Adapun, dalam beberapa kesempatan, Presiden Jokowi menyampaikan pemerintah mengupayakan langkah berimbang antara sektor kesehatan dan ekonomi.
Menurut Tahir, upaya Presiden tersebut justru sangat tepat, dan harus diberikan apresiasi serta didukung untuk kepentingan bangsa dan negara.
Kendati strategi untuk tidak lockdown total pada awalnya dikritik banyak pihak, kebijakan yang diambil pemerintah itu justru membuat ekonomi nasional tetap bertumbuh positif. Pada tahun 2022, pertumbuhan ekonomi nasional berada di angka 5,31 persen.
“Jadi Bapak Presiden menggunakan namanya soft lockdown. Ada lockdown tapi tidak secara total. Waktu itu ada orang bilang agar Indonesia di-lockdown semuanya, oh menurut saya tidak bisa. Dalam hal ini Bapak Presiden dalam menangani Covid itu mengambil langkah-langkah yang sangat bagus,” papar Tahir.
“Yang sangat perlu diketatkan, ya diketatkan. Yang perlu dilonggarkan, dilonggarkan. Jadi dia elastis, mengatur sesuai dengan keadaan di lapangan, tidak baku. Kita lihat Shanghai itu ditutup gitu aja. Nah, akhirnya banyak protes. Tapi kita tidak mengalami itu,” sambung Tahir.
Lebih lanjut, Tahir pun memberikan pandangannya tentang perkembangan di sektor kesehatan Indonesia. Menurut Tahir, perkembangan yang signifikan pada industri layanan kesehatan Indonesia turut mendukung layanan yang lebih efisien dan terjangkau.
Ia pun lantas mengapresiasi sistem atau perangkat jasa pelayanan kesehatan, BPJS Kesehatan. Tahir menilai, BPJS Kesehatan adalah revolusi upaya pemerintah untuk membantu masyarakat mendapatkan layanan kesehatan yang lebih baik.
“BPJS ini menurut saya sangat membantu. Saya kira luar biasa prestasi membantu orang miskin tuh beberapa tahun ini. Kalau dulu ya, orang miskin mau cari dokter susah. Sekarang, Puskesmas juga sudah bagus, gak kayak dulu. Sekarang Puskesmas itu bersih dan alat-alatnya juga bagus. Lalu rumah sakit juga banyak improvement,” terang Tahir.
Baca Juga: Kisah Dato Sri Tahir soal Mochtar Riady yang Tak Beri Privilege Kepadanya