Yang kedua, kata Armand, adalah instruksi.Setelah tim merasa terinspirasi, Armand menekankan pentingnya memberi instruksi yang sederhana dan jelas.

“Simpelnya 1-2 hal yang harus dilakukan apa. Tujuannya adalah agar tim tahu dengan pasti tindakan konkret apa yang diharapkan dari mereka, bukan sekadar termotivasi tanpa arah,” bebernya.

Dan yang terakhir, adalah intimidasi. Ia pun menekankan bahwa intimidasi yang dimaksud memiliki arti positif, yakni seperti memberikan pendampingan intensif.

“Intimidasinya belum tentu menakut-nakutin. Kalau saya intimidasinya gini, setiap minggu saya datengin, saya tanyain bagaimana, terus saya dampingin dia, setiap minggu. Biasanya kalau saya dampingi nanti jalan,” jelas Armand.

Dituturkan Armand, pendekatan tersebut lebih kepada konsistensi, ketekunan, dan perhatian penuh yang pada akhirnya membuat tim merasa diperhatikan dan termotivasi untuk bergerak.

Ia juga mengatakan, hampir semua pemimpin di BCA mengalami hal serupa. Ketika ada anggota tim yang “tidak jalan”, mereka tidak dimarahi, tapi didampingi secara konsisten. Dan terbukti, pendekatan ini lebih efektif daripada amarah.

“Semua pemimpin di BCA pengalaman sama kok. Kalau ada yang gak jalan biasanya didampingi terus jalan tuh biasanya. Pengalaman, semua teman cerita begitu kok. Gak perlu marah-marah kan,” tandas Armand.

Nah Growthmates, kepemimpinan Armand Hartono adalah bukti bahwa empati dan konsistensi bisa menjadi senjata ampuh dalam manajemen tim.

Baca Juga: Armand Hartono Bongkar Asal Muasal Keramahan Satpam BCA