Jabu Bonang & Jabu Borna

Jabu Bonang merupakan rumah komunitas untuk mengapresiasi sosok penenun sebagai pelaku utama dalam ekosistem tenun. Rumah komunitas ini didirikan Kerri pada 2020 lalu, yang juga menjadi perwakilan Tobatenun untuk menjalankan program-program sosialnya. 

Di Jabu Bonang, Tobatenun juga menaungi para artisan, individual maupun kelompok. Rumah komunitas ini juga sudah melakukan kerjasama dengan beberapa pelaku tenun yang sudah menjadi pengusaha.

“Seiring waktu kita mulailah bikin satu rumah pewarnaan alam yang tadinya di atap rumah founder, kemudian pindahlah ada rumah komunitas di Pematang Siantar, terus kita bikin-lah sekarang satu rumah lagi, Jabu Borna,” jelas Kerri. 

Jabu Borna berlokasi di Desa Tanjung Pinggir, Pematangsiantar, Sumatera Utara. Rumah komunitas ini menjadi tempat khusus tim produksi Tobatenun mewarnai benang untuk tenun dengan material alami.

Kualitas material merupakan faktor penting dalam menciptakan karya tenun yang baik. Sayangnya pada 2020, material berkualitas masih didominasi oleh Pulau Jawa, sehingga para penenun di Sumatera Utara harus melewati proses panjang. Mereka harus membeli benang dari Jawa, mengirimnya kembali untuk proses pewarnaan di berbagai daerah, lalu dikembalikan lagi ke Sumatera Utara. 

Kerri melihat hal tersebut kurang efisien, hingga akhirnya didirikanlah Jabu Borna atau rumah pewarnaan alami. Di Jabu Borna, berbagai tanaman pewarna alami mulai dibudidayakan, sehingga benang dan kain dapat diwarnai langsung di Sumatera Utara tanpa harus dikirim ke luar daerah. 

Selain mewarnai benang, Tobatenun juga mengembangkan teknik pewarnaan seperti shibori, dengan meramu sembilan bahan alami untuk menciptakan berbagai warna unik. Hingga saat ini, ada sekira 40 warna yang berhasil diciptakan sendiri oleh para penenun, dan pada 2020 sudah hampir 1 ton benang yang berhasil mereka olah. 

“Jadi di Jabu Borna kita mewarnai benang dan kain, kemudian kita menanam, local sourcing juga. Kita bekerja sama, kayak misalnya dengan produsen-produsen kayu yang mungkin limbah kayunya itu sudah enggak dipakai. Kita absorb untuk kita olah lagi,” cerita Kerri. 

“Kemudian kita juga melakukan workshop untuk mengenalkan ke masyarakat sekitar terkait pewarnaan alam, dan kita juga buka. Jadi, kalau misalnya ada yang di Sumatera Utara atau mungkin ke Pematangsiantar, pengen mampir ke Jabu Borna, ini kita terbuka untuk bisa belajar tentang pewarnaan alam,” tambahnya.

Baca Juga: Penjualan Meningkat Pesat, Intip Kisah Sukses Brand Batik Asal Bandung Turut Berdayakan Teman Difabel

Ekosistem Berkelanjutan

Sejak didirikan, Tobatenun juga berkomitmen terhadap keberlanjutan atau sustainability, namun, hal ini juga yang menjadi tantangan bagi Kerri. Mengingat, sebelumnya sebagian besar para penenun terbiasa menggunakan benang sintetis hampir 100% belum pernah bekerja dengan benang pewarna alami. 

“Kenapa? Karena benang pewarnaan alam itu habis diceluk gampang putus, habis itu kesusahan, tapi melewati kesusahan itu kita ajarin bahwa value produknya akan lebih tinggi dan lebih bagus sebenarnya,” kata Kerri.

Karena itu pula dibentuk komunitas Jabu Bonang, rumah komunitas yang berfungsi sebagai wadah kemitraan bagi para artisan. Kemitraan ini bukan dalam bentuk hubungan karyawan, melainkan kolaborasi berbasis pelatihan dan pemberdayaan. 

Selain itu, salah satu aspek penting dalam pelatihan adalah kombinasi warna, yang menjadikan produk Tobatenun lebih modern dibandingkan tenun Batak tradisional. Selain itu, motif-motif yang sudah ada disempurnakan oleh desainer tekstil agar lebih menarik dan relevan dengan tren saat ini.

“Puji Tuhan, sekarang kita punya penenun sudah mulai dari usia 20-an sampai 70-an ada. Nah dari hasil ini semua, kurang lebih kita sampai sekarang sudah 4 tahun berjalan, lebih dari 200 partner artisan. Kemudian ini kita sudah mengcover 36 desa dari 36 desa dan 200 ini kita sudah berhasil merevitalisasi 9 tipe kain tenun Batak,” terang Kerri.

Revitalisasi ini merupakan proses panjang dengan riset dan pengembangan yang tidak mudah serta biaya yang tinggi. Namun, sebagai misi pelestarian budaya, Tobatenun terus berkomitmen untuk menghidupkan kembali motif-motif yang hampir punah.