Direktur BCA, Haryanto Tiara Budiman, mengatakan cara menyelesaikan berbagai persoalan di lingkungan kerja sangat berbeda bahkan cenderung berbanding terbalik dengan berbagai teori yang didapat di pendidikan formal.
Penyelesaian masalah di lingkungan kerja kata dia membutuhkan pendekatan dan formulasi khusus, sebab masalah di lingkungan kerja acap kali tak terdefinisi dengan baik dan bahkan berubah-ubah bentuknya.
Baca Juga: BCA Selalu Bisa Menjawab Semua Kebutuhan Klien, Apa Rahasianya?
"Biasanya kita kalau dikasih soal oleh guru, oleh profesor, problemnya itu well defined, terdefinisi dengan baik. Datanya pun diberikan. Kalaupun tidak diberikan, Anda melakukan simple experiment, keluarlah data yang dibutuhkan dan bisa menyelesaikan," kata Haryanto dilansir Olenka.id Selasa (5/8/2025).
"Dalam real life, itu tidak akan terjadi. Jadi real life itu problemnya berubah bentuk. Kadang-kadang hari ini problemnya adalah A, nanti sore problemnya berubah bentuk, jadi B. Jadi, very confusing," tambahnya.
Penyelesaian masalah di dunia kerja kata tidak bisa menggunakan teori yang didapat didapat di pendidikan formal, intinya teori-teori itu mungkin saja berguna tetapi ia tidak bisa terpakai 100 persen.
"Kalau di akademis, kita ada jawaban benar. Either you get it right or you get it wrong. Kalau you get it right, Anda dapat nilai sempurna. Kalau you get it wrong, yaudah nasib, gagal. In real life itu kadang-kadang jawabannya merupakan satu spektrum. Jadi ada berbagai opsi yang mungkin juga sulit untuk diimplementasikan," ujarnya.
Ia tak membeberkan trik khusus dalam penyelesaian sebuah masalah dalam dunia kerja, namun yang jelas Haryanto mengatakan bahwa masalah di dunia kerja butuh pendekatan yang lebih rumit dalam penyelesaiannya, sebab dalam dunia kerja semuanya menjadi team work, di mana satu ide yang dirasa sudah sempurna masih bisa mental karena bertabrakan dengan ide yang berlawanan.
"Berikutnya, stakeholders itu pemangku kepentingan, enggak relevan dalam dunia akademis. In real life, it's a make or break.Kadang-kadang solusi anda itu enggak bisa diimplementasikan, enggak ada dampaknya, kecuali stakeholder anda mendukung. Dan dalam dunia akademis, biasanya enggak ada organizational politics, enggak ada yang namanya backstabbing, nusuk dari belakang, memfitnah, dan lain sebagainya. In real life, itu banyak sekali," ucapnya.
Tak hanya itu, selain ilmu yang tak terpakai secara keseluruhan di dunia kerja kata dia nama-nama perguruan tinggi juga bukan menjadi prioritas, orang-orang di dunia kerja tak begitu peduli dengan nama besar sebuah universitas, yang mereka butuhkan hanyalah kepandain dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Kendati begitu ia juga tak menampik bahwa nama beken sebuah universitas membuat para lulusannya punya peluang kerja yang lebih besar.
Baca Juga: Hendra Lembong: Kalau Nasabah Bermasalah, Karyawan BCA Siap Tempuh Extra Mile
"Academic achievement, kalau di perguruan tinggi itu penting sekali ya. Waktu saya kuliah pun, GPA very important.Setelah kamu masuk kerja, enggak ada lagi yang nanya kamu lulusan mana, enggak ada lagi yang nanya kamu GPA-nya berapa. Memang kalau Anda lulusan sekolah-sekolah top, masuk kerja yang pertama itu lebih mudah. Tapi setelah itu, you are on your own,"pungkasnya.