Selain dukungan kebijakan, pesatnya perkembangan teknologi digital juga menjadi faktor utama pertumbuhan industri kreatif. Platform kreatif, kecerdasan buatan (AI), media digital, hingga perangkat kreatif berbasis aplikasi kini membuka peluang yang sebelumnya sulit dijangkau.

Menurut Ishak, teknologi saat ini membuat persaingan semakin ketat, namun justru mendorong para talenta untuk berkembang lebih cepat.

Jika dulu hanya orang dengan latar pendidikan kreatif tertentu yang bisa membuat karya visual atau film berkualitas tinggi, kini siapa pun bisa berkreasi dengan bantuan teknologi. Dampaknya, para kreator dituntut untuk terus inovatif dan mengembangkan skill agar tetap relevan.

“Saya melihat nanti ke depannya mungkin 5-10 tahun lagi dari Gen Z dan generasi di bawahnya itu,i akan lebih maju sebenarnya dibanding generasi sebelumnya. Dengan tools yang ada sekarang, dengan apa yang mereka bisa manfaatkan sekarang,” tuturnya. 

Baca Juga: Jejak Perjalanan Karier Ishak Reza di Industri Kreatif

Namun, hal ini juga berarti tantangan menjadi semakin besar. “Kemampuannya nggak bisa cuma satu, harus berkembang ke A, B, C, D. Harus adaptif dan multidisiplin,” tambahnya.

Melihat arah perkembangan ini, Ishak percaya ekosistem industri kreatif Indonesia sedang menuju fase yang lebih matang, yakni berbasis teknologi, terbuka untuk kolaborasi, dan didukung oleh kebijakan pemerintah.

Dengan fondasi yang semakin kuat mulai dari kebijakan, teknologi, hingga kualitas talenta, Indonesia berpotensi menjadi salah satu pusat ekonomi kreatif terbesar di Asia.