Pengobatan dan Pencegahan

Dipaparkan Prof. Cissy, hingga saat ini tidak ada obat khusus yang dapat membunuh virus RSV. Pengobatan yang diberikan bersifat suportif, seperti mengatasi demam, memastikan anak mendapatkan cukup cairan, menjaga lingkungan tetap bebas asap rokok, hingga memberikan oksigen bila diperlukan.

Pada kasus yang lebih berat, anak membutuhkan perawatan inap agar dapat dipantau dan ditangani secara optimal.

Sementara itu, upaya pencegahan RSV dilakukan melalui langkah-langkah sederhana yang serupa dengan pencegahan COVID-19, yaitu menjaga kebersihan tangan dengan rutin mencuci tangan, menggunakan masker saat sedang sakit, memastikan kebersihan lingkungan serta permukaan benda yang sering disentuh, menghindari penggunaan alat makan bersama, dan menjaga kebersihan mainan anak agar tidak menjadi sumber penularan.

Imunisasi Pasif untuk Bayi Risiko Tinggi

Dikatakan Prof. Cissy, saat ini belum ada vaksin RSV untuk anak, tetapi ada pilihan imunisasi pasif menggunakan monoklonal antibody (palivizumab).

“Monoklonal antibody ini adalah antibodi siap pakai. Begitu disuntikkan, dia langsung bekerja tanpa perlu menunggu tubuh membentuk respons imun,” jelas Prof. Cissy.

Rekomendasi dari IDAI 2025 mencakup pemberian palivizumab untuk bayi-bayi dengan risiko tinggi seperti prematur, penyakit paru kronis, atau penyakit jantung bawaan.

Dosis diberikan secara intramuskular setiap 30 hari selama musim penularan RSV.

Prof. Cissy juga menuturkan, di Indonesia, pemeriksaan RSV memang belum tersedia luas, tetapi tetap penting untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama pada bayi dan anak berisiko tinggi.

“Yang penting, kita harus mencegah. Dan sekarang kita sudah punya imunisasi pasif untuk melindungi bayi-bayi kita. Semoga dengan pencegahan ini, kita bisa menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi,” tutup Prof. Cissy.

Baca Juga: Cacar Air Tengah Mewabah di Sekolah, Lindungi Anak dengan Vaksin Varisela, Segera!