Cuplikan video yang memperlihatkan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM), saat meninjau sumber air yang digunakan produsen air minum dalam kemasan AQUA sempat memantik kehebohan publik. Isu mengenai dugaan penggunaan air sumur bor santer disorot dan memicu berbagai tanggapan dari masyarakat maupun perusahaan.
Menanggapi hal tersebut, AQUA segera memberikan klarifikasi bahwa air yang digunakan merupakan air yang memenuhi standar kualitas. Tak berhenti di situ, KDM pun melakukan kunjungan lanjutan, dan dalam klarifikasinya, ia menegaskan kepada publik bahwa sumber air awal memang berasal dari mata air pegunungan.
Lalu, seperti apa duduk perkara antara KDM dan AQUA hingga ramai diperbincangkan di media sosial? Berikut rangkuman perkembangan informasinya yang berhasil dihimpun dari berbagai sumber, Minggu (26/10/2025).
Berawal dari Sidak KDM
Melalui akun YoTube resminya, KDM mengunggah aktivitasnya saat melakukan inspeksi dadakan atau sidak ke PT Tirta Investama (AQUA) Pabrik yang berada di Subang, Jawa Barat. Awalnya, sidak ini dilakukan untuk menyoroti penggunaan kendaraan perusahaan yang dinilai berpotensi mempercepat kerusakan infrastruktur jalan.
Dalam kunjungan tersebut, Dedi sempat memeriksa para supir truk pengangkut galon air minum, mulai dari kelengkapan surat kendaraan, beban muatan, hingga kelayakan truk yang digunakan. Di sela proses pemeriksaan itulah, ia kemudian menanyakan langsung soal sumber air yang digunakan dalam produksi air minum kemasan tersebut, yang akhirnya menjadi pemantik diskusi besar di ruang publik.
Baca Juga: Kedekatan KDM dan Tomy Winata dalam Peresmian Masjid Baitul Hikmah
Pihak perusahaan yang menemaninya lantas menjelaskan bahwa sumber air yang mereka digunakan berasal dari beberapa titik sumur di sekitar area pabrik. Saat ditanya lebih lanjut, pihak pabrik mengonfirmasi bahwa air tersebut bukan berasal dari permukaan, seperti sungai atau mata air, melainkan dari bawah tanah.
“(Ambil) airnya dari bawah tanah, bukan air permukaan,” ujar perwakilan perusahaan.
“Air bawah tanahnya, ngambil sumbernya dari?” tanya Dedi penasaran.
“Dari dalam (dibor),” kata perwakilan perusahaan dalam video diunggahnya.
Mendengar jawaban tersebut, KDM tampak terkejut dan langsung menghentikan langkahnya. Ia kemudian memperingatkan perihal potensi dampak lingkungan yang dapat timbul apabila perusahaan benar-benar memanfaatkan air tanah dalam dalam jumlah besar, mulai dari risiko pergeseran tanah hingga potensi longsor di kemudian hari.
KDM pun kembali memastikan kebenaran informasi mengenai sumber air yang digunakan. Pasalnya, selama ini masyarakat mengenal produk air minum kemasan tersebut sebagai air yang berasal dari mata air pegunungan, bukan dari sumur bor.
"Dalam pemikiran saya bahwa ini airnya adalah air mata air, kemudian dimanfaatkan, kan namanya air pegunungan," ungkapnya.
Namun dalam video yang sama, perwakilan dari perusahaan menegaskan bahwa air yang digunakan merupakan air bawah tanah yang dikelola sesuai ketentuan.
Hal tersebut sontak menjadi sorotan publik. Sebagian pihak menilai bahwa penggunaan air tanah dalam dapat menimbulkan perdebatan, karena dianggap tidak sejalan dengan citra “air pegunungan” yang selama ini melekat pada brand AQUA.
Baca Juga: Untung Rugi Kebijakan Dedi Mulyadi Menutup Tambang
Klarifikasi AQUA
Setelah heboh menjadi perbincangan luas di media sosial, pihak PT Tirta Investama sebagai produsen AQUA akhirnya angkat bicara. Melalui keterangan resminya, pihaknya menegaskan bahwa air yang mereka produksi bukan berasal dari sumur bor biasa.
AQUA menjelaskan, air yang selama ini digunakan berasal dari akuifer dalam di kawasan pegunungan, bukan air permukaan atau air tanah dangkal. Air akuifer dalam ialah air tanah yang tersimpan di dalam lapisan batuan atau sedimen bawah tanah yang berpori dan jenuh air.
