Sebuah survei gabungan antara perusahaan konsultan manajemen global, Kearney, dan perusahaan konsultan organisasi dan penasihat kepemimpinan, Egon Zehnder, yang berjudul Leadership in the Age of AI mengungkapkan bahwa meskipun dianggap sebagai pendorong utama evolusi bisnis dan model organisasi, menawarkan visi yang tak tertandingi seputar inovasi, efisiensi, dan pengambilan keputusan berdasarkan data, AI juga menimbulkan kekhawatiran terkait penggantian tenaga kerja dan pelanggaran privasi data. Organisasi dan bisnis harus memahami dimensi teknis AI dan secara strategis mengatasi risiko dalam mengintegrasikan AI secara bertanggung jawab dan efektif.

Dalam era digital yang terus berkembang, peran Artificial Intelligence (AI) makin mendominasi evolusi model bisnis dan organisasi. Menurut studi lainnya yang dilakukan oleh Kearney, AI diproyeksikan memberikan keuntungan ekonomi yang substansial di wilayah ASEAN. Pada tahun 2030, AI diharapkan dapat menyumbang hingga USD1 triliun pada PDB ASEAN dengan estimasi bahwa Indonesia akan berkontribusi sekitar 40%: perkiraan kontribusi sebesar USD366 miliar. Indonesia telah mengalihkan fokusnya ke pembangunan ekonomi digital dengan menekankan peran kunci AI dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi.

Baca Juga: Perkuat Transformasi Digital di Indonesia, ADVANCE.AI Tunjuk Dua Pemimpin Baru

"Integrasi yang bertanggung jawab terhadap AI memerlukan pemahaman teknis yang mendalam dan mitigasi risiko yang efektif. Kita tidak boleh mengabaikan potensi risiko yang terkait dengan penggunaan AI. Penting bagi organisasi untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang implikasi AI dan menyesuaikan strategi mereka secara sesuai," kata President Director and Partner Kearney Indonesia, Shirley Santoso, dalam keterangan tertulis yang diterima, dikutip Rabu (27/3/2024).

Meskipun para eksekutif optimis tentang manfaat AI bagi efisiensi dan inovasi, mereka juga menyoroti kemungkinan penggusuran tenaga kerja dan risiko privasi data dengan mayoritas setuju AI akan berdampak pada organisasi dalam lima tahun, dan hampir semua menekankan pentingnya pemahaman kepemimpinan terhadap teknologi ini.

Dihadapkan dengan berbagai risiko yang terkait dengan gelombang AI saat ini, para pemimpin mungkin menemukan tantangan untuk memusatkan kekhawatiran mereka di tengah "polykrisis" saat ini. Setidaknya, terdapat empat risiko kunci yang harus diprioritaskan oleh para pemimpin, yakni:

  • Bias Data: Kualitas output model AI secara langsung terkait dengan data yang dilatih. Jika data latihan tidak mencerminkan keberagaman dunia nyata secara seimbang, AI dapat menghasilkan hasil yang bias;
  • Halusinasi Data: Model AI generatif sangat akurat, tetapi tetap 100% yakin bahkan saat salah. Hal ini memerlukan proses keterlibatan manusia untuk terus memverifikasi hasil model;
  • Biaya yang Membengkak: Seiring dengan meningkatnya volume data yang disimpan oleh platform AI, biaya pengumpulan, penyimpanan, dan pemrosesan juga meningkat;
  • Ketergantungan dan Reliabilitas: Ada kekhawatiran tentang ketergantungan pada AI dan keandalannya.