Pengusaha Indonesia yang juga Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Dato Sri Tahir, mengungkapkan pandangannya terkait dengan kebijakan pemerintah saat meredam pandemi akibat virus corona (Covid-19) yang terjadi beberapa waktu lalu di Indonesia.
Tahir pun tak segan menceritakan tentang upaya Presiden Jokowi dalam meredam pandemi Covid-19 kala itu. Pendiri Mayapada Group ini menilai, pemerintahan Jokowi sukses menghadapi tantangan pandemi Covid-19. Salah satu keputusan Presiden Jokowi itu, kata Tahir, yakni tidak me-lockdown negara dengan berbagai pertimbangan yang cermat.
“Saya kira kita proud ya, dibandingkan Singapura (penanganan Covid-19) kita lebih bagus loh. Kalau Tiongkok, beda penanganannya. Dia pokoknya di-lockdown, Indonesia tidak lockdown, karena waktu itu kita lockdown, ekonomi kita babak belur,” tutur Tahir, dalam video yang diunggah Olenka, dikutip Senin (16/9/2024).
“Saya lihat juga di sektor kesehatannya ini dari Menkes ya telah membuat suatu terobosan atau malah grand plan future daripada kesehatan Indonesia ini,” lanjut Tahir.
Diketahui, saat virus Corona melanda, beberapa negara di dunia banyak yang menerapkan karantina wilayah (lockdown) demi memerangi pandemi Covid yang kasusnya kembali melonjak. Beberapa negara dengan tegas melakukan pembatasan pertemuan di luar menjadi maksimal dua orang, penutupan sekolah, dan larangan makan di restoran.
Gak cuma itu, dalam skala tertentu juga, beberapa negara juga melakukan karantina wilayah, yang ditandai warganya diperintahkan tinggal di rumah dan hanya layanan penting termasuk rumah sakit dan perawatan kesehatan, bank, dan toko bahan makanan yang diperbolehkan buka.
Berbeda dengan negara-negara tersebut, pemerintah Indonesia kala itu justru hanya menerapkan sistem soft lockdown. Ya, pemerintah Indonesia kala itu tidak memutuskan melakukan lockdown atau pembatasan sosial berskala besar (PSBB), sebagaimana yang dilakukan sejumlah daerah di awal masa pandemi di tahun 2020.
Baca Juga: Cerita Dato Sri Tahir soal Kecakapan Mochtar Riady dalam Mengelola Perbankan
Adapun, dalam beberapa kesempatan, Presiden Jokowi menyampaikan pemerintah mengupayakan langkah berimbang antara sektor kesehatan dan ekonomi.
Menurut Tahir, upaya Presiden tersebut justru sangat tepat, dan harus diberikan apresiasi serta didukung untuk kepentingan bangsa dan negara.
Kendati strategi untuk tidak lockdown total pada awalnya dikritik banyak pihak, kebijakan yang diambil pemerintah itu justru membuat ekonomi nasional tetap bertumbuh positif. Pada tahun 2022, pertumbuhan ekonomi nasional berada di angka 5,31 persen.
“Jadi Bapak Presiden menggunakan namanya soft lockdown. Ada lockdown tapi tidak secara total. Waktu itu ada orang bilang agar Indonesia di-lockdown semuanya, oh menurut saya tidak bisa. Dalam hal ini Bapak Presiden dalam menangani Covid itu mengambil langkah-langkah yang sangat bagus,” papar Tahir.
“Yang sangat perlu diketatkan, ya diketatkan. Yang perlu dilonggarkan, dilonggarkan. Jadi dia elastis, mengatur sesuai dengan keadaan di lapangan, tidak baku. Kita lihat Shanghai itu ditutup gitu aja. Nah, akhirnya banyak protes. Tapi kita tidak mengalami itu,” sambung Tahir.
Lebih lanjut, Tahir pun memberikan pandangannya tentang perkembangan di sektor kesehatan Indonesia. Menurut Tahir, perkembangan yang signifikan pada industri layanan kesehatan Indonesia turut mendukung layanan yang lebih efisien dan terjangkau.
Ia pun lantas mengapresiasi sistem atau perangkat jasa pelayanan kesehatan, BPJS Kesehatan. Tahir menilai, BPJS Kesehatan adalah revolusi upaya pemerintah untuk membantu masyarakat mendapatkan layanan kesehatan yang lebih baik.
“BPJS ini menurut saya sangat membantu. Saya kira luar biasa prestasi membantu orang miskin tuh beberapa tahun ini. Kalau dulu ya, orang miskin mau cari dokter susah. Sekarang, Puskesmas juga sudah bagus, gak kayak dulu. Sekarang Puskesmas itu bersih dan alat-alatnya juga bagus. Lalu rumah sakit juga banyak improvement,” terang Tahir.
Baca Juga: Kisah Dato Sri Tahir soal Mochtar Riady yang Tak Beri Privilege Kepadanya