Vietnam menjadi negara tetangga yang kemajuannya menyita perhatian Wakil Presiden Direktur BCA, Armand Hartono. Bagaimana tidak, Armand mengatakan bahwa hanya dalam waktu 30-an tahun, negara Vietnam sudah berhasil menyalip Indonesia dalam aspek Manufacturing Index.
Armand Hartono mengatakan, negara Indonesia unggul dibandingkan dengan Vietnam dari sisi sumber daya alam. Indonesia memiliki sumber daya batu mineral seperti batu bara hingga nikel. Kemudian Indonesia kaya dengan berbagai macam komoditas seperti kelapa sawit.
Baca Juga: Armand Hartono Bicara Soal Belajar dari Negara Penguasa Ekonomi Dunia: Perkuat Manufaktur
"Vietnam sudah menyalip Indonesia. Penduduknya hanya 100 jutaan, tetapi sudah menyalip. Kenapa? Karena kepepet, mereka tidak punya sumber daya alam seperti Indonesia," tegas Armand dilansir Olenka pada Kamis, 14 Agustus 2025.
Tak hanya itu, secara geopolitik, Indonesia juga cenderung damai dan bersahabat dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Australia. Adapun, Vietnam memiliki ketegangan dengan negara tetangga mereka, China.
Keunggulan Indonesia secara sumber daya alam dan geopolitik ternyata menjadi kelemahan bagi bangsa Indonesia. Rasa nyaman tersebut membuat masyarakat Indonesia tak terdorong untuk terus maju dan berinovasi.
Hal yang berbeda terjadi di Vietnam. Mereka terpaksa harus menjalani hidup disiplin dan bekerja keras karena tidak memiliki cukup sumber daya alam.
Kemudian mereka juga merasa terancam dengan negara China. Rasa takut tersebut mendorong mereka untuk terus tumbuh berkembang agar bisa semakin kuat dalam menghadapi ancaman dan tantangan.
"Mereka (Vietnam) tetangganya China. Salah-salah, akan dijajah China.,Jadi kalau mereka lemah, secara ekonomi, secara tentara, secara ekonomi mikro dan makro lemah, mereka akan dimakan oleh negara-negara sebelahnya," tambahnya.
Mempertimbangkan hal tersebut, lanjut Armand, kelemahan utama Indonesia ialah tidak ada rasa terpaksa harus membangun Indonesia menjadi negara paling maju di banyak segmen.
"Manufacturing index kita kalah. Karena rata-rata IQ kalah. Kita tidak kepetet untuk harus inovasi, membereskan struktur kualitas SDM, logistik lebih murah, dan lainnya," tutup Armand.