Ir. Ciputra bukan hanya dikenal sebagai maestro properti di Indonesia, tetapi juga sebagai sosok visioner yang menjadikan nilai hidup sebagai kompas setiap langkahnya.
Founder Ciputra Group ini percaya, kesuksesan sejati dibangun di atas pondasi integritas, profesionalisme, dan jiwa kewirausahaan. Bagi Ciputra, ketiga nilai itu bukan sekadar jargon bisnis, melainkan prinsip yang dijalankan dengan konsistensi sepanjang hidup dan kariernya.
Dalam buku biografinya yang bertajuk Ciputra: The Entrepreneur, The Passion of My Life karya Alberthiene Endah, Ciputra pun menceritakan bahwa pada September 2017, dirinya menerima undangan istimewa dari Presiden RI, Joko Widodo, untuk hadir di Istana Negara. Undangan itu disambutnya dengan penuh semangat.
Bukan hanya karena kehormatan bertemu langsung dengan kepala negara, tetapi juga karena ia telah lama menyimpan kegelisahan yang ingin ia sampaikan. Dalam pertemuan itu, Ciputra menyampaikan pandangannya dengan lugas kepada Jokowi kala itu.
“Pak Jokowi, yang mengkhawatirkan dari bangsa ini adalah jiwa entrepreneur yang masih lemah. Saya sangat sedih karena bahkan banyak sarjana yang menganggur. Rakyat kecil yang kehilangan pekerjaan akan dengan cepat mengerjakan apa saja demi bisa makan. Tapi sarjana yang menganggur sungguh memprihatinkan, karena sebetulnya mereka sangat diharapkan untuk bisa menolong yang lebih lemah,” papar Ciputra, sebagaimana dikutip Olenka, Senin (11/8/2025).
Bagi Ciputra, inti dari kemajuan bangsa bukan hanya soal sumber daya alam atau modal finansial, tetapi mentalitas wirausaha. Ia pun meyakini bahwa entrepreneurship adalah keterampilan hidup yang harus dimiliki siapa pun, tanpa memandang latar belakang pendidikan atau status sosial.
Jiwa wirausaha pun, menurut Ciputra, dapat mendorong seseorang untuk berpikir kreatif, mencari peluang, dan berjuang keras demi kesejahteraan. Ia pun menyinggung akar dari banyak persoalan di negeri ini, termasuk korupsi.
“Kenapa banyak kasus korupsi? Karena semua orang ingin memiliki uang lebih banyak. Ingin sejahtera dalam takaran yang mereka inginkan. Maka, orang-orang yang berpikir pendek akan melakukan korupsi untuk meraih kesejahteraan hidup yang mereka inginkan,” beber Ciputra.
“Tapi, mereka yang berjiwa entrepreneur akan berjuang dengan kreatif dan penuh kerja keras untuk bisa meraih apa yang mereka cita-citakan, termasuk menjadi sejahtera,” sambungnya.
Bagi Ciputra, entrepreneurship bukan sekadar jalan menuju kesejahteraan pribadi, tetapi juga sarana untuk menciptakan dampak sosial yang luas. Ia pun percaya bahwa seorang entrepreneur sejati adalah manusia penuh daya dan mampu menolong dirinya sendiri sekaligus memberdayakan orang lain.
“Bayangkan bila seseorang bisa membuka usaha dan memberikan pekerjaan pada sepuluh orang saja, betapa perekonomian bangsa ini akan terbantu. Pengangguran berkurang dan daya beli masyarakat meningkat,” ungkap Ciputra.
Keyakinan inilah yang mendorongnya untuk menanamkan semangat wirausaha di berbagai lapisan masyarakat, termasuk melalui dunia pendidikan. Di Universitas Ciputra misalnya, ia menetapkan kurikulum khusus entrepreneurship. Prinsip yang sama juga ia terapkan di Sekolah International Ciputra dan Global Jaya.
Menurutnya, sejak tingkat sekolah dasar, anak-anak sudah diajak ‘belajar dari dunia nyata’. Mereka dibawa ke pusat perbelanjaan, lalu diminta mengamati toko-toko yang ramai pengunjung.
Dari pengamatan itu, para guru menstimulasi murid untuk berpikir, “Kalau kelak kamu berbisnis, toko seperti apa yang akan kamu buat?” Dengan cara sederhana ini, kata dia, benih kreativitas dan naluri bisnis mulai tumbuh sejak dini.
“Para murid diminta untuk menyimpulkan toko mana saja yang pembelinya banyak. Dan mereka juga distimulasi untuk berpikir, bila akan berbisnis kelak, mereka akan menjalankan toko seperti yang mana? Itu merangsang pikiran mereka tentang dunia usaha,” tuturnya.
Baca Juga: Keteguhan Iman dan Prinsip Hidup 5D ala Ciputra dalam Menghadapi Sakit dan Ujian
Dedikasinya terhadap entrepreneurship bahkan melampaui batas yang mungkin dibayangkan banyak orang. Ciputra pun mengaku pernah menginisiasi pelatihan wirausaha bagi mantan mucikari, pekerja seks komersial, dan masyarakat yang terdampak penutupan lokalisasi di Dupak Bangunsari, Surabaya.
