‘Gantungkan’ Masa Depan Lewat Duralex

Seperti dugaannya, Duralex yang dipasarkan Tahir pun booming di pasaran. Sontak, penjualannya pun meningkat pesat. Tak pelak Tahir pun kerap kehabisan stok dalam waktu singkat. 

Kondisi ini pun mendorong Tahir untuk melakukan negosiasi lagi dengan produsen Duralex. Kali ini, ia mengejar lisensi tidak hanya sebagai agen tunggal, melainkan untuk memproduksi produk mereka di Indonesia.

“Omzet kami tumbuh sangat cepat sekali. Tahun 1978 itu merupakan tahun yang sangat baik bagi keuangan bisnis saya. Saya pun terdorong untuk memproduksi Duralex ini di Indonesia dan membangun pabrik di bawah lisensi mereka di Prancis,” papar Tahir.

Dikatakan Tahir, negosiasi dirinya dengan produsen Duralex merupakan hal besar agenda item dalam bisnisnya di tahun 1978. Tahir pun merasa, tanda-tanda positif dari Duralex akan segera terwujud. Dan benar saja, akhirnya Tahir pun berhasil mewujudkan niatnya membangun pabrik gelas yang terkenal di dalam negeri.

“Puji Tuhan, akhirnya saya berhasil bangun pabrik gelas yang terkenal di dunia itu di Indonesia. Saat itu saya merasa tidak khawatir soal pembiayaan, karena saya sendiri bisa mengajukan pinjaman ke bank, dan menghabiskan tabungan usaha saha, juga meminta tambahan dana dari ibu saya kala itu,” jelas Tahir.

Jika ditanya alasan mengapa ia ‘berani’ meminjam uang modal ke sang ibu, Tahir mengatakan jika usaha sang ibu di Surabaya sendiri berjalan sangat baik, bahkan semakin maju. 

Sang ibu, kata dia, selain memiliki toko sendiri, juga telah menjelma jadi pengusaha berlian yang tangguh dan terkenal di Surabaya. Dan kalaupun modal usaha kurang, Tahir pun akan berusaha sekuat tenaga untuk meminjamnya di bank milik sang mertua, Mochtar Riady.

“Saya akan meminjam uang darinya, tidak sekedar mengemis kepadanya,” tegas Tahir.

Seiring waktu, karena negosiasi bisnisnya menunjukan kemajuan yang menjanjikan, Tahir pun memberanikan diri untuk membeli sebidang tanah di Jakarta. Berbagai persiapan telah dilakukannya untuk membangun pabrik Duralex. 

Tahir bilang, cukup banyak uang yang telah ia gelontorkan untuk proyek ini. Dan hari-harinya pun disibukkan dengan pekerjaan persiapan pembangunan pabrik.

“Untuk sementara waktu, saya mengesampingkan kegiatan impor saya. Pabrik Duralex akan menjadi bisnis utama saya. Rosy juga sangat gembira dengan proyek baru saya ini. Mungkin, kata Tahir, istrinya pun saat itu merasa lega karena suaminya yang sebelumnya tidak punya usaha besar, akhirnya bisa sampai ke jenjang mapan berkat pabrik Duralex itu.

Baca Juga: Mengulik Kisah Dato Sri Tahir saat Memulai Bisnis Impor

Mimpi Tahir Seketika Kandas 

Seiring dengan berjalannya waktu, kesepakatan dengan Duralex pun tampak semakin menjanjikan. Sampai pada saatnya Tahir dan Rosy pun pergi ke Prancis untuk bertemu pihak Duralex. Prosesnya pun berjalan lancar. Menurut Tahir, pihak Duralex sangat percaya kepadanya karena hasil bisnis Tahir selama ini sangat memuaskan.

“Mereka yakin saya akan mampu mengoperasikan pabrik. Tahap akhir kontrak pun telah dituntaskan. Mimpi indah saya saat itu akan segera terwujud,” tukas Tahir.

Namun siapa sangka, lanjut Tahir, ternyata di tengah keoptimisannya membangun pabrik Duralex di Indonesia, tiba-tiba datang berita buruk. Saat itu, Indonesia sendiri sedang terpukul keras oleh devaluasi, dan itu adalah hal yang serius. Nilai tukar dollar saat itu melonjak lebih dari 50%, dari Rp 400 menjadi Rp 650. 

“Saat itu jujur saya sangat terpukul dan benar-benar pingsan. Semua uang yang saya miliki untuk memulai pabrik itu menjadi tidak berarti apa-apa lagi. Ironisnya lagi, kesepakatan dengan Duralex untuk membangun pabrik di Indonesia pun batal! Semuanya hancur. Devaluasi telah meluluhantakkan semua impian Tahir.

“Saat itu, mustahil bagi saya untuk meneruskan rencana tersebut. Kecuali saya siap berakhir dalam keadaan lebih buruk. Duralex juga dalam posisi yang tidak menguntungkan saat itu. Mereka pun lantas menghibur saya dengan mengatakan bahwa menjadi agen tunggal saja cukup menguntungkan,” tutur Tahir.

Namun, Tahir masih tidak terima dengan kondisi tersebut. Betapa tidak, saat itu ia sudah membayangkan jika pabrik Duralex itu akan berdampak besar bagi hidupnya. Bahkan, akan menjadi pencapaian yang luar biasa untuk memperkuat posisinya di mata Mochtar Riady dan keluarganya. 

Dikatakan Tahir, memiliki pabrik Duralex itu tidak hanya akan berarti keberhasilan bisnis saja, namun juga akan menjadi simbol kepercayaan dirinya sebagai pria yang telah menikahi putri seorang pengusaha terkemuka. 

Dibandingkan dengan posisinya sebagai importir segala jenis komoditas yang ada di mana-mana, bagi Tahir memiliki pabrik Duralex yang terkenal akan menjadi kebanggaan tersendiri.

“Bayangkan saja, mimpi saya waktu itu akan segera terwujud, tapi hancur seketika akibat devaluasi. Tapi, ya, begitulah cara Tuhan mengatur. Manusia sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk mencegahnya,” tutur Tahir.

Baca Juga: Mengeksplorasi Portofolio Bisnis Properti Milik Dato Sri Tahir di Bawah Payung Mayapada Group