Bisnis yang Berdenyut Seni
Ciputra menuturkan, bisnis dan seni bukanlah dua dunia yang terpisah. Keduanya justru berpadu, membentuk karakter dan keputusan-keputusan penting yang ia ambil sepanjang hidupnya.
“Kadang, rasa seni yang murni hilang ditelan oleh perhitungan bisnis. Di hampir semua proyek berlabel Ciputra, bisa saya pastikan ada getaran seni yang saya alirkan di antara perhitungan-perhitungan bisnis. Seni juga membantu saya menajamkan intuisi,” ujarnya.
Ciputra pun mengakui, dirinya tak akan pernah menjadi pebisnis murni.
“Di dalam diri saya mengalir jiwa seni yang bebas,” katanya. Mungkin karena itu pula, banyak orang yang mengenalnya sebagai sosok yang unik, tegas, bahkan kadang galak, namun tetap berperasaan,” paparnya.
Hingga akhir hayat, Ciputra tak pernah lepas dari dunia seni. Ia terus menciptakan patung, menata taman, dan mengatur rumahnya layaknya sebuah galeri hidup.
Setiap hari ia memeriksa sudut-sudut rumah, memindahkan pot tanaman yang membosankan, atau menata bunga-bunga jatuh agar membentuk pemandangan yang indah.
Ia juga rutin memeriksa koleksi lukisannya, terutama karya sang maestro Hendra Gunawan.
“Rencana-rencana saya terhadap koleksi lukisan Hendra Gunawan senantiasa menjadi agenda penting,” ujarnya.
Diungkapkan Ciputra, seni lukis adalah nafas yang menyatu dengan setiap profesi dan karya yang ia jalani. Kecintaannya pada karya Hendra Gunawan bukan sekadar urusan memiliki, apalagi menguasai. Tapi, dda janji yang pernah ia ucapkan, yakni janji untuk melindungi, menyelamatkan, dan memastikan karya sang maestro tetap hidup di negeri sendiri.
Bagi dia, setiap lukisan Hendra adalah warisan luhur yang harus disimpan dan dibagikan pada publik, namun tak pernah, sekalipun, dijual demi keuntungan.
“Apa yang saya lakukan pada Hendra Gunawan tidak bisa dikatakan dengan sederhana sebagai penguasa lukisan Hendra. Tidak. Saya memang telah berjanji untuk memperjuangkan penyelamatan lukisan-lukisannya. Saya akan menyimpan serta memamerkannya dengan penuh cinta murni sebagai karya seni luhur. Saya tidak akan pernah menjualnya,” tegas Ciputra.
Baca Juga: Kisah Tarumanagara City dan Filosofi Ciputra dalam Membangun Yayasan