Janji Seumur Hidup Ciputra pada Karya Hendra Gunawan
Diakui Ciputra, mengoleksi karya Hendra Gunawan bukan sekadar hobi, tapi itu adalah janji hati.
“Banyak yang mengatakan saya terlalu obsesif dan ingin menguasai karya Hendra Gunawan. Tidak. Semangat saya mengoleksi lukisannya semata-mata karena saya mengenal jiwanya,” tukas Ciputra.
Ciputra mengenang Hendra sebagai pelukis dengan filosofi seni yang luar biasa, yakni seorang seniman yang percaya bahwa karya anak bangsa harus tetap tersimpan di tanah air, bukan diboyong ke luar negeri.
“Hendra berharap orang-orang seperti saya mampu terus mengapresiasi dan melindungi karya seniman besar. Saya memegang harapan itu dalam bentuk komitmen, saya akan mengoleksinya dan tidak akan pernah menjualnya. Tapi saya akan memamerkan karyanya agar masyarakat luas bisa menikmatinya,” tegasnya.
Seiring waktu, janji Ciputra itu pun akhirnya terwujud pada tahun 2015. Ciputra mendirikan Ciputra Artpreneur di lantai 11 superblok Ciputra World, Jalan Prof. Dr. Satrio, Jakarta.
Arena seni ini terdiri dari ruang pameran, Ciputra Museum, Art Show, dan Ciputra Theater, semuanya menjadi rumah bagi karya-karya besar Hendra Gunawan.
Bukan hanya menjadi tempat seni, proyek superblok Ciputra World yang mengangkat tema lukisan Hendra Gunawan ini meraih tiga penghargaan internasional dari Federasi Real Estate Sedunia pada 2016 dan 2017, masing-masing untuk DBS Tower, Ciputra Artpreneur, dan Raffles Hotel.
Kekaguman Ciputra pada Hendra Gunawan begitu besar hingga lukisan sang maestro menghiasi setiap sudut rumahnya, hotel, dan kantor Ciputra Group. Ia bahkan menerjemahkan beberapa lukisan Hendra ke dalam bentuk patung, bekerja sama dengan perupa Munir, sambil turut memolesnya sendiri.
“Kekaguman saya pada Hendra Gunawan sungguh membahana. Sekujur rumah saya dipenuhi lukisan karyanya. Juga hotel dan gedung kantor Ciputra Group,” ujar Ciputra.
Tak berhenti di situ, Ciputra juga mengabadikan kisah hidup dan karya Hendra Gunawan dalam sebuah buku yang ia susun bersama Agus Darmawan. Nilai karya Hendra Gunawan kini melambung tinggi. Namun, bagi Ciputra, tak ada harga yang sepadan untuk melepasnya.
“Pada saat krisis 1998, secara teori saya sudah bangkrut. Semua saya jual, kecuali lukisan-lukisan Hendra Gunawan. Bagi saya, karya seninya priceless. Tidak akan saya jual hanya karena butuh uang. Karya Hendra akan aman di pelukan saya,” ungkapnya.
Ciputra juga menuturkan, menjaga warisan seni Hendra Gunawan bukan sekadar koleksi pribadi, melainkan bentuk penghormatan seumur hidup, janji yang ia tepati hingga akhir hayatnya.
Ciputra pun mengatakan bahwa mengoleksi karya seni bukan hanya soal estetika atau investasi. Itu adalah tanggung jawab moral seorang anak bangsa.
“Saya pikir sikap seperti ini adalah salah satu bentuk tanggung jawab para kolektor tanah air untuk menjaga karya seni anak bangsa yang bernilai tinggi,” ujarnya.
Rasa cinta Ciputra pada seni pun seringkali bercampur dengan kegelisahan, terutama ketika ia mengetahui banyak karya besar pelukis Indonesia justru tersimpan jauh di negeri orang.
Dalam sebuah perbincangan dengan pejabat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ciputra pun pernah menyampaikan keresahan itu, berharap negeri ini mampu mempertahankan kekayaan budayanya sendiri.
“Saya mengusulkan agar negara membuat cagar budaya untuk melindungi karya seni bernilai tinggi sehingga tidak dikuasai kolektor luar negeri, terutama lukisan-lukisan yang memiliki kekuatan sejarah,” ungkapnya.
Ciputra juga menyesalkan lelang sebuah lukisan terbaik Hendra Gunawan di Hongkong, yang akhirnya jatuh ke tangan kolektor Taiwan. Ia pun mengaku bahwa mengetahui banyak karya sang maestro yang kini beredar di luar negeri.
Melihat hal itu, Ciputra pun punya harapan sederhana, yakni pemerintah bisa menyimpan setidaknya beberapa karya pilihan dari setiap pelukis ternama sebagai koleksi nasional. Namun, ia juga mengingatkan akan bahaya lain, yaitu peredaran lukisan palsu.
“Banyak lukisan palsu beredar dan diperjualbelikan. Itu penghinaan bagi keluhuran passion para seniman yang mengabdikan hidupnya dengan tulus pada seni. Tidak seharusnya dirusak oleh mental serakah yang hanya ingin uang,” tegasnya.
Dan, meski dikenal sebagai kolektor terbesar karya Hendra Gunawan, Ciputra juga memiliki hubungan erat dengan pelukis legendaris lain seperti Basoeki Abdullah, Affandi, dan Sudjojono. Bahkan, ada sebuah momen bersejarah yang ia kenang baik.
Ketiga maestro itu pernah melukis bersama di Pasar Seni Taman Impian Jaya Ancol pada satu kanvas yang sama, hanya dalam waktu 15 menit. Uniknya, mereka melukis satu sama lain.
Dikatakan Ciputra, sebenarnya, momen itu lahir dari hubungan yang sempat kurang harmonis di antara mereka. Yakni, perbedaan pandangan soal aliran seni memicu kritik tajam.
“Saat itu, hubungan ketiganya kurang harmonis. Mereka mengkritisi aliran lukisan. Karena tajamnya perang kritik itu, saya kemudian mengundang ketiganya untuk melukis bersama,” kenang Ciputra.
Hasilnya luar biasa, sebuah lukisan yang kini terpajang di ruang tamunya.
“Unik sekali, sekaligus mengharukan. Pada diri seniman, saya mendapatkan getaran kejujuran rasa. Begitu murni dan militan. Jiwa seperti itu menyeimbangkan diri saya, terlebih di dunia bisnis yang saya tekuni,” ungkap Ciputra.
Baca Juga: Warisan Besar Ciputra untuk Generasi Muda Indonesia: Integritas, Profesionalisme, Entrepreneurship