Nama Mayapada Group pasti sudah sangat familiar di benak kita. Mayapada Group adalah konglomerat berbasis di Indonesia yang didirikan oleh Dato Sri Tahir pada tahun 1986.
Mayapada Group merupakan holding company yang memiliki beberapa unit bidang usaha seperti perbankan, TV berbayar, media cetak, property, sampai rumah sakit.
Kini, Mayapada Group tumbuh menjadi perusahaan multisektor yang sukses dan terkenal di Indonesia. Tentunya, pencapaian tersebut tak lepas dari tangan dingin Dato Sri Tahir sebagai pendirinya. Jika pendiri dapat membuat sistem yang kuat, peluang besar usahanya untuk tumbuh dan berkembang pun cukup besar.
Keluarga Tahir memiliki saham di Bank Mayapada, Maha Properti Indonesia, serta perusahaan properti di Singapura, termasuk melalui perusahaan property MYP.
Lantas, bagaimana seluk beluk perjalanan bisnis Mayapada Group yang dikomandoi Dato Sri Tahir ini? Berikut Olenka rangkum informasinya dari berbagai sumber. Yuk, simak!
Baca Juga: Dato Sri Tahir Soroti Fenomena Banyak Munculnya Orang Kaya Baru di Era Teknologi
Sejarah Mayapada Group
Perjalanan Tahir membangun Mayapada Group dan menjadikannya salah satu konglomerat di Indonesia begitu panjang dan pelik. Tahir, yang memiliki nama asli Ang Tjoen Ming lahir di Surabaya, 26 Maret 1952. Ia merupakan anak dari pasangan Ang Boen Ing dan Lie Tjien Lien. Ia berasal dari keluarga sederhana, dahulu orang tuanya pun berprofesi sebagai juragan becak.
Gelar Dato sendiri diperolehnya dari Sultan Pahang, Malaysia. Gelar tersebut diraih karena perannya membantu menyelesaikan konflik antara perusahaan dan masyarakat setempat.
Tahir muda menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Kristen Petra Kalianyar Surabaya, pada tahun 1971. Kemudian dirinya mendapatkan beasiswa di Nanyang Technological University, Singapura. Ketika di Singapura, ia aktif membeli barang-barang dan menjualnya kembali di Indonesia.
Kemudian, Tahir menempuh pendidikan jurusan keuangan di Golden Gates University, California, Amerika Serikat saat umur 35 tahun. Hal ini yang membuatnya semakin menggeluti dunia bisnis hingga sekarang.
Saat memulai berbisnis, Tahir mengawalinya dari sektor garmen. Lalu, ia masuk ke bidang keuangan yang dibuka dengan mendirikan Mayapada Group pada 1986. Di bawah komando Tahir, Mayapada merambah berbagai sektor bisnis, seperti dealer mobil, perbankan, hingga kesehatan. Tiga tahun berselang atau tepatnya 1989, Tahir resmi mendirikan Bank Mayapada.
Seiring waktu, bisnis yang digeluti Tahir pun melaju lebih cepat daripada yang dibayangkan, sampai ia mampu bertahan di tengah kondisi krisis moneter di tahun pada 1998. Bahkan, Tahir melakukan ekspansi bisnis perbankan hingga memiliki lebih dari 100 cabang di seluruh Indonesia.
Usut punya usut, alasan mengapa Mayapada tahan banting saat krisis 1998 adalah karena bank ini tidak mengambil kredit dari bank asing sehingga tak bergantung pada kurs saat itu.
Tak hanya sektor perbankan, bisnis Tahir di sektor kesehatan melalui Mayapada Hospital yang ia bangun sejak tahun 2008 juga tumbuh hingga saat ini. Mayapada pun lantas masuk ke pasar Saham Bursa Efek Jakarta.
Namun, baru-baru ini Tahir memutuskan mundur dari posisi Wakil Komisaris Utama Rumah Sakit (RS) Mayapada atau PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. (SRAJ). Setelah Tahir mengundurkan diri, susunan komisaris SRAJ terdiri dari Jonathan Tahir, yang tak lain adalah putra bungsu Dato Sri Tahir, sebagai komisaris utama.
Baca Juga: Kisah Sukses Dato Sri Tahir: Tentang Kesuksesan, Kebaikan, dan Kedermawanan