Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menanggapi pertanyaan mengenai tren surplus anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) di Argentina, yang belakangan menjadi sorotan. Menurutnya, fenomena tersebut tidak bisa disebut sebagai tren, melainkan lebih kepada sebuah kasus khusus yang terjadi dalam konteks ekonomi Argentina yang sangat berbeda.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa kondisi perekonomian Argentina masih berada dalam situasi krisis yang berkelanjutan. Dengan adanya presiden baru yang mungkin memiliki pandangan dan pendekatan yang berbeda, Argentina mencoba mencari solusi yang tepat bagi kondisi ekonominya sendiri.
Baca Juga: Penjelasan Sri Mulyani Mengapa Amerika Serikat Tak Takut Cetak Uang dalam Jumlah Besar
“Mereka terus-menerus dalam krisis dan sekarang memiliki presiden yang mungkin totally beda pandangan atau approach-nya yang mungkin dibutuhkan untuk kondisi perekonomian Argentina,” ujar Sri Mulyani seperti dikutip Olenka dalam sebuah video pada Sabtu (01/02/2025).
Sementara itu, jika berkaca kepada Indonesia, negara kita ini memiliki pendekatan yang berbeda dalam merancang APBN. Menurutnya, APBN Indonesia disusun berdasarkan kondisi ekonomi domestik, yang tidak bisa disamakan dengan negara lain.
Baca Juga: Pandangan Sri Mulyani soal Ekonomi Syariah
Misalnya, inflasi Indonesia yang terjaga pada level 2%, sedangkan di Argentina, inflasi mencapai lebih dari 70%. “So it's totally different,” katanya.
Sri Mulyani juga menekankan bahwa rasio utang terhadap PDB di Argentina dan Indonesia sangat berbeda, dengan exposure terhadap utang, kondisi domestik, dan nilai tukar yang juga tidak sebanding.
Baca Juga: Kata Sri Mulyani soal Ukuran Sebuah Negara Dikatakan Makmur secara Ekonomi
“Indonesia mendesain APBN berdasarkan kondisi dan tujuan ekonomi kita. APBN kita bertujuan untuk mendorong produktivitas dan pertumbuhan, serta menciptakan permintaan agregat yang berkelanjutan,” jelasnya.
Ia juga menegaskan bahwa APBN Indonesia berfungsi sebagai alat untuk mengatasi guncangan ekonomi dan meningkatkan produktivitas ekonomi secara keseluruhan.