Penyakit jantung bawaan atau congenital heart disease merupakan kelainan pada struktur dan fungsi jantung yang sudah terjadi sejak janin dalam kandungan. Kondisi ini berbahaya karena dapat mengganggu aliran darah dan mengancam nyawa penderitanya.

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Ario Soeryo Kuncoro, menjelaskan bahwa penyakit jantung bawaan bersifat genetik dan terjadi akibat gangguan dalam proses pembentukan serta perkembangan jantung janin. Salah satu gejala yang bisa terdeteksi sejak dalam kandungan adalah detak jantung janin yang tidak beraturan atau aritmia.

Pada bayi, tanda yang paling sering muncul adalah perubahan warna kebiruan atau kehitaman pada bibir, kulit, maupun kuku, yang disebut sianosis. Oleh karena itu, pemeriksaan USG kehamilan sangat penting untuk mendeteksi penyakit ini lebih awal. Selain itu, ibu hamil disarankan menjalani pola hidup sehat serta mengonsumsi makanan bergizi seimbang sebagai langkah pencegahan.

Baca Juga: Jantung Berdebar Padahal Lagi Santai? Waspada, Itu Bisa Jadi Tanda Aritmia

Menurut Ario, penyakit jantung bawaan secara umum terbagi menjadi dua jenis, yaitu penyakit jantung bawaan biru (cyanotic congenital heart disease) dan tidak biru (acyanotic congenital heart disease).

“Kalau yang biru biasanya lebih cepat terlihat karena kondisi anak tampak kebiruan sejak lahir. Umumnya jenis ini membutuhkan tindakan bedah, meskipun tetap bergantung pada variasi penyakitnya,” jelasnya.

Sementara itu, penyakit jantung bawaan yang tidak biru sering kali tidak menimbulkan keluhan hingga pasien berusia dewasa, bahkan lanjut usia. Hal ini disebabkan jantung masih mampu beradaptasi dengan kelainan tersebut. Meski begitu, pemeriksaan rutin tetap diperlukan karena gejalanya kerap tidak terdeteksi tanpa screening atau pemeriksaan penunjang, seperti rontgen dada yang dapat memperlihatkan tanda-tanda pembesaran jantung.

Baca Juga: Tanda Penyakit Jantung Koroner yang Sering Dianggap GERD, Waspada Ya!

Ario menekankan bahwa ukuran kelainan pada sekat jantung turut memengaruhi tingkat keparahan penyakit. Jika lubang sekat cukup besar, keluhan bisa muncul lebih cepat dan membutuhkan tindakan penutupan. Sebaliknya, jika ukurannya kecil dan tidak bermakna secara klinis, tindakan medis biasanya tidak diperlukan.

“Penyakit jantung bawaan ini juga memiliki sifat menurun. Risiko seorang anak yang lahir dari orang tua penderita penyakit jantung bawaan untuk mengalami hal yang sama bisa mencapai 40–50 persen,” ungkap Ario.

Karena itu, ia menyarankan agar pasien dengan riwayat penyakit jantung bawaan melakukan screening keluarga dekat, termasuk anak-anak, guna mendeteksi kemungkinan adanya kelainan serupa sejak dini.

Baca Juga: Jaga Jantung dengan Latihan Pagi 10 Menit, Ini Sederet Manfaatnya

Lebih lanjut, Ario menjelaskan bahwa penyakit jantung bawaan terjadi akibat ketidaksempurnaan dalam proses kompleks pembentukan jantung janin. “Proses pembentukan ruang jantung, katup, hingga pembuluh darah sangat rumit. Jika ada gangguan sedikit saja dalam tahapan tersebut, bisa menyebabkan kelainan yang akhirnya menjadi penyakit jantung bawaan,” ujarnya.

Dengan deteksi dini dan pengelolaan medis yang tepat, pasien penyakit jantung bawaan memiliki peluang hidup lebih baik. Oleh sebab itu, pemeriksaan rutin bagi ibu hamil dan keluarga dengan riwayat penyakit ini sangat disarankan.