Industri kreatif Indonesia terus menunjukkan perkembangan signifikan, dan salah satu potensi terbesarnya kini berada pada pengembangan intellectual property (IP).

Creative Advisor InJourney, Ishak Reza, menilai bahwa Indonesia memiliki fondasi budaya dan kreativitas yang sangat kuat untuk melahirkan IP yang bernilai ekonomi tinggi.

Menurut Ishak, istilah intellectual property sering dipahami dengan cara yang berbeda-beda. Namun, ia memiliki definisinya sendiri yang lebih berorientasi pada nilai ekonomi.

“Sebenarnya IP ya, bahasa panjangnya adalah Intellectual Property ya, tapi definisinya masing-masing orang bisa berbeda,” tutur Ishak kepada Olenka, baru-baru ini.

“Kalau saya, saya akan menyebut IP ketika itu bisa dimonetize, bisa menghasilkan satu keuntungan ekonomi,” sambung Ishak.

Ishak lantas menjelaskan bahwa secara kreatif, IP dapat berawal dari sebuah karakter atau cerita (story). Namun, perjalanan sebuah IP tidak berhenti sampai di sana.

Ia menekankan bahwa sebuah IP baru dapat disebut matang ketika sudah berkembang menjadi pengalaman (experience) dan berujung pada monetisasi.

“Secara kreatifnya, IP itu adalah sebuah karakter atau sebuah story yang kemudian diturunkan menjadi experience, yang kemudian bisa menjadi monetisasi, apakah itu licensing, retail, dan seterusnya,” jelasnya.

Baca Juga: Ishak Reza Soal Perkembangan Industri Kreatif di Indonesia

Ia mencontohkan Disney sebagai salah satu model ideal dalam mengembangkan IP. Dari film hingga karakter seperti Marvel, semuanya berkembang menjadi pengalaman lintas platform.

“Dari film, orang jadi tahu ceritanya, kemudian turun menjadi restoran, jadi experience, lalu jadi retail, ada mug-nya, merchandise, dan lahir fandom-nya,” kata Ishak.

Ia pun mengatakan, kematangan monetisasi inilah yang menandai keberhasilan sebuah IP.

Lebih lanjut, Ishak pun melihat Indonesia memiliki keunggulan yang sangat besar dibanding negara-negara Asia Tenggara lainnya. Menurutnya, dengan keragaman budaya yang luar biasa, negeri ini menyimpan sumber inspirasi tak terbatas.

“Kita punya 700 bahasa, 300 etnis, banyak pulau. Kita tuh inspirasinya banyak dibandingkan negara-negara lain,” ungkapnya.

Keragaman ini, kata dia, menciptakan peluang tak hanya untuk menciptakan karakter dan cerita baru, tetapi juga untuk melahirkan IP yang kuat secara emosional dan kultural.

Lebih jauh, Ishak menekankan bahwa pengembangan IP bukan hanya isu industri kreatif, tetapi juga bagian dari strategi kemakmuran nasional di masa depan.

“Saya sangat peduli dengan industri IP karena ini menjadi national prosperity. IP ini ke depannya akan menjadi sebuah pemasukan buat negara juga,” tandasnya.

Baca Juga: Cara Pandang Ishak Reza Soal Kreativitas