Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, menegaskan bahwa likuiditas memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan arah perekonomian Indonesia. Menurutnya, ketika pasokan uang di pasar melemah, roda ekonomi pun tersendat dan berpotensi menimbulkan krisis.
Ia mencontohkan kondisi pada tahun 2018, ketika pertumbuhan peredaran uang primer (M0) hampir mendekati nol. Situasi tersebut, kata Purbaya, membuat ekonomi berjalan sangat lambat.
“2018, uang kita M0-nya, tumbuhnya rata-rata hampir 0. Ekonomi kita susah,” ungkapnya dikutip Olenka, Minggu (28/9/2025).
Ia bahkan menyebut kondisi saat itu sebagai fase self-destruct mode, di mana perekonomian seolah merusak dirinya sendiri.
Kondisi semakin memburuk ketika memasuki awal 2020. Pada Februari–Maret, pertumbuhan M0 jatuh hingga minus 15 persen. Saat itu, intervensi pemerintah dilakukan secara agresif.
Uang yang semula tersimpan di bank sentral diarahkan masuk ke sistem ekonomi riil. Langkah ini terbukti mampu mendorong pertumbuhan kembali dan menjadi modal penting untuk pemulihan pasca hantaman pandemi Covid-19.
Baca Juga: Bisakah Indonesia Menjadi Negara Maju? Begini Kata Menteri Purbaya
Namun, ia juga mengingatkan bahwa pola serupa kembali terjadi beberapa tahun terakhir. Sejak pertengahan 2023, pengetatan likuiditas kembali terasa, hingga pada pertengahan 2025 dampaknya mulai terlihat jelas di perekonomian.
Menurutnya, perlambatan ini bukan hanya angka di atas kertas, tetapi nyata dirasakan masyarakat dalam bentuk pemutusan hubungan kerja dan menurunnya daya beli.