupan lemak harian.

“Trans fat karena efek buruknya jauh lebih banyak daripada efek baiknya, maka WHO membatasi konsumsi trans fat itu kurang dari 1 persen dari asupan lemak kita sehari-hari. Jadi betul-betul sangat dibatasi,” tegasnya.

Baca Juga: Ini Jenis Susu Terbaik untuk Diet, Kata Ahli Gizi Bisa Bakar Lemak Lebih Cepat

Sebagai langkah pencegahan, dr. Inggrid mengimbau masyarakat untuk lebih cermat membaca label gizi, menghindari makanan olahan berlemak tinggi, serta lebih banyak mengonsumsi makanan segar dan alami. Sebab, menjaga pola makan bukan sekadar tentang menghitung kalori, tetapi memahami apa yang sebenarnya masuk ke dalam tubuh.