Di kesempatan yang sama, Hj. Fathul Jannah Muhidin, selaku Ketua Dekranasda Provinsi Kalimantan Selatan, mengatakan bahwa Provinsi Kalimantan Selatan pun memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, salah satunya adalah kain wastra khas daerahnya, yakni batik sasirangan.

Sebagai salah satu warisan budaya yang memiliki nilai seni tinggi dan teknik pembuatan yang unik, kata Fathul, sasirangan kini tengah diperjuangkan untuk bisa menembus pasar nasional hingga internasional. Upaya ini tak lepas dari peran aktif Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan melalui Dekranasda setempat.

“Kami dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan sangat mendukung eksistensi wastra, khususnya untuk para pengrajin kriya, agar mereka bisa berkembang baik di tingkat lokal, nasional, maupun mancanegara,” ujar Fathul.

Fathul memaparkan, batik sasirangan sendiri bukanlah kain biasa. Proses pembuatannya dilakukan dengan teknik tradisional yang disebut jelujur, yakni menjahit pola di kain sebelum dilakukan pewarnaan alami. Motifnya pun sarat makna dan kental dengan nuansa khas Kalimantan, seperti motif bunga dan gigi ikan gabus.

“Adapun, motif yang saya pakai ini salah satunya ada motif gigi ikan gabus dan bunga khas Kalimantan. Prosesnya tidak diprinting, tapi dijelujur dulu, disikat, lalu diberi warna alami seperti dari kulit rambutan atau daun-daunan,” jelas Fathul Jannah.

Di era modern ini, kata Fathul, keberlanjutan pun menjadi kata kunci dalam industri kreatif. Dan, pikahnya di Kalimantan Selatan pun berupaya menjaga keseimbangan antara pelestarian tradisi dan inovasi ramah lingkungan.

Fathul menyebut bahwa pihaknya membina UMKM agar tetap menggunakan pewarna alami yang tidak merusak alam, meskipun tidak menutup kemungkinan untuk riset penggunaan pewarna sintetis yang lebih aman.

“Kami membina UMKM agar lebih banyak menggunakan pewarna alami. Tapi kami juga tidak menutup diri terhadap teknologi baru, selama tidak merusak lingkungan dan bisa mengembangkan kreativitas pelaku UMKM,” terangnya.

Adapun, salah satu langkah konkret yang dilakukan Dekranasda Kalimantan Selatan untuk mengangkat sasirangan ke panggung nasional dan internasional adalah melalui kolaborasi dengan desainer nasional. Salah satunya dengan desainer kenamaan Irma Joenawinata.

“Alhamdulillah, kami sangat bersyukur bisa berkolaborasi dengan Mbak Irma Joenawinata. Kami kirimkan kain sasirangan dari Kalimantan Selatan untuk diolah menjadi busana oleh beliau, yang nanti akan ditampilkan di panggung nasional,” tutur Fathul.

Melalui kerja sama seperti ini, Fathul berharap kain sasirangan semakin dikenal oleh masyarakat luas, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

“Mudah-mudahan, lewat tangan-tangan kreatif para desainer nasional, sasirangan bisa mendapat tempat yang layak di pasar internasional,” tambahnya.

Selain memperkuat kolaborasi dengan desainer, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan juga menggandeng berbagai instansi, termasuk Dinas Perindustrian dan instansi terkait lainnya, untuk menjangkau pelaku UMKM. Media sosial pun dimanfaatkan sebagai alat promosi yang efektif di era digital ini.

“Kami berusaha menjangkau UMKM melalui berbagai saluran, termasuk media sosial, agar mereka bisa lebih adaptif terhadap tren saat ini dan mampu bersaing secara luas,” jelas Fathul.

Dengan semangat kolaboratif, pendekatan tradisional yang dipadukan dengan inovasi modern, serta dukungan pemerintah yang berkelanjutan, Kalimantan Selatan optimistis membawa batik sasirangan ke tingkat yang lebih tinggi.

“Harapan kami, para pengrajin di Kalimantan Selatan bisa mengikuti tren global dan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya lokal. Dengan begitu, sasirangan tidak hanya bertahan, tapi juga berkembang dan dikenal dunia,” tutup Fathul Jannah.

Baca Juga: Parade Wastra Nusantara 2025 Hadirkan Perpaduan Budaya dan Fashion di Jakarta