Lebih lanjut, Farida memaparkan bahwa industri perlu mengakselerasi empat langkah strategis untuk memperkuat ketahanan sektor keuangan. Ia pun menekankan pentingnya memperkuat kerangka ketahanan siber nasional melalui penyelarasan standar keamanan di seluruh lembaga keuangan serta pengujian berkelanjutan.
Menurutnya juga, kolaborasi dan pertahanan kolektif juga menjadi kunci, karena tidak ada satu pun lembaga yang mampu menghadapi ancaman siber secara mandiri.
“Selain itu, investasi pada sumber daya manusia dan penguatan budaya keamanan dianggap krusial, mengingat teknologi tidak akan berarti tanpa profesional yang kompeten dan berintegritas,” ungkapnya.
Tak hanya itu, lanjut Farida, prinsip security by design juga harus diterapkan pada setiap inovasi, mulai dari produk hingga kanal pembayaran, agar keamanan menjadi bagian integral dari perkembangan digital.
Farida pun lantas menegaskan bahwa masa depan sistem pembayaran dan industri keuangan Indonesia hanya dapat dibangun di atas tiga pilar utama, yaitu keamanan, kolaborasi, dan inovasi. Ketiga prinsip ini dinilainya tidak hanya penting untuk menjaga stabilitas, tetapi juga menjadi fondasi bagi keberlanjutan transformasi digital nasional.
Farida menambahkan bahwa tantangan keamanan digital saat ini begitu kompleks sehingga tidak mungkin ditangani oleh satu lembaga saja. Menurutnya, kolaborasi menjadi kunci ketahanan sektor keuangan.
“Tidak ada satu lembaga pun yang dapat menghadapi ancaman itu sendirian. Sinergi antara otoritas, industri, dan masyarakat menjadi kunci dalam menjaga ketangguhan bersama,” tegasnya.
Selain dua pilar tersebut, Farida menegaskan bahwa inovasi dan keamanan harus berjalan beriringan. Ia pun menolak anggapan bahwa perkembangan digital harus mengorbankan faktor keamanan.
“Kita tidak perlu memilih dan tidak sepatutnya memilih antara maju atau aman. Menjaga keamanan sistem pembayaran dan industri keuangan Indonesia bukan tanggung jawab satu lembaga semata, melainkan misi bersama seluruh bangsa,” kata Farida.
Ia pun meyakini bahwa jika Indonesia mampu memadukan inovasi yang aman, kolaborasi yang efektif, dan kemampuan merespons ancaman dengan cepat, maka negara ini dapat menjadi teladan di kancah global.
Farida bahkan mengutip pandangan Agustín Carstens dari Bank for International Settlements yang menyatakan bahwa “No single institution can ensure resilience alone. It requires cooperation, transparency, and trust.”
Menutup pemaparannya, Farida mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk terus berjalan bersama memperkuat ketahanan ekosistem keuangan digital Indonesia.
“Mari kita lanjutkan perjalanan ini bersama untuk membangun sistem pembayaran dan industri keuangan yang tidak hanya inovatif dan inklusif, tetapi juga tangguh dan aman,” pungkasnya.