Pendidik sekaligus pengusaha ternama, Gita Wirjawan, menilai negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, memiliki modal besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Modal utama tersebut adalah kondisi damai dan stabil di kawasan yang relatif terjaga.

“Asia Tenggara itu kita jauh lebih kolaboratif. Peace and stability atau perdamaian dan stabilitas adalah bekal yang luar biasa untuk dilakukannya pertumbuhan ekonomi. Karena tanpa peace and stability, kita tidak bisa memajukan perekonomian,” ujar Gita.

Baca Juga: Rendahnya Peringkat PISA Indonesia, Gita Wirjawan: Indonesia Perlu Belajar dari Vietnam dan Singapura

Meski demikian, ia mengingatkan bahwa stabilitas saja tidak cukup. Selama ribuan tahun terakhir, menurutnya, negara-negara di Asia Tenggara lebih banyak mengandalkan budaya pragmatisme (budaya menjaga perdamaian, kekeluargaan, kesejahteraan, dan toleransi) namun belum mengedepankan budaya prinsip.

“Sayangnya selama 2000 tahun terakhir ini kita hanya merangkul apa yang seringkali saya sebut sebagai budaya pragmatisme. Tapi kita tidak mengedepankan budaya prinsip, yaitu budaya untuk mencari superlatif, mencari perfectionism atau kesempurnaan,” jelasnya.

Baca Juga: Gita Wirjawan Soroti Pentingnya Meritokrasi untuk Tingkatkan Daya Saing Indonesia dengan Vietnam

Gita mencontohkan Singapura sebagai negara yang mampu menggabungkan keduanya. Di mana mereka bukan hanya bisa mengedepankan budaya pragmatisme, tapi mereka juga bisa mengedepankan budaya prinsip.

"Ini termanifestasi dalam bagaimana mereka bisa membuahkan public goods yang nyata. Public goods itu termasuk kesejahteraan, kesehatan, intelekt, nilai moral, dan nilai sosial yang terdistribusi merata ke seluruh rakyat," katanya.

Sedangkan Indonesia, menurut Gita, masih menghadapi tantangan serius dalam hal distribusi yang adil. Ia menilai kerentanan masyarakat Indonesia muncul karena distribusi nilai dan sumber daya belum merata.

Baca Juga: Mengenal Sosok Gita Wirjawan, Eks Menteri Perdagangan yang Pernah Jadi Tukang Cuci Piring

“Indonesia selama 2000 tahun itu mungkin mengalami beberapa episode di mana kita itu sangat mudah diadudombakan. Itu bukan karena feodalisme tapi lebih berdasarkan tidak terjadinya distribusi kognisi, intelekt, kesejahteraan, kesehatan, nilai moral, dan nilai sosial ke seluruh masyarakat luas,” ungkapnya.

Dengan kondisi damai yang sudah dimiliki, Gita mendorong agar Indonesia mulai menumbuhkan budaya prinsip di samping budaya pragmatisme. Menurutnya, hal tersebut akan menjadi kunci agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya terjadi di permukaan, tetapi juga mampu menciptakan kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat.