Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Arrmanatha C. Nasir, menegaskan bahwa akademisi dan indonesianis menjadi kekuatan sesungguhnya untuk memperluas jangkauan diplomasi Indonesia. Mereka dinilai menjadi jembatan strategis yang menghubungkan aspirasi Indonesia dengan komunitas global.
Penegasan tersebut disampaikan oleh Wamenlu dalam Kongres Indonesianis Sedunia ke-7 yang mengusung tema "Reviving Bandung Spirit: Boosting South-South Cooperation Toward a More Prosperous Stable World Order" pada 12 November 2025.
Baca Juga: Kemenlu Perkuat Perlindungan WNI dan Edukasi Publik Hadapi Maraknya Online Scam Lintas Negara
Wamenlu Arrmanatha mengatakan bahwa meskipun Kementerian Luar Negeri memiliki 130 perwakilan di seluruh dunia, jumlah tersebut tidak pernah cukup untuk menyebarkan narasi positif dan luas mengenai Indonesia. Maka dari itu, ia berharapĀ forum yang mempertemukan para akademisi dan indonesianis ini bisa semakin memperluas jangkauan diplomasi Indonesia.
"Adanya (akademisi dan indonesianis) tentunya akan memberikan pengetahuan, informasi mengenai Indonesia di sektor-sektor di mana, di kampus-kampus," pungkasnya dalam pembukaan kongres beberapa waktu lalu.
Akademisi Diminta Jadi Mitra Pembentuk Narasi Global
Dalam pidatonya, Wamenlu meminta para Indonesianis untuk melampaui peran sebagai pengamat. Ia mendorong mereka menjadi mitra yang membantu membentuk narasi global tentang Indonesia. Peran ini menciptakan alur penceritaan dan pengetahuan yang dapat berjangka panjang dan tumbuh dari akar rumput.
"Dalam hal itu Anda adalah sebuah jembatan strategis," tegasnya.
Ia menambahkan bahwa para akademisi sangat penting untuk menghubungkan akademik dengan ranah pembuatan kebijakan, serta mempromosikan dialog, empati antarbudaya, dan membantu terciptanya saling menghormati di tengah dunia. Wamenlu juga mengingatkan bahwa Kongres ini memiliki tujuan mendesak. Di tengah konflik global dan multilateralisme yang terhambat, ia melihat adanya "defisit" nilai-nilai fundamental Konferensi Asia-Afrika 1955.
"Prinsip-prinsip dari Bandung Spirit, seperti disampaikan tadi, solidaritas, equality, kerja sama, kolaborasi, nah ini adalah hal-hal yang saat ini kita rasakan defisit di dunia," jelas Wamenlu.
Ia pun menyerukan Kerja sama Selatan-Selatan (KSS) sebagai solusi. KSS perlu di-turbo boosting, dimodernisasi, dan diinstitusionalisasi. Kekuatan ekonomi Global Selatan, yang kini menyumbang 10 dari negara G20 ekonomi terbesar dunia, harus disatukan melalui semangat kolaborasi ini untuk memperkuat sistem multilateral.
Kebijakan Domestik Jadi Sorotan Global
Diplomasi publik yang dijalankan melalui jalur akademik ini terbukti efektif dalam menyebarkan pemahaman tentang kebijakan strategis Indonesia.
Sebagai contoh, Wamenlu menyinggung respons positif internasional terhadap kebijakan seperti program BGA (Bantuan Gizi Anak/program terkait gizi).
"Itu yang dibahas utama adalah mengenai BGA, dan bagaimana mereka kagumnya kebijakan BGA itu di sini punya ketujuan yang mungkin saja memberi kesempatan makan untuk anak-anak, tapi bagaimana meningkatkan perekonomian kebesaran," ungkap Wamenlu.
Wamenlu berharap, melalui peran para Indonesianis, ide-ide kolaboratif yang muncul dari Kongres ini dapat diterjemahkan menjadi kemitraan yang mengembalikan keamanan dan kemajuan pembangunan, demi tatanan dunia yang lebih stabil.