Pada paruh pertama (H1) tahun 2025, pasar IPO Indonesia mencerminkan tren global dalam hal sentimen investor yang cenderung berhati-hati. Meski antusiasme tinggi di awal tahun, pelaku pasar menjadi lebih selektif sehingga menyebabkan banyak perusahaan menunda rencana listing-nya.

Namun, IPO baru-baru ini di akhir kuartal kedua, termasuk beberapa penawaran yang mengalami kelebihan permintaan di sektor-sektor seperti infrastruktur, mata uang kripto, dan logistik, menunjukkan bahwa di tengah ketidakpastian global saat ini, minat investor tetap kuat terhadap perusahaan-perusahaan dengan fundamental yang kuat dan strategi jangka panjang yang jelas.

Baca Juga: Gubernur Pramono: Bank Jakarta Harus Profesional dan Siap IPO

"Meskipun terjadi penurunan jumlah IPO pada paruh pertama tahun 2025 dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024, terdapat peningkatan signifikan dalam total pendapatan yang naik sebesar US$175,9 juta atau 70%. Paradoks ini menyoroti pergeseran ke arah prioritas kualitas daripada kuantitas di pasar IPO," ujar Joe Lai, EY Indonesia Financial Accounting Advisory Services Leader, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (7/8/2025).

Menurutnya, seiring dengan upaya Indonesia untuk terus menyelaraskan diri dengan dinamika IPO global, kunci kesuksesan terletak pada persiapan yang matang, tata kelola yang transparan, dan kisah ekuitas yang menarik. Dengan penentuan posisi dan eksekusi yang tepat, perusahaan-perusahaan Indonesia, terutama yang berada di sektor yang sedang berkembang dan tangguh, dapat memanfaatkan kembali kepercayaan investor. Sisa tahun 2025 merupakan waktu yang tepat bagi emiten yang telah mempersiapkan diri dengan baik untuk memasuki pasar yang lebih selektif, dan membuka pertumbuhan berkelanjutan melalui pencatatan saham publik.

Kondisi Pasar Global

Sementara itu, pasar IPO global selama paruh pertama tahun 2025 menunjukkan ketahanan dengan 539 listing yang berhasil mengumpulkan modal sebesar US$61,4 miliar, mencatat kenaikan pendapatan sebesar 17% YoY. China kembali mendominasi dengan perolehan sepertiga dari seluruh pendapatan global, sedangkan pangsa pasar Eropa menurun jadi 10%.

Aktivitas IPO lintas negara mencapai rekor tertinggi pada paruh pertama tahun 2025, menyumbang 14% dari total jumlah kesepakatan global. Aliran geografis menunjukkan pola yang jelas: China dan Singapura muncul sebagai sumber dominan, sedangkan Amerika Serikat menjadi tujuan pilihan terbesar. Berikut data IPO di negara-negara di dunia:

  • Amerika memimpin dengan 109 IPO;
  • China mencatat pemulihan signifikan setelah bertahun-tahun mengalami penurunan pasar;
  • Hong Kong behasil merebut kembali posisi tertinggi mereka dalam bursa IPO global dengan pendapatan yang mencapai peningkatan tujuh kali lipat YoY;
  • Asia Tenggara mencatat total 48 IPO yang menghasilkan dana sebesar US$1,4 miliar US$, turun dari 66 transaksi dari periode sebelumnya;
  • Malaysia jadi pasar paling aktif di Asia Tenggara dengan 27 IPO yang menghasilkan dana US$896 juta;
  • Indonesia dengan 14 transaksi dan dana sebesar US$428 juta berada di bawah Malaysia;
  • Thailand dengan 5 transaksi dan dana sebesar US$27 juta;
  • Filipina dan Singapura masing-masing mencatatkan 1 IPO dengan masing-masing menghasilkan dana sebesar US$12 juta dan US$5 juta.

Chan Yew Kiang, EY Asean IPO Leader, mengatakan, "Pasar IPO di Asia Tenggara menghadapi hambatan yang signifikan pada paruh pertama tahun 2025 dengan penurunan tajam dalam aktivitas, sedangkan pendapatan tetap stabil. Indonesia menanggung beban terbesar dari kelemahan ini dan Malaysia muncul sebagai pemimpin di regional. Satu hal yang terpenting, perjuangan pasar tidak hanya sekedar angka. Kinerja pasca-IPO tidak terlalu kuat, dengan sebagian besar listing baru diperdagangkan di bawah harga penawaran IPO mereka."

Sebagian besar pasar utama Eropa telah mengalami jeda sejak gejolak pasar pada awal April meskipun Swedia menyumbang IPO besar-besaran. Momentum kuat terus berlanjut di Timur Tengah. Sementara itu, India juga mempertahankan tingkat penggalangan dana yang tinggi meskipun terjadi penurunan jumlah kesepakatan.