Kucing menjadi hewan peliharaan favorit masyarakat Indonesia. Namun sayangnya, tidak sedikit populasi kucing liar yang akhirnya menimbulkan masalah sosial dan kesehatan, terutama di kota-kota besar. Sebagai contoh, hasil sensus Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (DKPKP) Provinsi Jakarta mencatat estimasi data populasi kucing jalanan di Jakarta hingga Oktober 2024 sekitar 754.400 ekor, sedangkan kucing berpemilik berjumlah 111.750 ekor.
Kondisi yang belum ideal tersebut membuat banyak pihak terketuk hatinya untuk membangun shelter atau tempat penampungan kucing telantar, salah satunya ialah Rumah Kucing Parung (RKP) yang didirikan Dita Agusta. Bermula di tahun 2000, Dita akhirnya mampu membangun shelter seluas 500 meter di tahun 2014 yang berlokasi di Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kini, luasnya bertambah hingga sekitar 700 meter.
Baca Juga: Kembalikan Senyum Bayi dan Anak Palestina, Tempo Scan Salurkan Donasi Rp10 Miliar
"Kami pindah ke sini tujuannya supaya kucing-kucing saya punya rumah yang lebih besar. Lalu kami sekeluarga justru sepakat untuk bisa lebih banyak menolong kucing-kucing telantar karena kami punya lahan yang sudah cukup luas. Jumlahnya saat ini mencapai 800 ekor," jelasnya di Bogor, Senin (16/12/2024).
Selain kucing rescue, RKP juga menerima kucing peliharaan yang tidak sanggup lagi dirawat oleh pemilik sebelumnya. Namun, Dita selalu mewanti-wanti pemilik kucing untuk berupaya merawat kucingnya karena kucing-kucing yang dipindahkan ke shelter berpotensi mengalami stres. Biasanya, kucing yang pertama kali datang ke RKP akan diobservasi terlebih dahulu untuk ditentukan penanganan selanjutnya.
"Kucing perlu adaptasi, sekalian kami observasi terlebih dulu. Menurut penjelasan dokter yang saya dapat, masa inkubasi virus itu sekitar dua minggu. Setelah dipantau, makan dan minumnya membaik, sudah normal, melewati vaksinasi juga, biasanya kami steril. Namun, tidak semua kucing kondisinya memungkinkan untuk disteril," terangnya.
RKP juga membuka adopsi bagi masyarakat yang ingin merawat kucing-kucing telantar tersebut. Dita mengaku selalu berhati-hati dalam memberikan izin adopsi agar kucing yang diadopsi benar-benar mendapat pemilik yang bertanggung jawab.