Setelah masa cuti melahirkan berakhir, tidak sedikit ibu bekerja yang menghadapi kenyataan sulit. Banyak dari mereka yang ingin tetap memberikan ASI eksklusif untuk sang buah hati, namun terbentur dengan minimnya fasilitas yang mendukung, terutama ruang laktasi di tempat kerja.

Di tengah semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya pemberian ASI selama 6 bulan pertama kehidupan anak, hambatan ini menjadi isu nyata yang berdampak langsung pada kesehatan generasi mendatang.

Baca Juga: Dokter Ungkap Pentingnya Peran Ayah Selama Proses Ibu Menyusui, Seperti Apa?

Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2023 menunjukkan lebih dari 60 persen ibu bekerja kesulitan mempertahankan pemberian ASI setelah kembali bekerja, salah satunya karena tidak adanya ruang laktasi yang layak.

Temuan dari Health Collaborative Center bahkan mengungkapkan bahwa anak dari ibu yang tidak memiliki akses ke ruang laktasi berisiko lebih tinggi mengalami malnutrisi. Rendahnya dukungan dari lingkungan kerja bukan hanya berdampak pada ibu, tetapi juga pada hak anak untuk mendapatkan nutrisi terbaik di awal kehidupannya.

dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, Sp.A, MARS, Dokter Spesialis Anak RSIA Bunda Jakarta yang telah berpraktik selama lebih dari 25 tahun, menegaskan bahwa menyusui bukan sekadar pilihan, tetapi kebutuhan dasar anak yang harus didukung oleh banyak pihak. Ia menyampaikan bahwa keberhasilan menyusui bukanlah tanggung jawab tunggal ibu, melainkan tanggung jawab kolektif yang melibatkan keluarga, tenaga kesehatan, hingga lingkungan kerja.

Baca Juga: Telat Haid saat Menyusui? Ini Lho Penyebab dan Cara Atasinya!

“ASI eksklusif selama enam bulan bukan hanya memberikan nutrisi yang sempurna bagi bayi, tapi juga membentuk ikatan emosional yang kuat antara ibu dan anak. Dukungan terhadap ibu menyusui berarti kita sedang membangun generasi yang lebih sehat, cerdas, dan berdaya,” tegasnya.

Senada dengan hal tersebut, PT Bundamedik Tbk (BMHS) sebagai induk dari RS Bunda Group terus mendorong terbentuknya tempat kerja yang ramah terhadap ibu menyusui. President Director BMHS, Agus Heru Darjono, menyampaikan bahwa pihaknya memiliki komitmen jangka panjang untuk mendukung pemenuhan hak menyusui, baik melalui penyediaan ruang laktasi di seluruh jaringan RS Bunda Group, maupun melalui kebijakan internal yang memungkinkan ibu memerah ASI di jam kerja tanpa harus mengorbankan tanggung jawab profesional.

Menurutnya, komitmen ini bukan hanya untuk pasien, tetapi juga untuk seluruh karyawan perempuan yang menjadi bagian dari keluarga besar BMHS.

Baca Juga: BMHS Catatkan Kenaikan Laba 199% di Semester 1/2024

“BMHS percaya bahwa dukungan nyata bagi ibu menyusui dari lingkungan kerja adalah fondasi penting untuk memastikan anak tumbuh sehat. Kami menyediakan fasilitas dan kebijakan yang memungkinkan ibu tetap memerah ASI tanpa mengganggu tanggung jawab profesional mereka,” ujarnya.

Berdasarkan studi yang dilakukan, 88,3 persen ibu yang memiliki akses ruang laktasi di tempat kerja melaporkan produksi ASI yang mencukupi kebutuhan anak. Sementara itu, anak dari ibu yang tidak mendapat fasilitas serupa memiliki risiko empat kali lebih tinggi mengalami malnutrisi.

Hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan ruang laktasi bukan sekadar fasilitas tambahan, tetapi kebutuhan pokok yang memiliki dampak langsung terhadap kualitas tumbuh kembang anak.

Baca Juga: Kekurangan Zat Besi Dapat Hambat Kemampuan Belajar Anak, Simak Penjelasannya!

Untuk memperkuat advokasi dan edukasi tentang pentingnya dukungan menyusui, BMHS menyelenggarakan Bunda Parenting Convention pada 2 Agustus 2025 lalu di Jakarta. Acara ini digelar dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional dan World Breastfeeding Week yang berlangsung dari tanggal 1 hingga 7 Agustus.

Dengan mengusung tema “Prioritise Breastfeeding: Creating Sustainable Support Systems”, forum ini mempertemukan para ibu, ayah, pengelola daycare, manajemen perkantoran, serta tenaga kesehatan profesional dari RS Bunda Group untuk membahas pentingnya sistem pendukung yang berkelanjutan bagi keberhasilan menyusui dan pengasuhan anak di masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Bunda Parenting Convention menghadirkan beragam sesi edukatif bersama dokter spesialis anak, konsultan gizi, psikolog, konselor laktasi, hingga dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis fetomaternal. Tidak hanya membahas soal ASI dan gizi anak, forum ini juga mengangkat isu penting seperti bonding ayah dan anak, deteksi dini tumbuh kembang, hingga cara mencegah anak sulit makan.

Salah satu sesi interaktif yang menarik perhatian adalah “Ayah Jago Bonding”, yang melibatkan para ayah untuk lebih aktif mendampingi ibu menyusui. Melalui pendekatan yang menyeluruh dan kolaboratif ini, BMHS ingin mendorong perubahan nyata dalam cara masyarakat memandang peran ibu menyusui, bukan sebagai tugas individu semata, melainkan sebagai tanggung jawab kolektif seluruh ekosistem.

Dengan menciptakan ruang laktasi yang memadai, memperkuat edukasi kesehatan sejak masa kehamilan, dan melibatkan semua pihak dalam proses pengasuhan, BMHS percaya bahwa menyusui akan menjadi norma yang tidak hanya didukung, tapi juga dilestarikan secara berkelanjutan. Semua inisiatif ini sejalan dengan semangat perusahaan, Because Family Matters.