“Bersama staf saya, saya pernah memberikan pendidikan entrepreneurship pada para mantan mucikari, PSK, dan masyarakat terdampak penutupan lokalisasi di Dupak Bangunsari, Surabaya. Mereka bisa membuka usaha dan menyudahi pekerjaan sebelumnya,” paparnya,
Dikatakan Ciputra, tujuannya jelas, yaitu membuka peluang usaha baru dan membantu mereka meninggalkan pekerjaan lama yang rentan.
“Oleh sebab itu, saya memohon kepada Presiden Jokowi agar segera mengobarkan gerakan pendidikan entrepreneurship di Indonesia. Agar setiap pribadi mampu memotivasi diri menjadi orang kreatif untuk memajukan dirinya. Pada gilirannya, mereka kemudian akan mampu mengangkat kehidupan orang lain,” jelasnya.
Diakui Ciputra, semangat entrepreneurship bukan cuma tentang konsep yang ia ajarkan saja, melainkan juga napas hidupnya. Dan itu adalah bukti nyata bahwa jiwa wirausaha mampu mengubah hidup seseorang, bahkan mengantarkan pada pencapaian yang tampak mustahil.
“Kenapa saya begitu bersemangat mendorong semangat entrepreneurship? Karena diri saya adalah contoh nyata dari semangat itu. Apa yang terjadi pada diri saya merupakan contoh jelas bahwa jiwa entrepreneur telah mampu mengangkat kehidupan saya dan mengantarkan saya sampai ke hari ini,” ungkap Ciputra.
Bahkan setelah dirinya sukses di dunia bisnis, Ciputra tak pernah berhenti menyalakan api kreativitasnya. Tantangan demi tantangan menuntutnya untuk selalu berpikir ekstra kreatif, mencari jalan keluar yang inovatif, dan mengambil keputusan dengan berani.
Lama-kelamaan, ia menyadari bahwa semangat entrepreneurship saja tidak cukup. Harus ada dua pilar yang mengawalnya agar berjalan di rel yang benar, yakni integritas dan profesionalisme.
“Dan, akhirnya saya menyadari bahwa semangat entrepreneurship saya bisa mendapatkan rel-nya dan terus berkembang karena saya juga melapisi diri dengan dua hal, integritas dan profesionalisme,” ujarnya,
Menurutnya, integritas dapat menjaga kita untuk bekerja dengan jujur, penuh komitmen, dan memegang teguh kepercayaan. Sementara, profesionalisme dapat mendorong kita bekerja all out dan penuh kesungguhan untuk menghasilkan yang terbaik.
“Dua hal ini akan menyempurnakan semangat entrepreneurship yang kita jalankan,” tegas Ciputra.
Pada tahun 2011, Ciputra resmi mencanangkan Gerakan IPE, singkatan dari Integritas, Profesionalisme, Entrepreneurship, di seluruh lingkungan bisnis dan lembaga pendidikan yang ia kelola. Ia berharap ,semangat ini menular, menyebar, dan mengakar di tengah masyarakat.
Di Universitas Ciputra dan sekolah-sekolah yang ia dirikan, kata Ciputra, IPE menjadi filosofi yang menghidupi setiap langkah. Betapa bangganya Ciputra ketika mendengar kabar bahwa banyak lulusan universitasnya berhasil membangun usaha sendiri.
Bahkan, kisah-kisah inspiratif itu dibukukan, lengkap dengan detail bisnis yang mereka jalankan. Ia membayangkan, jika mereka terus berkembang, berapa banyak lapangan kerja yang akan tercipta dan berapa banyak keluarga yang akan terbantu.
“Ada buku yang merangkum kisah para lulusan universitas kami, lengkap dengan bisnis yang mereka lakukan. Terbayang di benak saya jika mereka terus tumbuh dan semakin banyak menyedot tenaga kerja,” ungkap Ciputa,
Bagi Ciputra, kunci kemajuan bangsa bukan hanya terletak pada pembangunan infrastruktur atau kekayaan sumber daya alam, melainkan pada mentalitas masyarakatnya.
Ia pun membayangkan sebuah Indonesia di mana semangat kewirausahaan tumbuh subur di setiap lapisan. Sebuah negeri di mana orang tak lagi sibuk mengantre lowongan kerja, melainkan berlomba menciptakan peluang dan lapangan kerja baru.
“Bayangkan, jika jiwa entrepreneur semakin mewabah, pengangguran akan berkurang drastis. Dengan sendirinya, kriminalitas pun menyusut. Masyarakat yang kreatif dan memiliki semangat positif untuk memperbaiki hidup akan menciptakan atmosfer yang sehat bagi bangsa. Kita bisa!,” tandas Ciputra.
Baca Juga: Kisah Spiritual dan Jejak Iman yang Tersembunyi dalam Hidup Ciputra