Membangun dengan Fungsi, Keindahan, dan Jiwa

Dalam pandangan Ciputra, sebuah bangunan bukan hanya soal berdiri kokoh atau menonjol secara visual. Ia percaya, setiap karya arsitektur harus memiliki tiga pilar utama, yakni fungsi, kekuatan, dan seni.

“Bangunan berlabel Ciputra harus indah, artistik, dan punya cita rasa seni. Ini tak mudah. Banyak bangunan yang luar biasa indah dan sensasional, namun tak memiliki daya fungsi tinggi. Banyak ruang terbuang sia-sia. Di semua grup tempat saya berada, kombinasi itu harus selalu dijaga,” tegasnya.

Prinsip tersebut bukan sekadar teori. Ciputra selalu menerapkannya secara konsisten di seluruh proyeknya, sehingga membuat para arsitek dan staf di perusahaannya hafal betul akan standar tersebut. Tidak heran, banyak yang menyebut perusahaan Ciputra sebagai ‘sekolah’ bagi para arsitek.

“Semua arsitek dan para staf dari berbagai divisi sudah hafal akan tuntutan saya yang tegas terhadap tiga hal itu. Maka jangan heran bila banyak orang mengatakan, Perusahaan saya adalah ‘sekolah’ bagi arsitek. Karena tantangannya memang tidak mudah,” papar Ciputra.

Seiring kemapanan finansialnya, Ciputra pun mulai mengoleksi lukisan. Sentuhannya dengan seni menjadi lebih dekat dan nyata. Ia membeli satu per satu karya dari pelukis-pelukis yang dikaguminya, menikmati setiap goresan warna yang kini menghiasi rumahnya.

“Saya membeli satu per satu lukisan indah karya sejumlah pelukis. Ada kepuasan dan kebahagiaan tak terhingga Ketika saya bisa memilikinya dan menikmatinya di rumah,” ujarnya.

Lebih dari sekadar mengoleksi, Ciputra juga nyatanya menjalin pertemanan dengan banyak seniman. DIkatakannya, dari merekalah ia belajar arti sejati dari passion.

“Saya mulai menikmati perkenalan dengan seniman dan kebanyakan adalah pelukis, dan menyisihkan waktu untuk bisa bergumul dengan percakapan memikat bersama mereka,” tukas Ciputra.

Di mata Ciputra, para seniman tersebut memiliki sesuatu yang istimewa, yakni sebuah pengabdian yang nyaris tanpa syarat kepada bidang yang mereka cintai. Bagi banyak orang, kata dia, passion sering disalahartikan sekadar rasa suka atau hobi. Namun, bagi Ciputra, maknanya jauh lebih dalam.

“Ada satu hal yang sangat saya kagumi dari seniman, yakni pengabdian yang tulus pada seni, pada sesuatu yang mereka cintai,” paparnya.

Menurut Ciputra, passion bukan sekadar antusiasme sesaat, melainkan sebuah komitmen.

“Passion adalah suatu sikap yang menunjukkan cinta dan pengabdian seseorang pada suatu bidang yang ia sukai, lalu mendorongnya untuk memberikan yang terbaik,” tegasnya.

Ciputra juga mengagumi para pelukis yang tetap setia berkarya meski hidup sederhana, bahkan ada yang dikucilkan karena jalan hidup yang mereka pilih. Mereka yakin sepenuh hati bahwa apa yang mereka lakukan akan membuahkan kehidupan yang layak, meski imbalan materi tak selalu besar.

“Mereka setia berkutat dengan kanvas dan peralatan lukis, menumpahkan segenap bahasa jiwa mereka melalui kuas dan cat. Mereka rela hidup susah di antara geliat kepuasan batin yang tinggi saat berkarya. Saya hargai itu,” ungkap Ciputra.

“Di saat banyak orang lebih tertantang mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, para seniman masih memenangkan passion murni mereka,” lanjut Ciputra.

Baca Juga: Warisan Besar Ciputra untuk Generasi Muda Indonesia: Integritas, Profesionalisme, Entrepreneurship