Banyak dari kita diajarkan untuk bekerja dengan sepenuh hati, memberikan yang terbaik, dan loyal pada perusahaan. Namun, menurut Akademisi dan Praktisi, Daniel Christian Tarigan, konsep loyalitas ini sebaiknya ditakar dengan bijak. Alasannya, kata Daniel, karena perusahaan bisa berubah sewaktu-waktu dan perubahan tersebut tidak selalu berpihak pada karyawan.
“Jadi, loyalitas kepada organisasi itu memang menurut saya sih ada takarannya ya. Jadi, akhirnya saya belajar bahwa, ini pengalaman pribadi sih. Jadi, akhirnya saya belajar bahwa kita harus loyal itu pada profesi,” tutur Daniel, saat ditemui Olenka, di Jakarta, belum lama ini.
Daniel lantas bercerita bahwa pemahaman ini datang dari pengalaman pribadinya. Sebagai dosen, ia menyadari bahwa loyalitas utamanya bukan pada institusi tempat ia bekerja, melainkan pada profesinya sebagai pendidik dan pada mahasiswa yang ia layani.
Menurutnya, profesi dan kontribusi nyata kepada orang-orang di sekitar kita jauh lebih penting daripada mengikatkan diri sepenuhnya pada perusahaan.
“Kalau saya dosen, berarti loyalitas saya itu kepada mahasiswa saya, profesi saya,” ungkapnya.
Ia juga mengingatkan bahwa organisasi selalu dijalankan oleh orang-orang, dan kepemimpinan bisa berganti kapan saja. Ketika rezim berubah, kebijakan pun bisa berubah. Apa yang dulu mendukung kita, bisa saja menjadi sebaliknya.
“Jadi, jangan loyal sama perusahaan ya. Karena kita gak tahu kapan rezim akan berganti, kapan pimpinan di perusahaan itu akan berganti. Orang-orang yang tadinya mendukung kita, bisa jadi tidak mendukung kita lagi,” papar Daniel.
Baca Juga: Work-life Balance Paling Ideal Menurut Armand Hartono