“AQUA menggunakan air dari akuifer dalam yang merupakan bagian dari sistem hidrogeologi pegunungan. Air ini terlindungi secara alami dan telah melalui proses seleksi serta kajian ilmiah oleh para ahli dari UGM dan Unpad. Sebagian titik sumber juga bersifat self-flowing (mengalir alami),” bunyi keterangan tersebut.
AQUA menyatakan akuifer dalam yang mereka gunakan diambil dari kedalaman 60-140 meter dan terlindungi secara alami oleh lapisan kedap air. Menurut pihaknya, semua proses ini telah melalui kajian ilmiah, perizinan resmi serta pengawasan dari instansi pemerintah terkait.
“AQUA akan terus menjaga komitmennya dalam menyediakan air minum berkualitas tinggi, menjaga keberlanjutan lingkungan, dan membangun hubungan yang transparan dengan masyarakat,” tambahnya.
Pendapat Ahli Geologi
Polemik antara KDM dan AQUA juga menarik perhatian sejumlah pakar. Salah satunya adalah Guru Besar Teknologi Geologi UGM, Prof. Dr. Ir. Heru Hendrayana. Ia memberikan penjelasan terkait istilah “air pegunungan” yang ikut ramai diperbincangkan publik. Heru menyebut bahwa air tanah dalam dapat dikategorikan sebagai air pegunungan apabila sumbernya memang berasal dari kawasan pegunungan.
Lebih lanjut ia menekankan, air pegunungan tidak harus selalu diperoleh langsung dari titik-titik mata air di puncak atau tubuh gunung. Untuk memastikan asal-usul air tersebut, diperlukan serangkaian penelitian ilmiah yang tidak singkat, mencakup analisis kimia, isotop, serta studi kondisi bawah permukaan.
"Jadi sekali lagi tidak harus di pegunungan sumbernya. misalnya saya ngebor di lereng Merapi atau lereng gunung, boleh gak, bisa gak itu saya katakan air pegunungan? belum tentu, harus di cek dulu tadi," ujarnya seperti dikutip dari detikJabar.
"Terus di ngebor di datarannya, ini dari gunung, belum tentu, harus dicek dulu asal usulnya. nah gitu ya, jadi air pegunungan itu harus melalui sebuah penelitian. ya, sekarang intinya itu tadi, air pegunungan tidak harus di gunung,” tambahnya.
Ia juga menyampaikan bahwa keberadaan mata air di kawasan pegunungan tidak otomatis menjadikannya sebagai air pegunungan. Ada mata air yang hanya berasal dari air hujan yang meresap dan kemudian keluar kembali melalui batuan di sekitar lereng, sehingga tetap termasuk dalam kategori air tanah dangkal.
Prof. Heru menjelaskan bahwa penetapan suatu sumber sebagai air pegunungan harus melalui metode identifikasi ilmiah terlebih dahulu. Ia menegaskan bahwa air pegunungan tidak harus berada di dataran tinggi, dan meskipun terletak di gunung pun belum tentu dapat diklasifikasikan sebagai air pegunungan.
Ia juga menambahkan bahwa perusahaan air minum dalam kemasan berskala besar yang mencantumkan label “air pegunungan” pada produknya umumnya telah melakukan serangkaian uji ilmiah mendalam untuk memastikan klaim tersebut akurat.
Baca Juga: Ribut-ribut Dana Daerah Purbaya Versus Dedi Mulyadi
Klarifikasi KDM
Setelah isu ini ramai diperbincangkan, KDM akhirnya menyampaikan klarifikasi. Pada kunjungan keduanya ke pabrik AQUA di Subang, ia menjelaskan bahwa sumber air utama AQUA berasal dari mata air pegunungan.
KDM menyampaikan bahwa untuk menjaga kualitas dan kemurniannya, aliran mata air tersebut dialihkan ke fasilitas produksi melalui sistem perpipaan tertutup. Kesalahpahaman terkait istilah “air pegunungan” memicu perdebatan di media sosial dan dianggap berdampak pada citra perusahaan serta ketenangan para karyawan.
Menanggapi kekhawatiran tersebut, KDM kembali hadir untuk memberikan penjelasan langsung. Ketika para pekerja menanyakan maksud pernyataannya sebelumnya, ia menegaskan bahwa AQUA memang memanfaatkan mata air pegunungan sebagai sumbernya.
“Memang saya datang ke sini ada niat nggak untuk jelek-jelekin AQUA. Yang protes kan netizen,” katanya meluruskan kesalahpahaman yang tersebar.
Para karyawan kemudian meminta kepastian kembali dengan bertanya, “Jadi, mata air clear ya?”, “Iya, mata air clear,” jawab KDM menegaskan kembali.