Nicholas Saputra dikenal sebagai salah satu aktor yang digandrungi banyak wanita dari berbagai kalangan. Namanya kembali menjadi sorotan setelah perilisan film Rangga & Cinta 2025: Rebirth AADC (Ada Apa Dengan Cinta).
Menariknya, Nicholas sendiri yang memilih El Putra Sarira untuk memerankan sosok Rangga. Selain karena kemiripan fisik, ia melihat potensi lain dalam diri El Putra yang juga piawai bernyanyi.
Sebagai produser dalam film ini, Nicholas berharap sosok Rangga versi baru mampu menghadirkan warna yang berbeda, tanpa kehilangan ruh karakter aslinya yang telah begitu melekat di hati penonton.
Berikut ini telah Olenka rangkum dari berbagai sumber, Rabu (22/10/2025), mengenal lebih lanjut sosok dan perjalanan karier Nicholas Saputra.
Baca Juga: Profil dan Perjalanan Karier Aktor Ternama Chicco Jerikho, Berawal dari Ajang Cover Boy
Profil Nicholas Saputra
Pemilik nama lengkap Nicholas Schubring Saputra ini lahir pada 24 Februari 1984. Ia merupakan putra dari Horst Schubring, yang berdarah Jerman, dan seorang ibu berdarah Jawa.
Sejak kecil, Nico sapaanya itu sudah dididik untuk menggunakan listrik dengan bijak, mengikuti jejak sang ayah yang berprofesi sebagai teknisi listrik. Namun, pada 2007, sang ayah meninggal dunia akibat penyakit jantung, ketika Nico baru berusia 23 tahun.
Kedua orang tua Nico sangat menekankan pentingnya pendidikan. Sejak sekolah dasar hingga menengah atas, ia selalu bersekolah di lembaga unggulan, salah satunya SMA Negeri 8 Jakarta.
Setelah lulus dari sana, Nico melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Teknik Universitas Indonesia, mengambil jurusan Arsitektur, hingga akhirnya meraih gelar Sarjana Arsitektur.
Perjalanan Karier
Nico mengawali karier di industri hiburan sebagai model karya Samuel Wattimena. Ia pun memulai debut aktingnya melalui perannya sebagai Rangga dalam film Ada Apa dengan Cinta? yang tayang pada 2002.
Kesuksesan itu membuka jalan lebar bagi kariernya di dunia perfilman. Ia kemudian membintangi sejumlah film populer seperti Janji Joni; dan Gie (2005), yang keduanya mengantarkan Nico meraih Piala Citra untuk Pemeran Utama Pria Terbaik FFI 2005.
Seiring waktu, Nico terus menunjukkan konsistensinya dalam memilih peran yang kuat secara karakter maupun cerita. Ia dikenal selektif dalam setiap proyek yang diambil, dan hal itu terlihat dari deretan film berkualitas yang pernah dibintanginya.
Baca Juga: 'A Day of Purity', Cara BEAR BRAND dan Nicholas Saputra Ajak Kembali ke Diri yang Murni
Setelah sukses lewat Ada Apa dengan Cinta? (2002) dan Gie (2005), Nico kembali tampil memukau dalam sejumlah film seperti 3 Hari untuk Selamanya (2007), 3 Doa 3 Cinta (2008), dan Pendekar Tongkat Emas (2014).
Ia juga sempat menjajal karakter-karakter dengan kedalaman emosional di film What They Don’t Talk About When They Talk About Love (2013) serta tampil lebih matang di Ada Apa dengan Cinta? 2 (2016).
Tak hanya itu, perannya sebagai Bono di Aruna & Lidahnya (2018) memperlihatkan sisi hangat dan humanis dari sosok Nicholas Saputra. Belakangan, ia juga muncul di berbagai proyek seperti Paranoia (2021), Sayap-Sayap Patah (2022), hingga The Architecture of Love (2024).
Lewat aktingnya yang natural dan penuh penjiwaan, Nico juga berhasil meraih penghargaan sebagai Aktor Pendukung Terbaik dalam film Aruna & Lidahnya karya Edwin pada tahun 2018.
Selain berakting, Nico juga aktif di balik layar. Ia pernah memproduseri film dokumenter berjudul Semes7a (2020) di bawah rumah produksinya, Tanakhir Films.
Mengutip dari laman Narasi, pengalamannya memproduksi berbagai video dan iklan menjadi langkah awal yang membangun kepercayaan diri untuk menangani proyek yang lebih besar. Bagi Nico, menjadi produser bukan berarti keluar dari zona nyaman, melainkan cara untuk mengembangkan diri dan menerapkan ilmu yang dimilikinya pada proyek dengan tanggung jawab yang lebih luas.
Baca Juga: Profil dan Perjalanan Karier Musisi Ternama Anang Hermansyah, Pernah Jadi Anggota Dewan
Jadi Duta Nasional UNICEF
Nicholas Saputra juga dikenal aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan lingkungan. Sejak tahun 2019, ia dipercaya menjadi Duta Nasional UNICEF Indonesia.
Kepeduliannya terhadap alam, konservasi lingkungan, serta keberagaman budaya di Tanah Air menginspirasinya untuk memproduseri SEMES7A, sebuah film dokumenter yang menyoroti tujuh sosok dari berbagai daerah di Indonesia yang berjuang menghadapi krisis iklim melalui kearifan lokal, nilai agama, dan budaya masing-masing.
Bagi Nico, menjaga kelestarian lingkungan adalah kunci untuk menciptakan bumi yang layak bagi tumbuh kembang anak-anak di masa depan. Ia meyakini bahwa kita hanya memiliki satu bumi, dan sudah seharusnya dijaga untuk diwariskan kepada generasi selanjutnya.